Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Naga Merah - 58

$
0
0

Cerita Silat | Naga Merah | oleh Khu Lung | Naga Merah | Cersil Sakti | Naga Merah pdf

Dylan, I Love You! - Stephanie Zen Dear Dylan - Stephanie Zen Jerat - Esti Kinasih Aku menggugat Akhwat & Ikhwan - Fajar Agustanto Bidadari Untuk Ikhwan - Fajar Agustanto

Tan Liong yang menyaksikan kejadian demikian, jika ia biarkan perkelahian itu berlangsung terus Yao lie lu akan binasa ditangannya Chie Cui, maka ia terpaksa turun tangan untuk memisah seraya membentak. "Nona Chie tahan dulu! " Tapi Chie Cui tidak hentikan serangannya. Ia sudah merasa sangat benci sekali terhadap Yao lie lu jika ia belum membinasakan dirinya perempuan berbisa itu ia belum merasa puas dan lenyap perasaan mendongkolnya. Maka dari pada hentikan serangannya ia tambah gencar melakukan serangan sampai Yao lie lu kepayahan. Dengan paras semakin pucat dan gigi berkertakan bahwa gusarnya yang sudah melewati takaran, ia menyerang lawannya semakin hebat. Tan Liong yang menyaksikan semua perubahan itu hatinya berdebaran, ia tahu bahwa Chie Cui pada saat itu sudah benar-benar kalap. "Nona Chie, apakah kau tidak mau dengar perkataanku ? " demikian ia membentak pula. "Kalau aku belum membunuh mati perempuan sundel ini, aku masih belum merasa puas! " Yao lie lu menjawab dengan suara dingin, "Nona Chie, apakah karena aku telah membuka rahasia encimu. maka kau membenci diriku begini rupa? " Saking gusarnya badan Chie Cui sampai gemetaran dan dadanya dirasakan seolah-olah hendak meledak. "Kau perempuan beracun yang tak kenal budi orang. kau tak boleh dibiarkan berkeliaran terus didunia Kangouw! " kata Chie Cui sengit. Perasaan gusar, napsu membunuh, semua telah tertumpuk nyata diparasnya Chie Cui. Memang, caranya menghadapi saingan dalam soal asmara yang diambil oleh Yao lie lu dengan semuanya itu, sesungguhnya ada sangat keterlaluan! Sekali lagi Tan Liong menengok ke dalam kalangan ia tahu, tidak sampai lima jurus lagi Yao lie lu pasti akan binasa didalam tangannya Chie Cui. Biar bagaimana kedua wanita itu pernah sama-sama menolong jiwanya maka ia tidak dapat peluk tangan begitu saja untuk menyaksikan terjadinya peristiwa berdarah. oleh karena itu maka ia lantas membentak pula. "Nona Chie, hentikan dulu seranganmu! " Tapi Chie Cui tidak mau menurut, sebab saat itu hawa amarahnya sedang meluap, jika ia belum membinasakan dirinya perempuan berbisa itu, belum merasa puas dan tidak dapat menyingkirkan perasaan bencinya terhadap Yao lie lu. Tan Liong yang melihat Chie Cui tidak mau menurut perkataannya, merasa agak mendongkol. Dalam anggapannya setidak-tidaknya Chie Cui harus hentikan dulu serangannya untuk mendengarkan keterangannya. Dalam mendongkolnya ia membentak pula dengan sengit. "Nona Chie, benarkah kau sudah tak mau dengar keteranganku? " "Aku akan robek dulu mulutnya perempuan berbisa ini nanti baru dengar keteranganmu. Rasanya masih belum terlambat. " jawaban Chie Cui. Perkataannya itu dibarengi oleh serangannya yang lebih hebat, yang dilancarkan terhaap dirinya Yao lie lu. Tan Liong yang menyaksikan kejadian itu terpaksa ia harus turun tangan Yao lie lu pasti akan binasa. Dalam gemasnya ia sudah tidak memikir akibatnya lagi dengan cepat ia menyerbu kedalam medan pertempuran, tangan kanannya bergerak untuk menahan serangannya Chie Cui sedang tangan kirinya menyambar dirinya Yao lie lu ! Perubahan yang terjadi dengan tidak diduga-duga itu, sesungguhnya diluar dugaan Chie Cui ia juga tidak nyana kalau dalam keadaan demikian Tan Liong masih bisa membantu fihaknya Yao lie lu hingga saat itu otaknya seperti dihantam oleh martil matanya menjadi berkunang kunang dan badannya sempoyongan. Mendadak ia merasakan seolah-olah dirinya terjatuh kedalam lubang gua yang sangat dalam dan gelap gulita, semua pengharapannya telah ludas, jiwanya seolah-olah sudah terbang keluar dari raganya! Air matanya mengalir deras hingga membasahi kedua pipinya! Parasnya pucat pasi dan menakutkan, pipinya yang montok telah diliputi oleh kesuraman kedukaan yang sangat hebat. Ia telah dapatkan bahwa dirinya sudah dihadapkan dengan suatu kenyataan yang sangat kejam dan mengerikan. Tan Liong bukan saja tidak memberi bantuan kepada diriny a sebaliknya malah membantu fihaknya Yao lie lu! Pengorbanan suci yang dilakukan oleh encinya telah dibayar dengan nasib yang paling buruk. Dalam hal ini sebetulnya tidak boleh terlalu menyalahkan kepada dirinya Tan Liong karena ia tak ingin melihat jatuhnya korban jiwa lagi diantara kedua wanita yang sudah sama-sama memberi pertolongan kepada dirinya itu, maka ia terpaksa turun tangan tapi dalam anggapannya Chie Cui perbuatannya Tan Liong itu ada merupakan satu pukulan paling hebat bagi dirinya. Dalam waktu sekejap itu Chie Cui telah berubah menjadi orang yang hilang ingatan. Ia tidak tahu lagi kalau dalam dunia yang fana ini masih ada dirinya, satu-satunya perasaan yang masih ada, ialah perasaan mengalirnya air mata dikedua pipinya. Parasnya yang pucat pasi bagaikan mayat membuat Tan Liong merasa sangat haru. "Nona Chie, kau kenapa? Ada urusan apa kau boleh bicarakan dengan sabar dan tenang! " demikian ia berkata. Chie Cui mendengar teguran Tan Liong itu seolah-olah tergugah dalam dunianya yang gelap. Hatinya yang putih bersih bagaikan kertas yang baru dibuka dari bungkusannya, tiba-tiba dikotori oleh cipratan tinta. Ia cuma bisa kertakkan gigi, sorot matanya berubah menjadi berbahaya dalam waktu sekejap itu ia seolah-olah sudah berubah menjadi seorang gadis yang berlainan sifat dan coraknya. Ia kini sudah tidak berduka lagi. Tiba-tiba terdengar suara tawanya yang menyeramkan, suara ketawanya itu seolah-olah keluar dari mulut seorang gila yang sudah kehilangan ingatan, sangat memekakkan telinga, seolah olah suara ratapan atau tangisan binatang kera atau burung hantu diwaktu malam, tetapi kalau kita dengarkan dengan seksama. suara itu seperti suara tangisan hantu diwaktu malam yang bisa membuat berdiri bulu roma itu. Tan Liong yang menyaksikan itu semua, wajahnya berubah seketika, ia lantas menegur, "Nona Chie, kau . . . . .. kau kenapa? " dan secepat kilat dia sudah berdiri dihadapannya Chie Cui. Chie Cui mendadak hentikan ketawanya degan sorot mata gusar menatap wajahnya Tan Liong, kemudian ayun tangannya sebentar lalu terdengar suara "plak" yang amat nyaring baru terdengar jawabannya yang diucapkan dengan nada suara tajam, "Tan Liong, kau manusia yang tidak tahu malu, lekas enyah dari depan mukaku! " Tan Liong setelah mendapat "persenan" satu tamparan dari Chie Cui pipinya dirasa panas dengan tanpa sadar ia sudah mundur dua tindak, matanya mengawasi Chie Cui. Dengan paras pucat dan sambil kertak gigi Chie Cui berkata dengan suara bengis, "Tan Liong, kuberitahukan kepadamu. Kita berdua bukannya wanita bangsa rendah yang suka menjual dirinya. Enciku. oleh karena kau telah mengorbankan kehormatannya sebagai ganti untuk menolong jiwamu. Tapi kau sekarang ternyata sudah dengar mulutnya Yao lie lu yang telah pandang enciku sebagai wanita yang tidak ada harganya. Apakah kau masih anggap dirimu sebagao manusia? Apakah kau masih pantas mengaku satu laki-laki sejati atau Enghiong? Padahal kau tidak lebih dari satu binatang anjing buduk! Dimaki-maki secara demikian Tan Liong wajahnya puca t seketika, ia lalu menjawab dengan perasaan cemas, "Aku toh tidak dengar mulutnya Yao lie lu! " Chie Cui lalu berkata kepada Yao lie lu sambil ketawa dingin, "Yao lie lu, ada satu hari aku nanti tidak akan melepaskan kau begitu saja oleh karena aku tahu kau ada mencintakan dirinya Tan Liong maka aku tolong jiwamu sekalian tapi kau sebaliknya yang hendak memuaskan keserakahan hatimu telah menuduh enciku sebagai perempuan rendah! ". Sambil kertak gigi ia berkata pula kepada Tan Liong, "Tan Liong, sekarang aku baru mengerti, kau adalah satu manusia rendah, manusia goblok yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kuberitahukan padamu pasti ada satu hari aku tidak akan membiarkan kau begitu saja, seperti juga aku tidak dapat membiarkan setiap laki-laki busuk dalam dunia ini! " Mendadak ia tertawa bergelak dan kemudian berkata pula, "Tan Liong, pergilah dengan membawa wanita sundel itu! Kau tak usah kuatir Chie Cui tidak nanti akan menghabiskan jiwanya sendiri. Sedikit penggodaan dan penderitaan yang tidak ada artinya ini aku masih sanggup terima." Sambil tertawa bergelak-gelak dengan tindakan lambat- lambat ia berlalu dari hadapannya Tan Liong. Tan Liong berdiri terpaku, ia tidak dapat berbuat apa apa terhadap nasib yang malang itu. Dan setelah Chie Cui berlalu jauh dari depan matanya ia mendadak merasa tidak adil terhadap nona itu, ia merasa telah berdosa terhadap dirinya satu gadis yang masih suci murni! Apapun juga maksud dan tujuan dua bersaudara itu menolong jiwanya, toh ada satu hal yang sebenarnya, bukan suatu kebohongan. Ia merasa menyesal atas perbuatannya sendiri yang tadi sudah menolong dirinya Yao li lu maka ia lantas mengejar dirinya Chie Cui dan berkata padanya. "Nona Chie, kau seharusnya dengar dulu penjelasanku. " Tapi Chie Cui menjawab dengan suara dingin. "Kau telah menolong dirinya Yao lie lu, itulah penjelasanmu. " "Nona Chie, kau jangan kata begitu, aku cuma .. " "Tan Liong, aku minta kau jangan banyak bicara, juga minta supaya kau berlaku sedikit sopan, jangan menghalang-halangi perjalananku. Jikalau tidak nanti apabila sampai kejadian saling cakar, itu berarti merusak persahabatan kita. " Yao lie lu mendadak menyelak, "Tan Siangkong, perempuan yang tidak tahu malu ini perlu apa kau ladeni padanya? " Chie Cui yang mendengar perkataan-perkataan Yao Lie lu itu parasnya berubah seketika, sorot matanya mengunjukkan perasaan bencinya yang meluap-luap dengan sorot mata beringasan mengawasi Yao lie lu, tapi itu hanya sepintas lalu saja, kemudian ia berkata sambil ketawa dingin. "Tidak salah, Chie Cui memang ada satu perempuan yang tidak tahu malu. " Sehabis mengucapkan perkataan demikian ia lantas ketawa bergelak-gelak. Tapi perkataannya Chie Cui itu benar-benar telah menusuk ulu hatinya Tan Liong. Ia merasa sangat terharu, ia terbengong! Sehingga cuma bisa berdiri melongo. "Tan Liong, kau mau menyingkir atau tidak? " tegur Chie Cui dengan sikap dingin. Tan Liong menghela napas, ia minggir beberapa tindak untuk memberikan jalan kepada Chie Cui. Dengan memandang bayangan belakang dirinya Chie Cui, Tan Liong mendadak seperti kehilangan benda yang paling disayang, pikirannya melayang sampai jauh sekali! Tiba-tiba terdengar suaranya Yao lie lu. "Tan Siangkong . . . . .. apa guna kau berduka. Dia sudah pergi toh masih ada aku! " Dengan sikap yang dibikin-bikin, perempuan genit itu jatuhkan dirinya kedalam pelukannya Tan Liong.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>