Cerita Silat | Naga Merah | oleh Khu Lung | Naga Merah | Cersil Sakti | Naga Merah pdf
Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan
Bukan kepalang kagetnya Pek lek cu. Tetapi ia hanya dapat kertak gigi, tidak dapat berbuat lain. dalam hatinya lantas berpikir ; kalau hendak membasmi Naga Merah rasanya hanya dengan jalan ini saja. Sesaat kemudian ia lantas lompat melesat dengan diam—diam meninggalkan Siao lim sie yang menyeramkan itu. Sementara itu dengan cara apa Pek lek cu hendak menghadapi Naga Merah? Di bagian belakang nanti akan dijelaskan lagi. Kita balik lagi kepada murid—muridnya Siao lim pay yang juga Cuma bisa mengawasi berlalunya Naga merah dengan perasaan gusar dan panas namun tidak bisa berbuat suatu apa. Tapi benarkah si Naga Merah sudah meninggalkan biara Siao lim sie? tiada seorangpun yang mampu memastikan. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara jeritan. Suara jeritan itu telah mengejutkan Semua anak murid Siauw lim pay yang kala itu masih pada berdiri kesima memikirkan sepak terjangnya Naga Merah. Pek cie Taysu dengan lantas lari menuju ke kamar Tat mo—ie Dan apa yang disaksikan? Hampir saja membuat pendeta saleh itu tidak percaya kepada matanya sendiri. Ia telah dapatkan dirinya ketua Siao lim pay Goan khut sudah rebah terlentang dengan mulut mengeluarkan darah. Keadaan itu telah membuat pendeta tua itu hampir merasa meledak dadanya. Pek cie Taysu segera menghampiri ketuanya yang sudah tidak ingat orang itu, ia lantas ulur tangan kananya dan hendak menotok jalan Tok me hiat dibadannya Goan khut. Tapi belum lagi jari tangannya bergerak mendadak terdengar suara bentakan orang, "Hwesio tua apakah kau sudah tidak mengingini jiwa Ciang bu jinmu lagi?" Mendengar perkataan itu bukan kepalang kagetnya Pek cie Taysu, seketika lantas urungkan maksudnya dan mundur beberapa langkah. Ketika ia berpaling di luar kamar Tat mo ie itu ada berdiri seorang pemuda berbaju kelabu. PEK CIE TAYSU ketika dapat lihat mendadak ada seorang pemuda berbaju kelabu di depan kamar Tat mo ie diam—diam sangat terperanjat. Pemuda itu yang bukan lain daripada Tan Liong adanya, lantas mengawasi ketua Siao lim pay Goan khut yang kala itu rebah terlentang dalam keadaan terluka dengan banyak darah mengucur keluar. Perlahan—1ahan tetapi teratur pemuda ini berjalan menghampiri ketua Siao lim pay ini. "sicu dari mana? Tahukah sicu kalau ruangan Tat mo ie ini adalah tempat kediamannya ketua partai Siao lim pay kami? Dan pernahkah sicu dengar bahwa jikalau tidak ada perintah dari Ciang bun jin sendiri sekalipun lolap juga tidak diperbolehkan memasuki kamar ini secara sembarangan? Sicu yang bukan anggota juga bukan anak murid golongan kami mengapa datang lalu berani berlaku lancang masuk kedalam ruangan ini? " Setelah Pek cie Taysu menegur demikian yang sudah terang memperlihatkan wajah tidak senang, berbareng pun ia maju merintangi majunya Tan Liong. "Jikalau kalian memang sudah tidak menghendaki lagi jiwa Ciang bun jin kalian sendiri, buat apa aku turut campur tangan dalam urusan ini?" demikian Tan Liong sebagai jawaban mengucapkan kata-katanya sambil ketawa dan setelah itu lalu putar badannya hnedak meninggalkan tempat tersebut. Mendengar perkataan si anak muda Pek cie Taysu tergerak hatinya. dengan cepat ia lantas