Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Ksatria Panji Sakti - 109

$
0
0
Cerita Silat | Ksatria Panji Sakti | oleh Gu Long | Ksatria Panji Sakti | Cersil Sakti | Ksatria Panji Sakti pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 104. Perawan Lembah Maut Lord of the Rings 1 - Sembilan Pembawa Cincin Lord of the Rings 2 - Dua Menara Lord of the Rings 3 - Kembalinya Sang Raja 3 Kehidupan 3 Dunia 10 Mil Bunga Persik - Tangqi Gongzi

Tapi orang orang itu tampaknya merasa jeri menghadapi kehebatan kungfu manusia aneh itu hingga siapa pun enggan turun tangan terlebih dulu, siapa pun tak ingin buka suara paling dulu. Kendatipun suasana ditengah ruangan amat tegang dan dipenuhi manusia, namun hanya gelak tertawa si manusia aneh yang bergema diseluruh ruangan, gelak nyaring yang menindih diatas suara orang lain, membuat setiap orang merasakan telinganya mendengung keras. Menunggu hingga gelak tertawanya agak mereda, Yin Ping baru bicara sambil tertawa terkekeh: “sudah cukup tertawamu? Para penagih hutang telah datang, tertawapun tak ada gunanya, lebih baik carilah Cara yang tepat untuk melunasi semua hutangmu!” Biarpun suara tertawanya tidak senyaring tertawa manusia aneh itu, namun suaranya tinggi melengking sangat menusuk pendengaran, membuat para pendengar merasakan hatinya bergidik. Kini semua orang baru sadar kalau kungfu yang dimiliki perempuan itu ternyata sangat tangguh. “Betul, hutang memang harus dibayar” kata manusia aneh itu dengan suara dalam, “tapi hutang apa yang telah kubuat dan bagaimana caraku untuk membayar, lebih baik kalian saja yang menjelaskan!” Dalam perkiraan Thiat Tiong—tong, kawanan jago itu pasti akan berebut bicara, siapa tahu setiap orang menutup mulutnya rapat rapat, meski tidak mengucapkan sepatah katapun namun sorot mata kebencian justru memancar semakin tebal. Dengan sorot mata yang tajam manusia aneh itu menyapu sekejap seluruh ruangan, kembali ujarnya sambil tertawa dingin: “Li Lok—yang, Hay Tay-sau, meski kungfu kalian berdua tidak seberapa hebat namun nama baik kalian cukup bagus, coba kalian yang bicara lebih dahulu!” Li Lok-yang saling bertukar pandangan sekejap dengan Hay Tay-sau, namun kedua orang itu tetap menggigit bibir tidak bicara. Manusia aneh itu segera mengalihkan pandangan matanya ke arah empat manusia berdandan aneh itu, katanya: “Lam-ki-tok—siu (kakek racun dari kutub selatan) Ko Thian-siu, kau yang hidup lebih lama ketimbang lainnya, coba terangkan dendam sakit hati apa yang terjalin antara kalian dengan aku?” Seorang kakek berjubah sutera dengan sulaman tulisan ‘siu’ atau panjang usia didadanya, memegang sebuah tongkat baja berkepala naga dan berkepala botak nampak berdiri bergetar, tanpa menjawab ia berpaling ke arah lain. Kembali manusia aneh itu mengalihkan sorot matanya ke arah seorang lelaki berjubah hijau yang membawa sebuah kipas lipat, orang ini meski usianya sudah lanjut namun kumis dan jenggotnya dicukur bersih dan licin sehingga penampilannya mirip seorang pemuda pelajar saja. “Giok Hu—li (rase kemala) Yo Kun, bagaimana pula dengan dirimu?” Paras muka si rase kemala segera berubah jadi semu merah, namun diapun membungkam diri dalam seribu bahasa. “Kuay—ho—Cuneyang (Cun Yang hidup gembira) Lu Pin, kau saja yang bicara?” kata manusia aneh itu kemudian. Tosu kurus kering itu bukan saja tidak menjawab, dia malah mundur satu langkah. Meski dandanannya seperti orang beribadah namun seluruh tubuhnya dihiasi dengan pelbagai macam lencana, mutiara dan batu permata hingga lebih mirip dengan seorang lelaki hidung bangor. Manusia aneh itu tertawa terbahak bahak, katanya: “Kalau kalian bertiga enggan bicara, berarti