Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tombak Kecantikan - 27

$
0
0

Cerita Silat | Tombak Kecantikan | oleh Can ID | Tombak Kecantikan | Cersil Sakti | Tombak Kecantikan pdf

Naga Bhumi Mataram - El Pramono Arief Sujana - Sang Fajar Bersinar Di Bumi Singasari Arief Sudjana - Kabut di Bumi Singosari Arief Sudjana - Tapak Tapak Jejak Gajah Mada Arief Sudjana - Kisah Dua Naga Di Pasundan

Semenjak menyusup ke negeri Tayli, Sebenarnya Cukat Sianseng punya tiga kali kesempatan untuk menembusi pertahanan musuh dan mencabut nyawa Ti Ko—cia.™
   Akan tetapi dia tidak turun tangan.™
   Dia hanya mengalahkan, menghancurkan dan memukul mundur enam orang jagoan andalan Ti Ko—cia yakni jit-coat—sinkang, akan tetapi tidak membinasakan target utama itu.™
   Dia berikan Ti Ko—cia kepada Goan Capsah-heng.™
   Padahal setelah sekaligus mengalahkan dewa pedang, malaikat pedang, setan pedang, iblis pedang, siluman pedang, pedang aneh dari tujuh pedang sakti, tenaga dalamnya sudah menderita kerugian sangat besar.™
   Dalam perkiraannya, sisa yang seorang dari tujuh pedang sakti sudah pasti dapat dihadapi Goan su—sute nya secara gampang.™
   Siapa tahu, yang dimaksud pedang sakti dari tujuh pedang sakti, terwakilkan hanya pada seorang anak muda saja, dengan ilmu silatnya seorang, sudah lebih dari cukup untuk dibandingkan dengan tenaga gabungan ke enam orang rekan seperguruannya. Tatkala Goan Capsah-heng berusaha membunuh Ti Ko—cia, dia telah berhadapan dengan si pedang sakti yang paling susah dihadapi itu.™
   Pertempuran sengit diantara kedua orang itupun segera berkobar, Goan Capsah-heng berhasil membuat si jago pedang itu terluka parah, akan tetapi luka pada dirinya terhitung tidak ringan. Kecuali luka, diapun merasa sangat murka.™
   Dia sangka secara sengaja Cukat Sianseng telah menyisakan musuh yang paling sulit agar dihadapi olehnya.™
   Ketika dia kembali ke Pek—si-wan untuk merawat lukanya, kebetulan Cukat Sianseng pun berada disana, andaikata bukan dilerai Thian—ie Kisu, mungkin pada saat itu juga Goan Capsah-heng sudah menantang Cukat Sianseng untuk berduel mati hidup.™
   Adapun Cara yang digunakan Thian—ie Kisu untuk mencegah terjadinya pertarungan itu adalah: Mengalihkan perhatian mereka berdua, khususnya Goan Capsah-heng.™
   Saat itu, dia tahu Haho Si-cap-it sedang berada di kota Siang-yang.™
   Haho Si—cap—it adalah manusia yang membokong Thian—ie Kisu hingga terluka parah.™
   Sebenarnya Thian—ie Kisu memang mempunyai tubuh yang lemah, sulit untuk mempelajari ilmu silat tingkat tinggi, walau begitu dia masih memiliki sedikit dasar silat dan dasar silat itu merupakan ajaran dan bimbingan langsung dari Wicing cing—cing, oleh sebab itu kehebatannya dalam dunia persilatan terhitung cukup hebat.™
   Tapi setelah dibokong Haho Si—cap—it sehingga urat jin—meh dan tok—meh nya terluka, tenaga murninya tak bisa dihimpun kembali, ketidak mampuannya mengupulkan kekuatan merupakan persem—bahan dari Haho Si—cap—it.™
   Padahal perselisihannya dengan Haho Si—cap—it hanya gara gara dia mencampuri sebuah urusan “iseng”.™