berkata, "Benarkah sicu anggap Ciang bun jin kami masih ada harapan untuk ditolong jiwanya? " Tan Liong tanpa berpaling menjawab ketus, "Kalau dalam waktu setengah jam tidak lantas dibuka jalan darah di bagian nadinya itu ia akan mengeluarkan banyak darah dan pasti binasa. " Ini adalah suatu pernyataan berupa keterangan. dan ini justeru mengejutkan hatinya Pek cie Taysu dari keterangan pemuda baju kelabu itu yang rupanya sudah mengetahui jelas pula keadaan Ciang bun jinnya yang terluka parah itu maka lantas ia berkata sambil lerutkan alis, "Jikalau sicu bisa menolong jiwa Ciang bun jin kami dari cengkeraman maut, kami orang—orang Siao lim pay selamanya takkan melupakan kebaikan sicu..... " "Akan tetapi bukankah taysu tadi pernah mengatakan bahwa aku yang rendah tidak boleh sembarang masuk ke dalam ruangan Tat mo ie ini? " Disambut dengan jengekan demikian Pek cia Taysu wajahnya merah seketika. Ucapan Tan Liong tadi dengan tepat mengena di hatinya seakan—akan merupakan satu tamparan hebat di pipinya Pek cie Taysu. Lama pendeta ini tak dapat menjawab. Tetapi karena mengingat kepentingan bagi Ciang bun jinnya akhirnya menjawab juga pendeta tua ini sambil unjuk ketawa meringis, "Tat mo ie adalah suatu tempat terpenting dalam biara Siao lim sie. Semua anak murid Siao lim pay jika tidak mendapat perintah Ciang bun jin setapak juga tidak dapat memasuki ruangan ini. Ini memang suatu peraturan yang berlaku selama bertahun—tahun lamanya. Tetapi kali ini jikalau sicu memang benar sanggup menolong jiwa Ciang bun jin kmmi, sudah tentu ada kecualinya." Tan Liong berpaling sambil unjuk ketawa hambar lalu ia balikkan badan dan menghampiri Pek cie Taysu. Pada saat itu di luar kamar tempat Tat mo ie itu mendadak terlihat sesosok bayangan manusia yang lari mendatangi dan dalam sekejapan saja sudah berdiri di luar kamar tersebut sejarak tiga tombak jauhnya. Pek cie Taysu ketika melihat bayangan tersebut lantas menegur dengan Suara keras. "Ada kepentingan apa sutit memerlukan datang ke Tat mo ie?" orang yang baru datang itu adalah ketua bagian keamanan yang bergelar Kui su. Waktu Kui su sudah berlutut dan berkata, "Hunjuk beritahu kepada susiok, jenasah saudara—saudara yang terbunuh bom Pek lek tan tadi, pada waktu ini masih belum dikebumikan. Harap susiok suka mengeluarkan perintah untuk cepat dilaksanakan penguburannya." Pek cie Taysu yang mendengar itu hatinya seperti diiris—iris. dengan mata tergenang air uia lantas berkata sambil kertak gigi. "Perintahkan setiap anak murid yang masih ada lekas mengubur semua jenasah kemudian lekas juga bersihkan Semua tanda—tanda darah di lantai. Dan setelah itu kau boleh perintahkan sekalian saudara saudaramu supaya lekas berkumpul di ruangan Hoan sin ie’__» "sutit terima perintah." Setelah itu Kui su dengan sikap hormat telah mengundurkan diri. Memikirkan peristiwa yang mengenaskan, Pek cie Taysu masih merasa hatinya seperti diiris—iris. Tempat Budha yang dipandang suci oleh segenap umat Budha adalah untuk pertama kalinya itu mengalami nasib demikian menyedihkan. Kematiannya begitu banyak anak murid Siao lim.pay merupakan suatu pukulan hebat bagi partai besar ini. Hal tersebut membuat mau tidak mau Semua anak murid Siao lim pay masih ada pada merasa seperti ditikam.pedang tajam.saja. Setelah memberi