Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Imam Tanpa Bayangan II - 92

$
0
0
Cerita Silat | Imam Tanpa Bayangan II | oleh Xiao Say | Imam Tanpa Bayangan II | Cersil Sakti | Imam Tanpa Bayangan II pdf

Goosebumps - Masalah Besar II Pendekar Gila - 39. Ajian Canda Birawa Joko Sableng - 42. Rahasia Darah Kutukan Rajawali Emas - 26. Tumbal Nyawa Perawan I am Number Four - Pittacus Lore

"Dalam pertarungan itu ptk unjukkan kelihayannya yang benar-benar hebat, ia tidak gentar menghadapi kerubutan tiga jago dari See Ih itu bahkan berhasil mengimbangi permainan musuh-musuhnya, hal ini bukan saja membuat Lei Hun Cin Kun merasa kagum, See Ih Sam Hong sendiri pun kagum dengan kehebatannya, lama kelamaan dalam malunya Sam Hong jadi gusar, mereka segera keluarkan ilmu Lian Kiam Hoat, suatu kepandaian maha sakti dari wilayah See Ih untuk menggempur musuhnya, dalam jurus ke-seratus lima puluh, Pek Tiang Hong keteter hebat dan terpaksa harus terjang keluar dari kepungan untuk melarikan diri..." "Ayahku lari ke mana?" tanya Pek In Hoei terkejut. "Ayahmu mengatakan hendak membalas dendam atas sakit hati tersebut, hal ini memancing napsu membunuh bagi tiga jago dari See Ih, walaupun mereka berjanji akan hidup damai di hadapan Lei Hun Cin Kun, tapi secara diam-diam ke-tiga orang itu melakukan pengejaran terus menerus, Pek Tiang Hong jadi terdesak hebat, suatu ketika dia telah lari masuk ke dalam perkampungan keluarga Lo kami." "Aaah... Ayahku lari ke dalam rumahmu?" Lo Hian mengangguk. "Saking gugupnya Pek Tiang Hong telah lari masuk ke dalam kamar seorang putri angkatku, ketika itu putriku sedang membaca buku di kamar, sewaktu melihat ada seorang pria yang berlumuran darah lari masuk ke dalam kamarnya, ia sangat terperanjat, Pek Tiang Hong sendiri pun tertegun, setelah menerangkan maksud kedatangannya ia minta tolong putriku untuk membantu dirinya lolos dari bencana..." "Ayah! Kau mengatakan cici bukan anakmu??" seru Lo Hong. "Benar!" Lo Hian mengangguk, "Dia juga putri angkatku, jangan lupa bahwa ibumu adalah seorang mandul yang tak bisa punya anak karena setiap hari murung dan tak senang hati, maka... aaaai!" ia menghela napas panjang sambil memandang wajah Pek In Hoei ujarnya kembali : "Putriku adalah seorang perempuan yang dapat menyelami perasaan orang, dalam keadaan begini ia sembunyikan Pek Tiang Hong di bawah kolong ranjangnya, dengan demikian ayahmu pun berhasil loloskan diri dari pengejaran See Ih Sam Hong. Siapa tahu... aaaai! Kejadian itu pun muncul karena persoalan ini, ternyata putriku telah jatuh hati kepada ayahmu bahkan mengatakan hendak menyerahkan kesucian kepadanya, dalam keadaan begini Pek Tiang Hong jadi serba salah, akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya telah berkeluarga..." "Betul!" Pek In Hoei membenarkan. "Tindakan ayahku memang tepat sekali." "Aaaai... sungguh kasihan putriku yang jatuh cinta kepadanya, saat itu dia mengatakan bahwa ia rela jadi istri mudanya, Pek Tiang Hong tak dapat menolak permintaannya dan terpaksa menyanggupi, atas prakarsaku maka mereka berdua kunikahkan bahkan kepada sism pun kukatakan bahwa Pek Tiang Hong adalah menantu keluarga Lo kami, karena