sin-lip-pa—ong (raja bengis bertenaga sakti) Siang Ji-yu yang bakal bicara bukan?” Lelaki bermata gede itu mendengus, kepalannya langsung dihantamkan keatas tiang batu yang berdiri disisinya. “Blaaaam!” diiringi suara keras, batu tiang yang sangat keras itu seketika retak dan gumpil berapa bagian. Begitu nama ke empat orang itu disebut, Bi-lek—hwee maupun Hek Seng—thian sekalian berubah wajahnya, meski mereka belum pernah bersua dengan ke empat orang itu namun tahu kalau jejak mereka sangat misterius dan wataknya antik, bukan Cuma ilmu silatnya hebat, cara kerja mereka pun bengis, keji dan telengas. Apalagi manusia yang bernama Sin-lek Pa-ong, dia mempunyai ratusan orang anak buah yang tersebar di seantero dunia persilatan, bukan saja Cara kerjanya menakutkan, banyak pula korban yang tewas ditangan mereka. Ke empat orang ini boleh dibilang sudah menanamkan satu kekuatan yang tak boleh dianggap enteng, jangan lagi manusia biasa, partai Siau-lim serta Bu-tong pun tak akan berani mengusik mereka secara sembarangan. Hanya saja kawanan manusia ini sudah banyak tahun tak pernah muncul dalam dunia persilatan, tak heran kalau kemunculannya secara mendadak hari ini segera menimbulkan kehebohan. Yang membuat Thiat Tiong-tong keheranan adalah kehadiran beberapa orang itu yang jelas hendak menuntut balas karena terikat dendam dengan manusia aneh itu, tapi mengapa mereka enggan buka suara? Dalam pada itu sorot mata manusia aneh itu sudah dialihkan ke wajah Suto Siau, tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, sambil menggoyangkan tangannya dan tertawa Suto Siau berseru: “Kami berjumlah banyak, jadi mending paling belakangan saja” Manusia aneh itu tertawa ewa, sementara dihati kecilnya keheranan, ia tak tahu kenapa kawanan manusia pengecut yang takut mati itu berani menyatroni tempat tinggalnya hari ini, mungkinkah mereka punya baking kuat? Kembali sorot matanya beralih ke wajah siucay muda itu, namun ketika melihat sinar matanya yang begitu tajam, sepasang keningnya langsung berkerut kencang. Tiba tiba terdengar Kui-bo Yin Gi berkata dengan nada dingin: “Baiklah, kalau semua orang enggan bicara, biar aku yang mewakili mereka untuk berbicara!” Berubah hebat paras muka Hay Tay-sau maupun Siang Ji-yu, teriak mereka hampir berbareng: “Darimana kau bisa tahu soal dendam kami?” Dari nada suaranya jelas terdengar kalau mereka enggan Yin Gi menyinggung soal rahasia hatinya. Yin Gi tertawa dingin, ujarnya: “Orang bilang tak ada dendam yang lebih berat daripada pembunuhan terhadap orang tua dan bini direbut orang, walaupun kalian tak punya dendam karena orang tua yang terbunuh namun bini kalian telah dirampas olehnya, mana boleh dendam semacam ini tidak dibalas? Mengenai..... dengan cara apa dendam ini akan dibalas, persilahkan masing masing mengambil keputusan sendiri” Habis berkata dia mendongakkan kepalanya dan tertawa dingin. Dalam waktu singkat paras muka Hay Tay-sau sekalian berubah jadi pucat pias, Li Kiam-pek merasakan tubuhnya gemetar keras, sambil mundur tiga langkah ia genggam gagang pedangnya kencang kencang. Bi—lek—hwee melirik Hay Tay-sau sekejap, kemudian pikirnya sambil menghela napas: “Bila dilihat dari tingkah lakunya, Hoa Toa-koh jelas adalah bininya dulu, entah bagaimana ceritanya sampai tertipu oleh orang ini. Apa mau dikata tampaknya orang ini memang playboy kelas kakap, setelah dibuat mainan berapa saat akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga mau tak mau terpaksa Hoa Toa-koh harus bekerja jadi begal . . . . ..” Berpikir sampai disitu ia menghembuskan napas lega, gumamnya: “Beruntung sepanjang hidup lohu tak pernah beristri . . . . . . . . ..” Thiat