perintah pada keponakan muridnya tadi, Pek cie Taysu balik pula dan menghadapi Tan Liong. sambil memperlihatkan senyum ewah Tan Liong si pemuda baju kelabu masuk ke dalam kamar. Matanya mengawasi Goan khut dalam keadaan yang amat payah alisnya nampak dikerutkan. Pek cie Taysu mengawasi wajah dan gerak gerik tan Liong. terhadap ucapan pemuda itu tadi yang mengatakan bisa menolong jiwa Goan khut, agaknya masih diragukan. Tan Liong setelah berdiri sejenak lalu mengulur tangan kanannya dengan kecepatan kilat menyambar dadanya Goan khut. Gerakan yang dilakukan secepat kilat oleh si pemuda baju kelabu itu membikin was was Pek cie Taysu yang terus mengawasi perbuatannya itu. Kala itu mendadak terdengar suara. Sreeet! Dan . . . . .. jubah bagian dada Goan khut ternyata sudah dirobek oleh gerakan tangan Tan Liong tadi. Pek cie Taysu yang menyaksikan perbuatan Tan Liong itu wajahnya agak berubah. Perasaan gusar nampak tegas di atas wajahnya. Goan khut adalah Ciang bun jin atau ketua partai Siao lim pay. Dalam keadaan tidak ingat orang, sang ketua tersebut diperlakukan demikian rupa oleh orang luar tidaklah mengherankan kalau perbuatan itu dimata pendeta tua itu sangat gegabah maka seketika itu juga sudah membuat ia gusar sekali. Pek cie Taysu segera menghampiri Tan Liong. Jikalau Tan Liong menjamah badan maupun baju Goan khut lagi, ia siap akan merintangi. Bagi Tan Liong, perubahan sikap Pek cie Taysu tadi agaknya tak terlihat sama sekali. Mata pemuda ini hanya ditujukan ke arah dada Goan khut tanpa berkedip. Setelah agak lama memandang wajahnya kelihatan berubah. Ternyata di atas dada Ciang bun jin Siao lim pay itu dengan tegas terlihat dua titik tanda merah.
Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan
Bukan kepalang kagetnya Pek lek cu. Tetapi ia hanya dapat kertak gigi, tidak dapat berbuat lain. dalam hatinya lantas berpikir ; kalau hendak membasmi Naga Merah rasanya hanya dengan jalan ini saja. Sesaat kemudian ia lantas lompat melesat dengan diam—diam meninggalkan Siao lim sie yang menyeramkan itu. Sementara itu dengan cara apa Pek lek cu hendak menghadapi Naga Merah? Di bagian belakang nanti akan dijelaskan lagi. Kita balik lagi kepada murid—muridnya Siao lim pay yang juga Cuma bisa mengawasi berlalunya Naga merah dengan perasaan gusar dan panas namun tidak bisa berbuat suatu apa. Tapi benarkah si Naga Merah sudah meninggalkan biara Siao lim sie? tiada seorangpun yang mampu memastikan. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara jeritan. Suara jeritan itu telah mengejutkan Semua anak murid Siauw lim pay yang kala itu masih pada berdiri kesima memikirkan sepak terjangnya Naga Merah. Pek cie Taysu dengan lantas lari menuju ke kamar Tat mo—ie Dan apa yang disaksikan? Hampir saja membuat pendeta saleh itu tidak percaya kepada matanya sendiri. Ia telah dapatkan dirinya ketua Siao lim pay Goan khut sudah rebah terlentang dengan mulut mengeluarkan darah. Keadaan itu telah membuat pendeta tua itu hampir merasa meledak dadanya. Pek cie Taysu segera menghampiri ketuanya yang sudah tidak ingat orang itu, ia lantas ulur tangan kananya dan hendak menotok jalan Tok me hiat dibadannya Goan khut. Tapi belum lagi jari tangannya bergerak mendadak terdengar suara bentakan orang, "Hwesio tua apakah kau sudah tidak mengingini jiwa Ciang bu jinmu lagi?" Mendengar perkataan itu bukan kepalang kagetnya Pek cie Taysu, seketika lantas urungkan maksudnya dan mundur beberapa langkah. Ketika ia berpaling di luar kamar Tat mo ie itu ada berdiri seorang pemuda berbaju kelabu. PEK CIE TAYSU ketika dapat lihat mendadak ada seorang pemuda berbaju kelabu di depan kamar Tat mo ie diam—diam sangat terperanjat. Pemuda itu yang bukan lain daripada Tan Liong adanya, lantas mengawasi ketua Siao lim pay Goan khut yang kala itu rebah terlentang dalam keadaan terluka dengan banyak darah mengucur keluar. Perlahan—1ahan tetapi teratur pemuda ini berjalan menghampiri ketua Siao lim pay ini. "sicu dari mana? Tahukah sicu kalau ruangan Tat mo ie ini adalah tempat kediamannya ketua partai Siao lim pay kami? Dan pernahkah sicu dengar bahwa jikalau tidak ada perintah dari Ciang bun jin sendiri sekalipun lolap juga tidak diperbolehkan memasuki kamar ini secara sembarangan? Sicu yang bukan anggota juga bukan anak murid golongan kami mengapa datang lalu berani berlaku lancang masuk kedalam ruangan ini? " Setelah Pek cie Taysu menegur demikian yang sudah terang memperlihatkan wajah tidak senang, berbareng pun ia maju merintangi majunya Tan Liong. "Jikalau kalian memang sudah tidak menghendaki lagi jiwa Ciang bun jin kalian sendiri, buat apa aku turut campur tangan dalam urusan ini?" demikian Tan Liong sebagai jawaban mengucapkan kata-katanya sambil ketawa dan setelah itu lalu putar badannya hnedak meninggalkan tempat tersebut. Mendengar perkataan si anak muda Pek cie Taysu tergerak hatinya. dengan cepat ia lantas berkata, "Benarkah sicu anggap Ciang bun jin kami masih ada harapan untuk ditolong jiwanya? " Tan Liong tanpa berpaling menjawab ketus, "Kalau dalam waktu setengah jam tidak lantas dibuka jalan darah di bagian nadinya itu ia akan mengeluarkan banyak darah dan pasti binasa. " Ini adalah suatu pernyataan berupa keterangan. dan ini justeru mengejutkan hatinya Pek cie Taysu dari keterangan pemuda baju kelabu itu yang rupanya sudah mengetahui jelas pula keadaan Ciang bun jinnya yang terluka parah itu maka lantas ia berkata sambil lerutkan alis, "Jikalau sicu bisa menolong jiwa Ciang bun jin kami dari cengkeraman maut, kami orang—orang Siao lim pay selamanya takkan melupakan kebaikan sicu..... " "Akan tetapi bukankah taysu tadi pernah mengatakan bahwa aku yang rendah tidak boleh sembarang masuk ke dalam ruangan Tat mo ie ini? " Disambut dengan jengekan demikian Pek cia Taysu wajahnya merah seketika. Ucapan Tan Liong tadi dengan tepat mengena di hatinya seakan—akan merupakan satu tamparan hebat di pipinya Pek cie Taysu. Lama pendeta ini tak dapat menjawab. Tetapi karena mengingat kepentingan bagi Ciang bun jinnya akhirnya menjawab juga pendeta tua ini sambil unjuk ketawa meringis, "Tat mo ie adalah suatu tempat terpenting dalam biara Siao lim sie. Semua anak murid Siao lim pay jika tidak mendapat perintah Ciang bun jin setapak juga tidak dapat memasuki ruangan ini. Ini memang suatu peraturan yang berlaku selama bertahun—tahun lamanya. Tetapi kali ini jikalau sicu memang benar sanggup menolong jiwa Ciang bun jin kmmi, sudah tentu ada kecualinya." Tan Liong berpaling sambil unjuk ketawa hambar lalu ia balikkan badan dan menghampiri Pek cie Taysu. Pada saat itu