memandang wajahku, sejak itu pula mereka tidak mencari balas terhadap diri ptk lagi." "Jadi ayahku telah menerima tawaran itu?" "Benar, di saat hari pernikahannya hampir seluruh orang ternama di wilayah See Ih telah diundang datang, siapa tahu pada detik yang terakhir tiba-tiba Pek Tiang Hong lenyap tak berbekas, kejadian ini membuat aku orang she Lo jadi malu dan ditertawakan oleh semua orang." Pek In Hoei tertegun, ia tak mengira kalau ayahnya bakal kabur di saat hari perkawinannya, dari air mata yang jatuh berlinang membasahi wajah Lo Hian, ia tahu bahwa kejengahan serta kerikuhan yang dihadapi orang she Lo pada waktu itu benar-benar susah diatasi. Ia menghela napas karena kasihan, tak sepatah kata pun sanggup diucapkan keluar kecuali memandang kakek itu dengan mata mendelong. Lo Hian menghela napas panjang, ujarnya kembali : "Yang paling merasa sedih bukanlah aku melainkan putriku, setelah mengalami pukulan batin yang demikian berat ia jadi bodoh dan tak sadarkan diri, keesokan harinya ia jadi gila karena tak kuasa menghadapi kenyataan, kejadian ini membuat aku jadi menyesal sepanjang hidup..." "aaah... apa? Putrimu jadi gila?" jerit Pek In Hoei. "Lo Hong mendengus. "Hmm! Dalam sedihnya enciku tentu saja jadi gila, huuh... Pek Tiang Hong itu manusia apa? Dia tak kenal budi, bukan saja keluarga Lo kami kehilangan muka, bahkan seluruh jago See Ih pun merasa pipinya bagaikan ditampar, bila kali ini kami gagal menemukan Pek Tiang Hong, seluruh jago wilayah See Ih akan menyerbu kemari sebelum berhasil membunuh mati bajingan yang lupa budi itu, kami bersumpah tak akan berhenti!" "Tutup mulut!" bentak Pek In Hoei dengan wajah berubah, "meskipun ayahku pernah berbuat salah, tetapi aku larang kau memaki dirinya dengan kata- kata yang tak karuan, lagi pula dalam persoalan ini kesalahan terletak pada ke-dua pihak, kalian tak dapat menyelami kesulitan yang dialami pihak lain, jika kalian adalah orang cerdik, semestinya kalian bisa berpikir mengapa ayahku menolak perkawinan tersebut, jika urusan dipikirkan secara masak-masak, aku percaya tak nanti bakal terjadi peristiwa ini." "Kentut busuk! Kalian manusia dari keluarga Pek adalah orang-orang yang tak kenal budi," jerit Lo Hong penuh kebencian. "Apa? Kau bilang apa ?" hardik Pek In Hoei amat gusar, "Kalau tidak teringat bahwa keluarga Lo kalian pernah menyelamatkan jiwa ayahku, hmm ! Kupuntir batang lehermu sampai patah dua bagian!" "Bangsat, kau berani menghina orang ?" "Kami orang-orang dari keluarga Pek, belum pernah menghina orang!" "Urusan toh sudah berlangsung, apa gunanya ribut dengan percuma ?" ujar Lo Hian sambil goyangkan tangannya. "Kita harus mencari akal untuk menyelesaikan persoalan ini. Sayang putriku jadi gila, semua keluarga Lo telah diutus ke pelbagai daerah untuk mencari tabib pandai, atas pemeriksaan Atoli seorang dukun tersohor di wilayah See Ih dikatakan bahwa penyakit yang diderita putriku adalah sakit rindu, kecuali kedatangan Pek Tiang Hong pribadi tak mungkin penyakitnya dapat diobati lagi. Oleh sebab itulah maka aku segera datang ke daratan Tionggoan. Pertama untuk menyelesaikan masalah Si Bu Mo dan kedua untuk mencari Pek Tiang Hong