Tiong—tong sendiripun baru sadar apa yang sebenarnya telah terjadi, pikirnya: “Tak heran kalau semua orang enggan berbicara, sebagai tokoh persilatan kenamaan, tentu saja mereka tak ingin aib keluarganya ketahuan orang” Mendadak terdengar S1n—lip—Pa—Ong Siang Ji-yu tertawa dingin, sambil melotot ke arah Yin Gi jengeknya: “Betul, bini kami memang dipermainkan orang ini, tapi bagaimana pula dengan dirimu? Kenapa kalian kakak beradik bisa menjalin permusuhan dengannya?” Berubah hebat paras muka si induk setan (kui-bo) Yin Gi setelah mendengar perkataan itu, sampai berapa saat ia tak sanggup berkata-kata. “Hahahaha . . . . . . . ..” kembali siang Ji-yu tertawa tergelak, “kalian tak punya bini, berarti kalian lah yang telah dipermainkan olehnya . . . . . . . . ..” Gi Cing-kiok membentak gusar, bersama si bocah pincang dan pemuda bisu tuli serentak mereka menyerbu ke depan. Terdengar si bocah pincang mengejek dengan nada keras: “Pa-ong, percuma kau bertenaga sakti, buktinya melindungi bini sendiripun tak mampu, huuuh, tak tahu malu, tak tahu malu . . . . . . . ..” Siang Ji-yu membentak nyaring, bagaikan sambaran geledek dia lontarkan sebuah pukulan ke depan, bentaknya: “setan cilik, kau Cari mampus!” Deruan angin pukulan yang memikikkan telinga sungguh dahsyat dan menakutkan. Tiba tiba terasa pandangan mata jadi kabur, dua bersaudara Yin telah menghadang didepan bocah itu sambil melepaskan satu pukulan, pukulan lembut yang seketika memunahkan serangan dahsyatnya. “Murid muridku, cepat mundur!” terdengar Yin Gi menghardik. Sebaliknya Yin Ping sambil membopong kucingnya berseru sambil tertawa terkekeh: “Kami dua bersaudara telah menyebar undangan untuk mengundang kedatangan kalian semua, memangnya bertujuan untuk menghadapi kami berdua?” Siang Pa-ong (raja bengis Siang) tertegun. “Soal ini . . . . . . . ...” bisiknya. “Betul” kata Yin Ping sambil tertawa, “gara gara bertemu dengan lelaki pemogoran semacam dialah watak toaci ku jadi berubah sangat aneh, sedang aku sendiri, hidupku hancur musnah ditangannya, oleh karena dia memusnahkan diriku terlebih dulu maka akupun ganti memusnahkan kaum lelaki, akibatnya aku mesti menyandang nama busuk. Kalau rasa benciku tidak merasuk hingga ke tulang sumsum, buat apa kali ini mesti berpura pura baik dengan menyambanginya? Aku sengaja berbuat begitu karena aku ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana nasib tragis akan menimpa dirinya, aku ingin menyaksikan sendiri bagaimana hidupnya hancur dan nyawanya melayang!” Walaupun sedang berbicara sambil sumpah serapah, namun senyuman manis masih menghiasi bibirnya. Hal ini membuat Siang Pa-ong diam diam bergidik. Terdengar manusia aneh itu tertawa seram. “Hahahaha..... betul, hidup kalian memang musnah ditanganku, dosa dan kesalahan ini memang aku yang mesti bertanggung jawab, tapi kalau menginginkan kehancuran dan kematianku, hmmm!” sambil menghentikan gelak tertawanya, ia menambahkan: “Aku rasa tidak segampang itu!” “Mungkin saja apa yang kau ucapkan ada benarnya II kata Yin Ping sambil tertawa, “kalau mesti satu lawan satu, jelas kungfu kami semua masih bukan tandinganmu, tapi kalau kami maju bersama..... hmmm, apa yang bisa kau perbuat?” Manusia aneh itu tertawa tergelak. “Hahahaha..... kalian berjumlah banyak, memangnya anak buahku sedikit?” sambil bertepuk tangan bentaknya: “Budak sekalian ayoh cepat keluar, kita buktikan jumlah mereka yang lebih banyak atau kita?” suara bentakannya nyaring dan menggaung hingga ke dalam ruangan. sampai suara pantulannya lenyap ternyata tak ada jawaban, bayangan pun tidak nampak. Agak berubah paras muka manusia aneh itu, teriaknya lagi penuh kegusaran: “Budak sialan, budak busuk, memangnya kalian sudah mampus semua?” Kui—bo Yin Gi tertawa dingin, jengeknya: “Meskipun belum mampus, paling tidak sudah hampir!” Mendadak paras muka manusia aneh itu berubah jadi pucat pias, setelah tertegun berapa saat bentaknya: “Bagus, bagus, tak heran dari sembilan setan laki dan tujuh setan perempuan hanya tiga orang yang hadir, ternyata yang lain sedang memberesi anak muridku, tapi . . . . .. mereka toh tak salah tak dosa, kalau pingin menuntut balas, seharusnya langsung mencari aku” Hay Tay-sau dengan cepat menyingkap bajunya sambil membuka lebar dadanya, sambil maju dengan langkah lebar katanya: “semua orang menunggu untuk memungut keuntungan dari orang lain, tampaknya aku harus turun tangan duluan!” “Hmm, kalau hanya kau seorang mah bukan tandinganku, lebih baik maju serentak bersama yang lain!” jengek manusia aneh itu dingin. “Hahahaha..... Hay Tay-sau bukan orang yang suka mencari kemenangan dengan andalkan jumlah banyak!” “Bagus!” puji manusia aneh itu sambil mengacungkan jempol, “aku akan mengalah tiga jurus untukmu!” “Mau mengalah tiga jurus terserah, tidak mengalahpun terserah, tapi sebelum turun tangan aku ingin menyampaikan beberapa patah kata terlebih dulu!” “Kalau orang lain yang masih banyak bicara pada saat seperti ini, mungkin aku sudah iris lidahnya, tapi kalau Hay Tay-sau yang ingin berbicara, cepat katakan!” “Walaupun kau telah menanggung semua dosa kesalahan ini, aku tahu kesalahan tersebut tidak sepantasnya dipikul kau seorang, paling tidak kawanan perempuan busuk itupun harus turut bertanggung jawab . . . . . ..” Paras muka beberapa orang segera berubah hebat. Dengan gusar Siang Pa-ong berteriak pula: “Kentut busuk!” Kembali Hay Tay-sau tertawa keras: “Perkataanku memang tak enak didengar, tapi aku tetap akan mengatakannya. Terus terang, bekas bini bini kita pun bukan merupakan manusia baik, orang bilang tepuk tangan tak akan bunyi kalau tak disambut telapak tangan yang lain. Dulu kawanan perempuan busuk itu pasti terpikat olehnya karena dia muda, banyak duit, berilmu tinggi dan kuat, kalau tidak, mana mungkin mereka akan tinggalkan kita untuk kabur bersamanya. Bajingan ini sendiri meski suka main perempuan dan pantas mampus, nam un kawanan perempuan busuk kita yang sudah disia siakan pun pantas mampus juga!” Thiat Tiong—tong merasa terkejut bercampur kagum setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya Siang Pa-ong dan rase kemala sekalian meski memperlihatkan wajah gusar, namun tak seorang pun diantara mereka yang buka suara untuk membantah, jelas apa yang dikatakan Hay Tay-sau memang benar. Andaikata ia bukan seorang lelaki gagah yang berjiwa terbuka, mana mungkin perkataan semacam itu sanggup diutarakan? Untuk sesaat suasana dalam ruangan jadi hening dan sepi. Akhirnya sambil tertawa tergelak manusia aneh itu berkata: “Tak kusangka masih ada manusia di dunia ini yang bersedia bicara jujur dan bijaksana, lebih tak kusangka kalau orang itu ternyata adalah musuh besarku sendiri, hahaha . . . . ..hahahaha . . . . ..” setelah tergelak berapa saat, lanjutnya: “Aku tahu, walaupun kau sudah bicara jujur dan bijaksana, toh rasa mendongkol harus dilampiaskan juga, baiklah, mari, kita bermain beberapa gebrakan!” “Rasa mendongkol ini sudah kupendam banyak tahun, pertama karena aku tahu bukan tandinganmu, kedua karena gagal menemukan jejakmu, setelah berjumpa hari ini . . . . . .. mari, lihat serangan!” Ditengah bentakan nyaring, dia lontarkan tinjunya menghantam dada manusia aneh itu. Melihat datangnva serangan. manusia aneh itu tidak menghindar

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>