di luar kamar tempat Tat mo ie itu mendadak terlihat sesosok bayangan manusia yang lari mendatangi dan dalam sekejapan saja sudah berdiri di luar kamar tersebut sejarak tiga tombak jauhnya. Pek cie Taysu ketika melihat bayangan tersebut lantas menegur dengan Suara keras. "Ada kepentingan apa sutit memerlukan datang ke Tat mo ie?" orang yang baru datang itu adalah ketua bagian keamanan yang bergelar Kui su. Waktu Kui su sudah berlutut dan berkata, "Hunjuk beritahu kepada susiok, jenasah saudara—saudara yang terbunuh bom Pek lek tan tadi, pada waktu ini masih belum dikebumikan. Harap susiok suka mengeluarkan perintah untuk cepat dilaksanakan penguburannya." Pek cie Taysu yang mendengar itu hatinya seperti diiris—iris. dengan mata tergenang air uia lantas berkata sambil kertak gigi. "Perintahkan setiap anak murid yang masih ada lekas mengubur semua jenasah kemudian lekas juga bersihkan Semua tanda—tanda darah di lantai. Dan setelah itu kau boleh perintahkan sekalian saudara saudaramu supaya lekas berkumpul di ruangan Hoan sin ie’__» "sutit terima perintah." Setelah itu Kui su dengan sikap hormat telah mengundurkan diri. Memikirkan peristiwa yang mengenaskan, Pek cie Taysu masih merasa hatinya seperti diiris—iris. Tempat Budha yang dipandang suci oleh segenap umat Budha adalah untuk pertama kalinya itu mengalami nasib demikian menyedihkan. Kematiannya begitu banyak anak murid Siao lim.pay merupakan suatu pukulan hebat bagi partai besar ini. Hal tersebut membuat mau tidak mau Semua anak murid Siao lim pay masih ada pada merasa seperti ditikam.pedang tajam.saja. Setelah memberi perintah pada keponakan muridnya tadi, Pek cie Taysu balik pula dan menghadapi Tan Liong. sambil memperlihatkan senyum ewah Tan Liong si pemuda baju kelabu masuk ke dalam kamar. Matanya mengawasi Goan khut dalam keadaan yang amat payah alisnya nampak dikerutkan. Pek cie Taysu mengawasi wajah dan gerak gerik tan Liong. terhadap ucapan pemuda itu tadi yang mengatakan bisa menolong jiwa Goan khut, agaknya masih diragukan. Tan Liong setelah berdiri sejenak lalu mengulur tangan kanannya dengan kecepatan kilat menyambar dadanya Goan khut. Gerakan yang dilakukan secepat kilat oleh si pemuda baju kelabu itu membikin was was Pek cie Taysu yang terus mengawasi perbuatannya itu. Kala itu mendadak terdengar suara. Sreeet! Dan . . . . .. jubah bagian dada Goan khut ternyata sudah dirobek oleh gerakan tangan Tan Liong tadi. Pek cie Taysu yang menyaksikan perbuatan Tan Liong itu wajahnya agak berubah. Perasaan gusar nampak tegas di atas wajahnya. Goan khut adalah Ciang bun jin atau ketua partai Siao lim pay. Dalam keadaan tidak ingat orang, sang ketua tersebut diperlakukan demikian rupa oleh orang luar tidaklah mengherankan kalau perbuatan itu dimata pendeta tua itu sangat gegabah maka seketika itu juga sudah membuat ia gusar sekali. Pek cie Taysu segera menghampiri Tan Liong. Jikalau Tan Liong menjamah badan maupun baju Goan khut lagi, ia siap akan merintangi. Bagi Tan Liong, perubahan sikap Pek cie Taysu tadi agaknya tak terlihat sama sekali. Mata pemuda ini hanya ditujukan ke arah dada Goan khut tanpa berkedip. Setelah agak lama memandang wajahnya kelihatan berubah. Ternyata di atas dada Ciang bun jin Siao lim pay itu dengan tegas terlihat dua titik tanda merah.