agar bisa diajak menemui putriku.... " Diam-diam Pek In Hoei mengeluh di dalam hati segera pikirnya : "Sungguh tak kusangka urusan berubah jadi begini dan yang lebih parah lagi kejadian ini justru terjadi setelah ayahku mati apa yang harus kulakukan sekarang? Kalau kukatakan tentang kematian ayahku, Lo Hian tentu semakin sedih." Diam-diam ia menghela napas panjang, ujarnya: "Urusan ini memang sulit untuk diselesaikan." "Pek kongcu," kata Lo Hian kemudian setengah memohon, "Sekarang katakanlah kepadaku, di manakah ayahmu berada ?" "Tentang soal ini..." Lo Hong yang pada dasarnya sudah amat gusar, sekarang makin meluap hawa amarahnya setelah menyaksikan keragu-raguan Pek In Hoei, teriaknya setengah menjerit: "Kenapa kau tidak berani menjawab?" "Oooh ! Kau ingin main gertak ? Haaa... haaa... selama berkelana di dalam dunia persilatan belum pernah aku si jago pedang berdarah dingin tunduk kepada orang lain. Lo Hong! Kemampuanmu masih terpaut jauh kalau dibandingkan dengan diriku." "Ayah!" teriak Lo Hong marah, "Apa gunanya kita mesti berlaku sungkan-sungkan dengan manusia semacam ini? Aku sudah ak dapat menahan diri lagi, walaupun nanti aku bakal kau marahi, sekarang akan kulampiaskan rasa mengkal dan mendongkolku yang sudah tak tertahan lagi." Ia cabut pedangnya yang tersoren di punggung diiringi kilatan cahaya tajam yang membentuk setengah lingkaran di tengah udara, ia tusuk tubuh pemuda itu. "Hmm! Kau cari penyakit buat diri sendiri, jangan salahkan kalau aku bersikap keji padamu," seru Pek In Hoei dengan wajah berubah hebat. Laksana kilat tubuhnya bergeser ke samping, pedang sakti penghancur sang surya dikebaskan ke muka menyongsong datangnya senjata lawan, lalu ia kirim satu bacokan dahsyat. Traaang... percikan bunga api meletup di angkasa, tubuh kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur ke belakang. Tercekat hati Lo Hong merasakan kelihayan lawannya, ia berpikir: "Sungguh luar biasa pemuda ini, rupanya ilmu pedang yang berhasil ia yakini sudah mencapai puncak kesempurnaan. Andaikata aku tidak belajar ilmu pedang sedari kecil mungkin saat ini juga aku sudah jatuh kecundang di tangannya." Seluruh kekuatannya segera dihimpun di dilam senjatanya, sambil meraung keras, selapis kabut bayangan yang tajam segera mengurung tubuh Pek In Hoei. "Hong ji !" tegur Lo Hian dengan wajah berubah, "Kau telah menggunakan ilmu pedang Lo-kong Kiam- hoat ?" "Tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan terlalu hebat, terpaksa aku harus menggunakan kepandaian ini untuk menghadapinya," Berada di tengah kepungan kilatan cahaya pedang lawan, Pek In Hoei tak sanggup menggeserkan tubuhnya secara leluasa, diam-diam ia terkejut juga menghadapi kelihayan ilmu tersebut. Walaupun begitu serangan Lo Hong yang bertubi-tubi sama sekali tak mampu menempel seujung rambut pun, hal ini membuat Lo Hong semakin gusar. Ia tertawa seram, dengan jurus Bong-bong-thay-khek pedangnya langsung membabat jalan darah Ci-Ti di tubuh lawan. Pek In Hoei tertawa dingin. "Huuuh.......... jurus seranganmu itu bagi kami orang Tionggoan merupakan suatu gerakan yang paling rendah."

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles