Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pedang Kunang Kunang - 76

$
0
0
Cerita Silat | Pedang Kunang Kunang | Oleh SD Liong | Pedang Kunang Kunang | Sakti Cersil | Pedang Kunang Kunang pdf

Detektif Stop - 21 Gerombolan Pemasang Bom Lovasket - Luna Torashyngu Lovasket 2 For The Love Of The Game - Luna Torashyngu Lovasket 3 - Luna Torashyngu Refrain - Winna Efendi Love Latte - Phoebe Beauty Honey - Phoebe Blind Date - aliaZalea Miss Pesimis - Alia Zalea Cewek - Esti Kinasih

“Tidak," sahut Kaisar Persilatan dengan wajah serius, “kupercaya si Maharaja itu pasti akan mati dengan pedang itu. Jangan engkau ragu hatimu !" “Cianpwe hanya mendasarkan pada rasa kepercayaan sajakah ... ?" “Baiklah, terpaksa akan kuberitahukan secara terus terang kepadamu. Menurut perhitungan dengan ilmu Liok-to-sin-thong itu, kesudahan dari peristiwa yang engkau hadapi nanti tentu begitu….” “O ... !" kembali Gak Lui mendesuh kejut. Ia memang tak meragukan tentang keterangan Kaisar Persilatan itu tetapi ramalan menurut cermin tembaga milik si Raja-sungai Gan Ke-ik, juga tepat. Menurut Cermin Tembaga itu, nanti akan berakhir dengan suatu kesudahan yang menyedihkan. Tetapi Kaisar Persilatan baru mau mengajarkan ilmu sakti itu setelah urusan balas dendam selesai. Apabila nasibnya seperti yang digambarkan Kaca wasiat si Raja-sungai, bukankah ia takkan sempat lagi belajar ilmu Liok-to-sin-thong itu? “Li cianpwe," akhirnya Gak Lui mengutarakan isi hatinya, “soal mati atau hidup aku tak menghiraukan. Tetapi demi melenyapkan segala kesangsianku, apakah cianpwe tak keberatan untuk memberi sedikit petunjuk tentang nasibku ... ?" Kaisar Persilatan memandangnya tajam2: “Apakah engkau dapat mempercayai omonganku?" “Sudah tentu percaya. Kuingat seperti tempo hari cianpwe pernah secara halus memperingatkan kematian Hwat Hong taysu, akhirnya benar2 taysu itu telah meninggal...." “Engkau percaya setelah Hwat Hong meninggal atau pada saat baru mendengar peringatan tentang kematiannya ?" “Mendengar peringatan cianpwe, saat itu aku sudah mempunyai perasaan firasat." “Bagus, bagus," Kaisar Persilatan mengangguk, “perasaan nalurimu cukup tajam, aku kagum. Nasib itu tak boleh kita percaya mati2an. Karena kecuali dewa, manusia tak tahu bagaimana nasib yang akan dialaminya, sekarang engkau hendak bertanya mengenai nasibmu, akupun tak dapat menolak tetapipun tak berani membangga... (halaman ---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo--- 42 – 43 ga ada….) Se-thian. Burung penjelmaan itu tak pernah dapat kenyang sehingga daging sang Gautama habis dimakannya .... “Apakah sang Buddha tak meninggal ?” Gak Lui ngeri juga. “Tidak,” kata Kaisar Persilatan, “itu hanya suatu ujian untuk membuktikan sampai di mana Cinta Kasih sang Gautama. Dengan kerelaan dan keberanian untuk melaksanakan Cinta Kasih itu akhirnya luluslah sang Gautama mencapai tingkat sebagai Buddha.” “Ah…” Gak Lui menghela napas panjang. Namun melihat pemuda itu masih kerutkan kening mengandung kesangsian, Kaisar Persilatan buru2 menyusuli kata2 lagi: “Hanya sebuah cerita tetapi bukan karangan kosong. Dalam kitab suci Buddha hal itu diceritakan dengan jelas. Jangan kira aku hanya mendongeng kosong.” “Wanpwe tahu," sahut Gak Lui. “memang cerita itu bukan sekedar dongeng melainkan sebuah tamsil (perumpamaan). Maksudnya mengajar orang supaya kenal akan arti dan tujuan hidup. Misalnya ... Maharaja Persilatan itu dapat disamakan dengan si Rajawali lapar dan kaum persilatan yang kepandaiannya masih rendah dapat diumpamakan seperti.....” Tiba2 ia hentikan kata-katanya karena ia menyadari ucapannya itu salah. Kalau mengatakan si Maharaja itu sebagai Rajawali lapar dan kaum persilatan sebagai kelinci, lalu siapakah yang harus memberi makan rajawali lapar itu. Adakah orang semacam Maharaja Persilatan itu tak harus dibunuh .... “Hm, engkau mengerti bahwa dongeng itu hanya sebuah tamsil, itu sudah baik," tiba2 Kaisar Persilatan berkata, “siapa yang menjadi sang Gautama, siapa si Rajawali lapar dan siapa kelincinya, baru nanti apabila tiba saatnya engkau tentu tahu sendiri. Soal itu kita hentikan sampai di sini saja. Cukup asal engkau catat di dalam hatilah." Serta merta Gak Lui mengiakan. Sejenak berdiam, ia membuka mulut lagi: “Li cianpwe, sekarang aku hendak mengajukan permohonan yang terakhir.” “Silahkan." “Tempo hari cianpwe pernah meluluskan pada saat berjumpa lagi hendak menguji kepandaianku. Sekarang aku memberanikan diri untuk mohon petunjuk cianpwe barang beberapa jurus saja." “Ah, tak berani kuberi petunjuk. Dan pula kuanggap hal itu tak perlu." “Mengapa ?" “Kepandaianmu memang maju pesat sekali. Sekali lihat saja sudah kuketahui." “Tetapi... wanpwe tetap menghendaki diuji !" Kaisar Persilatan terkesiap, serunya heran: “Mengapa ?" “Ketika tinggalkan gunung Yau-san, di hadapan pusara ayah-angkatku aku telah bersumpah hendak menuntut ilmu kepandaian yang tiada tandingannya. Dengan tanganku sendiri hendak kubunuh musuh itu ...." “Adakah karena hendak mengetahui kepandaian saat ini maka engkau hendak mengajak bertanding aku?" Kaisar Persilatan menegas. “Boleh diartikan begitu." Mata Kaisar Persilatan segera memancar sinar berkilat, serunya: “Engkau sudah mempunyai pegangan tentu dapat mengalahkan aku ?" Juga mata Gak Lui memancar tajam, sahutnya tegas: “Tetapi wanpwe sudah mempunyai ketetapan hati." “ketetapan hati? Hanya ketetapan saja belum berarti !" “Wanpwe memiliki nyali keberanian juga." “Ha, ha, ha, ha !" Kaisar Persilatan tertawa nyaring, “benar! Keberanian disertai dengan kemantapan hati, tentu bisa berhasil. Kalau begitu, asal dalam 3 jurus serangan engkau mampu merapat dekat di hadapanku, dengan tulus hati aku akan mengundurkan diri dari dunia persilatan dan akan menjadikan semua cita2 keinginanmu! Tetapi ..." “Bagaimana ?" “Kewajiban membasmi kawanan durjana, juga seluruhnya menjadi tanggunganmu. Apakah engkau setuju ?" “Wanpwe serahkan jiwa dan raga untuk menunaikan tugas itu !" “Bagus, engkau benar2 memiliki pambek yang tinggi. Mari kita mulai bertanding !" Kaisar Persilatan terus berbangkit. Diam2 Gak Lui menimang dalam hati. Ia merasa amat berterima kasih sekali atas kebaikan budi tokoh sakti itu, pikirnya: “Aku harus mengerahkan seluruh kepandaianku agar dia jangan kecewa. Tetapi .... dia mengatakan kalau dalam tiga jurus aku dapat merapat di hadapannya, aku dianggap menang. Apakah cara itu tidak merugikan dia ...." Sambil merenung iapun melangkah ke tanah lapang dan berseru: “Li cianpwe, sebelum mulai wanpwe mempunyai dua buah harapan." “Katakanlah !" “Kesatu, harap cianpwe jangan keliwat sungkan dan masih menyimpan kepandaian ataupun mengalah kepada wanpwe." Wajah Kaisar Persilatan berobah serius: “Tidak ! Sekali sudah meluluskan hendak bertanding dengan engkau, aku tentu sudah menganggap engkau seorang lawan yang cukup berharga. Aku takkan seperti tokoh2 persilatan yang suka meremehkan anak muda." “Dan kedua kalinya, harap cianpwe jangan sungkan. Meskipun pedang Thian-lui-koay-kiam belum dapat kucabut tetapi tetap akan kupakainya sebagai tongkat batu. Kukira juga merupakan senjata yang cukup bagus !" “Jangan kuatir, aku mempunyai pusaka untuk melindungi tubuhku," sahut Kaisar Persilatan seraya terus balikkan tangan memegang pusaka Thian-liong- kim-jiu. Demikian pada saat itu di atas tanah lapang yang ditingkah sinar matahari, tegak berdiri dua sosok tubuh dari manusia yang akan menguji ilmu kepandaian sakti. Keduanya terpisah pada jarak lima tombak. Mereka mulai berputar-putar mengelilingi lapangan. Setelah berpatar tiga lingkaran, Gak Lui merasa tak kuat menahan hatinya. Walaupun pertempuran itu takkan menumpahkan darah tetapi baginya mempunyai arti yang penting sekali. Dapatkah ia mencapai pelajaran ilmu sakti tiada tanding, dapatkah ia nanti mengalahkan musuh, akan diputuskan dalam tiga jurus nanti. Ujian itu akan menentukan nasibnya. Karena itu teganglah perasaan Gak Lui. Ketika memandang ke muka, dilihatnya Kaisar Persilatan sudah berhenti. Tangan kanannya menjulur lurus ke muka mengarahkan pusaka Thian liong-kim- jiu kepadanya. Gak Lui heran dan tak tahu apa maksud tokoh itu. Ia hentikan langkah, siapkan pedang Thian lui-koay- kiam, dengan tenang ia berdiri tegak siap menyerang. Tetapi baru ia hendak bergerak, Kaisar persilatan sudah membentaknya: “Jurus pertama sudah selesai!" “Jurus pertama?" Gak Lui mengulang heran, “aku baru pasang kuda mengapa sudah dianggap melakukan jurus pertama?" Melihat pemuda itu tak tenang, Kaisar Persilatan berseru: “Engkau terlalu tegang sehingga kedudukanmu salah!" “O.... !" ia mendesuh kaget dan merentang mata. Tetapi secepat itu matanya terserang oleh sinar kemilau yang keras sehingga ia tak dapat melihat apa2. Cepat ia berputar tubuh dan berpindah tempat sampai setombak jauhnya. Saat itu baru ia terhindar dari gangguan sinar. “Ah, sungguh memalukan! Li cianpwe mengatakan aku belum cukup pengalaman dan tak cukup tenang, memang benar," diam2 ia menyesali dirinya sendiri. Kemudian ia salurkan seluruh tenaga-dalam. Ternyata akibat dari rasa tegang tadi, sembilan bagian dari tenaga dalamnya buyar tak keruan. Ia harus melakukan pernapasan untuk memusatkannya lagi. Beberapa saat kemudian setelah ia berhasil mengumpulkan tenaga dalam lagi, barulah mulai bergerak dengan jurus Rajawali pentang-sayap, melambung ke udara. Pedang batu lurus ditujukan ke muka dan ia melayang turun ke arah kepala orang. Namun di bawah ancaman serangan maut itu, tampaknya Kaisar Persilatan acuh tak acuh. Ia berdiri tenang sambil memegang pusaka perguruannya. Sedikitpun tak mengunjuk sikap hendak balas menyerang. Peda saat Gak Lui tiba tiga tombak di hadapannya, barulah sekonyong konyong ia membuka suara, bersuit nyaring. Sesungguhnya nada suitan itu tak berapa keras tetapi dalam telinga Gak Lui, suitan itu seperti suara gunung meletus. Seketika itu Gak Lui rasakan jantungnya berdebar keras dan seperti teraling suatu pagar tenaga yang tak kelihatan, diapun segera melayang turun ke bumi. “Ah, jurus kedua tentu sudah selesai," diam-diam Gak Lui terkejut dan mengeluh, “kali ini aku benar2 kurang keberanian. Baru musuh bersuit, hatiku sudah tergetar....." Dua kali kegagalan itu mengetuk pintu hati Gak Lui. Semangatnya serentak berbangkit dan dadanya serasa meledak. Serentak ia enjot tubuh ke udara lagi dan sekali ngangakan mulut, iapun menghamburkan sebuah gemboran dahsyat yang menyerupai aum harimau kelaparan. Mendengar gemboran itu, Kaisar Persilatan kerut dahi. Wajahnya menampil rasa kejut2 girang. Dengan gerakan yang luar biasa anehnya, tubuh Kaisar Persilatanpun mulai berputar-putar laksana gumpalan awan dihembus angin .... Tetapi walaupun ia bergerak pesat, ternyata Gak Lui sudah siap. Setelah memperhatikan gerak-langkah orang, ia segera menurutkan langkah Ngo-heng-pian hoa, bergeliatan di udara lalu meluncur turun terus bergerak dalam langkah Ni-coan-ngo-heng. Demikian dua sosok tubuh bergerak amat cepat. Yang satu seperti anak panah dihamburkan dari busur. Yang satu bagai bintang jatuh dari langit. Setelah beberapa waktu kemudian, keduanya kembali berada di tempatnya semula lagi. “Bagus! Bagus !" Kaisar Persilatan tertawa ber-seri2 dan mulutnya beberapa kali memuji. Sedang Gak Lui yang tegak kurang lebih dua meter di hadapannya, tampak sibuk hentikan gerakannya. “Cianpwe, walaupun dalam tiga jurus aku dapat mendekat ke muka cianpwe, tetapi dalam ilmu kepandaian, aku merasa masih kalah jauh sekali. Maka.... kelak tentu terulang ...." “Ha, ha! Arus sungai Tiangkang selalu maju, yang di belakang mendorong yang di muka! Setiap masa tentu berganti manusia. Mulai saat ini, aku tak dapat bertempur dengan orang. Dan engkaupun jangan mengungkat soal itu lagi !" “Tetapi ...." “Tidak ada tetapi ! Terus terang kukatakan, memang ilmu kepandaian kita terpaut jauh tetapi aku lebih dulu sudah meyakinkan selama duapuluh tahun." “Ah, tidak bisa...." “Tidak bisa?" wajah Kaisar Persilatan berobah serius lalu balas bertanya pula: “Adakah engkau tak mau memikul beban untuk membasmi kaum durjana?" “Bukan begitu." “Kalau begitu tak perlu engkau sungkan lagi," kata Kaisar Persilatan seraya menyimpan pusaka Thian liong kim jiu, “sebelum berpisah, aku hendak memberikan petunjuk tentang kesudahan perjalanan hidupmu....." Gak Lui mengiakan dan mendengarkan dengan khidmat.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>