Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tombak Kecantikan - 5

$
0
0
Cerita Silat | Tombak Kecantikan | oleh Can ID | Tombak Kecantikan | Cersil Sakti | Tombak Kecantikan pdf

Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan

“Barang apa?” “Bubuk racun Ngo—ma—cong.” “Ehm, Cukat Sianseng mahir ilmu pertabiban, dalam sekilas pandang dia akan mengetahui kalau belakangan kau pernah terluka, bagaimana penjelasanmu tentang masalah ini?” “Luka yang kuderita akibat serangan ruyung dari Toa—kay—sin—pian Suto Jan serta luka cambuk dari Suma Hui, mereka berdua adalah jago andalan Goan su—susiok, sedang Goan su—suiok merupa—kan panglima besar disamping thaysu.” Po Tiong-siu termenung sambil berpikir berapa saat, seakan baru saja diguyur oleh air segar, akhirnya dari balik matanya ter—pancar secerca cahaya. Cahaya itu mengandung perasaan “kagum” dan “percaya”, sebuah tampilan perasaan yang mustahil bisa muncul dari balik mata manusia semacam Po Tiong—siu. “Bagus,” akhirnya Po Tiong—siu berseru, “aku telah mengaju—kan tujuh pertanyaan, tujuh tali simpul mati yang sulit untuk dihada—pi, tapi semuanya berhasil kau pecahkan.” “Kalau tak bisa pecahkan semua kesulitan itu, buat apa aku pergi menemui Cukat Sianseng!” “Ehm, khususnya persoalan terakhir, memang disitulah letak makna sebenarnya kenapa aku suruh mereka menghadiahkan dua pecutan itu ke tubuhmu,” dalam perasaan kagumnya, Po Tiong—siu masih enggan menyebutkan identitas sebenarnya dari ke dua malai-kat penjaga pintu itu, “jawabanmu memang amat cocok dengan sele-ra serta niatku.” “Bila seseorang ingin berbohong, maka tujuh puluh persen yang dikemukan harus merupakan kejadian sebenarnya,” kembali Po Tiong—siu berkata, “orang yang benar—benar pandai berbohong, biasa—nya tak akan sembarangan berbohong, dengan begitu bohongnya pada saat yang diperlukan baru bisa mengelabuhi seluruh kolong langit.” “Aku sengaja membocorkan rahasia besar dari Thaysu serta Siangya, dalam hal ini siangya tidak akan menyalahkan aku bukan?” tiba tiba Ong Siau-sik bertanya. “Kalau tidak berbuat begitu, darimana kau bisa mengambil simpatik serta kepercayaan dari Cukat Sianseng? Kalau tidak begitu, mana mungkin kau berhasil menghabisi nyawanya,” jawab Po Tiong—siu spontan, “lagipula kau memang sudah melakukan apa yang kami ingin lakukan." “Tapim.. bagaimana dengan benda yang kuminta? Siangya belum menyanggupi.” “Bubuk racun Ngo-ma—cong?” Po Tiong-siu tertawa terbahak—bahak, “hahaha, tak usah kuatir, bukan hanya racun ngo-ma—cong, bahkan sampai waktunya, bubuk racun Gui—li-pat-ci—bun pun akan sekalian tertelan ke dalam perut Cukat Sianseng, dalam keadaan begini, dia tinggal menunggu kau perseni sebuah bacokan golok atau sebuah tusukan pedang untuk mengakhiri hidupnya. Tapi kau musti ingat, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Cukat Sianseng, walaupun sudah keracunan hebat pun, kau hanya bisa menaklukannya sesaat, bila ingin menghabisi nyawanya, kau masih butuh memperlihatkan kemampuan aslimu!” Berkilat sorot mata Ong Siau-sik. “Jadi sejak awal, siangya telah menyebar jago jago lihay diseke— liling Cukat Sianseng?” serunya. “Kau tidak usah kuatir,” sahut Po Tiong—siu, “pokoknya, bila kau mendengar orang itu mengatakan “daftar menu sepanjang hi-dup”, itu berarti dia adalah orang sendiri.” Ong Siau-sik menarik napas panjang, sepatah demi sepatah kata tanyanya: “Lalu, kapan aku harus turun tangan?” “Pagi ini sekitar jam tujuh, Cukat Sianseng akan bermain catur dengan Jit—cing thaysu dalam gedung Sin-ho—hu,” ucap Po Tiong—siu dengan serius, “belakangan kondisi badannya kurang bagus, inilah kesempatan terbaik bagimu untuk turun tangan, Lu, Yan, Ku dan Tio empat jago akan bekerja sama membantu aksimu kali ini.” “Bukankah ini merupakan perintah pertama yang pernah kuterima?” tanya Ong Siau-sik tertegun. “Perintah yang kuturunkan memang tak pernah berubah.” Tegas Po Tiong-siu dingin. “Permintaan yang kuajukan pun tak pernah berubah.” “Tak ada salahnya kalau kau ulang sekali lagi permintaan yang kau ajukan.” “setelah berhasil membunuh Cukat Sianseng, aku minta thaysu dan siangya menaikkan pangkat So toako serta Pek jiko untuk meng-gantikan posisi Cukat Sianseng dalam pemerintahan kerajaan.” “Ehm_n “Bila aku berhasil membunuh Cukat Sianseng, harapanku masih tetap bisa tinggal di kotaraja, aku tak ingin selama hidup bersembunyi sebagai buronan kerajaaan.” “Baik.” “Bila beruntung aku berhasil dalam.misi ini, aku berharap thaysu dan tuan perdana menteri bisa memberi penjelasan kepada kaum hohan dalam dunia persilatan agar mau membuka jaring un—tukku.” “Itu mah urusan gampang.” “Aku pun berharap thaysu bisa mengusulkan kepada Baginda untuk membebaskan pajak yang berat serta membatalkan proyek menggali batu granit, belakangan kehidupan rakyat kecil sangat sengsara, perampok dan penyamun merajalela, maaf bila Siau-sik terpaksa berkata begitu.” “Ong Siau-sik, kau terlalu suka mencampuri urusan kerajaan.” “Aku masih ada satu permintaan lagi.” Berubah paras muka Po Tiong-siu. “Bukankah pada awalnya kau hanya ada empat permintaan, kenapa kini muncul tambahan baru?” tegurnya dengan suara dalam. “Tambahan permintaan ini muncul gara gara adanya peristiwa hari ini, jadi jangan salahkan aku." “Coba katakan.” “selesai melakukan pembunuhan, aku ingin secara langsung melaporkan hasilnya kepada thaysu.” “Apa?” Po Tiong-siu naik darah, “jadi kau tidak percaya aku lagi?” “Bukan, II tanpa jeri sedikitpun jawab Ong Siau-sik secara gamblang, “gara gara thaysu sendiri yang datang mencari aku, maka akupun bersedia melakukan tugas ini, jadi sudah sepantasnya jika aku melaporkan segala sesuatunya secara langsung kepadanya. Disamping itu, thaysu pun telah menyanggupi semua permintaan yang kuajukan, selesai melakukan misi pembunuhan ini, aku akan bergabung dengan thaysu, thaysu pula yang menawar kan undangan ini kepadaku. Tidak seperti misi pembunuhan di rumah makan Khong—ciok—1ou hari ini, seolah sungguhan padahal hanya sandiwara, terkadang sulit bagi orang untuk menerima kenyataan ini. Siapa tahu kalau orang yang hadir hari ini sebagian adalah anak buah Cukat Sianseng? Atau inilah rencana yang sengaja dia siapkan. Jadi aku baru percaya bila diperolehkan melapor langsung kepada thaysu.” Po Tiong—siu termenung dengan mulut membungkam, sampai lama tidak menjawab. “Melakukan pembunuhan demi prinsip dan moral, kehilangan nyawa demi keadilan pun bukan masalah,” kembali Ong Siau-sik berkata sambil tertawa dingin. “kalau hanya bersua muka saja tidak boleh, bukankah percuma aku Ong Siau-sik hidup di dunia ini?” “Baik!” akhirnya Po Tiong—siu menjawab dengan tegas, “thaysu pasti akan menantikan berita gembira mu itu di istana Hi—tian!” Kemudian sepatah demi sepatah kata dia menambahkan: “Ingat, thaysu ingin bukti nyata, batok kepala dari cukatmm II Bab 4. Aturan, aturan, aturan. Cukat Sianseng sedang bermain catur dengan Jit—cing thaysu dalam gedung Sin—ho—hu ketika mendapat laporan Ong Siau-sik, murid Thian—ie kisu ingin menjumpainya. Begitu bertemu Ong Siau-sik, dia hanya berseru sekecap: “Ooh .... n” Sama sekali tidak bertanya mengapa ia datang berkunjung, sama sekali tidak bertanya mengapa baru sekarang datang menjeng— uknya, terlebih tidak bertanya apa sebabnya dia terluka. “Baik baikkah suhumu?” dia menanyakan kondisi Thian—ie Kisu. “Suhu sehat dan segar,” jawab Ong Siau-sik, “Sam susiok tentu lebih tahu tentang hal ini.” “Bagaimana kondisi So Loucu? Konon belakangan dia selalu berdiam di gedung Cing—lou?” tanya Cukat Sianseng lebih jauh, “aku dengar kau adalah saudara angkatnya, napsu membunuhnya kelewat kental, kenapa kau tidak membujuknya agar mengurangi napsunya untuk membunuh?” “Sudah lama aku tidak bersua So toako,” jawab Ong Siau-sik sambil mengawasi bidak catur dimeja yang belum berhasil menentukan menang kalah, “dia adalah orang persilatan, seluruh masalah yang menyangkut perkumpulan Kim:hong—see-yu-lou diputuskan olehnya sendiri, terkadang sama seperti situasi bidang catur ini, disaat pengaruh dan kondisi sendiri mulai melemah, kadangkala justru perlu berteriak sambil unjuk kekuatan, dengan begitu pihak lawan baru tak berani menyerang secara gegabah, malahan dari posisi diserang berubah jadi posisi bertahan.”

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>