   Komplotan Coa Keng memerintahkan kuku garuda namor satu mereka yang bercokol dalam dunia persilatan, dan disebut orang dibelakangnya sebagai si hewan Haho Si—cap—it untuk meneliti sejenis obat, agar pesakitan yang sedang melaksanakan hukuman mati tidak sempat mengeluarkan suara, bahkan menunjukkan mimik muka lesu dan menyesal namnn tidak sampai ketahuan kalau ia pernah diberi sejenis racun.™
   Berbuat begitu bagi mereka merupakan kewajiban, alasan utamanya karena pihak kerajaan seringkali menjatuhkan tuduhan yang berat kepada sejumlah pesakitan yang sesungguhnya tidak pernah mereka lakukan. mati karena fitnah, sehingga seringkali pesakitan itu justru menuju ke tempat pacung dengan busungkan dada, wajah tak jeri dan ekspresi tidak menyesal, seringkali justru mencaci maki dengan kata gagah.™
   Tingkah laku pesakitan itu menarik simpatik rakyat disepanjang jalan yang dilalui, banyak diantara mereka justru memberi semangat kepada para pesakitan, memberi makanan, malahan ada yang berlutut memberi hormat.™
   Kalau hal semacam ini dibiarkan berlangsung, apa jadinya bagi kelompok berkuasa?.™
   Padahal setiap hari, komplotan Coa Keng menfitnah ratusan bahkan ribuan orang, tentu saja mereka tak suka pesakitan itu berubah jadi pahlawan dimata masyarakat.™
   Akhirnya mereka pun mengumpulkan banyak pejabat dan orang pintar untuk bersama—sama mencari solusi terbaik, mereka ingin kaum pesakitan tak lagi bisa berbicara, agar masyarakat mengira mereka sudah menyesal dengan perbuatannya dan ikhlas melaksanakan hukuman mati.™
   Maka ada orang menciptakan sejenis alat, yang bisa memotong saluran napas dan tenggorokan pesakitan, tapi sulit diketahui orang awam akan penyebab kematian mereka.™
   Saat itulah Haho Si—cap—it menciptakan sejenis obat—obatan yang bisa menghasilkan reaksi semacam itu, bahkan secara diam diam menitahkan Liam Lau dan Liam Wan untuk mempelajari semacam ilmu sakti, agar pesakitan terdorong emosinya hingga memberikan pengakuan secara otomatis.™
   Haho Si—cap—it adalah seorang maha guru ilmu silat, paling pandai soal membokong, tapi dia bukan seorang ahli obat obatan.™
   Demi melaksanakan perintah Coa Keng, demi mencari simpatik perdana menteri, terpaksa ia pergi minta bantuan keluarga Un.™
   “1o—ci-hau” (merek tua) Keluarga Un adalah seorang yang sangat ahli dalam.menciptakan obat beracun. Tapi didalam hal ini timbul satu persoalan: Keluarga Un sendiripun bukan orang yang pandai mengguna—kan racun.™
   Lo—ci—hau sendiripun terbagi menjadi empat cabang: Yang membuat racun adalah siau-ci—hau, merek kecil.™
   Yang sembunyikan racun adalah toa—ci—hau, merek besar.™
   Yang melepaskan racun adalah si—ci—hau, merek mati.™
   Yang memunahkan racun adalah ho—ci—hau, merek hidup.™
   Mula mula Haho Si—cap—it pergi ke Lok—yang lebih dahulu mencari Un Wan.™
   Un Wan termasuk aliran yang memegang merek “hidup”.™
   Dia bahkan salah satu pemimpin diantara tiga orang pimpinan merek “hidup”.™
   Kepada Un Wan, dia mengajukan permintaan untuk meracuni pesakitan dengan racun, tapi permintaan tersebut langsung ditolak.™
   Dari malu Haho Si-cap—it jadi naik darah, akan tetapi dia tak berani menyalahi jagoan dari Siong—yang ini.™
   Dalam kota Lok-yang, Un Wan memiliki pengaruh yang luar biasa, pengaruh orang semacam ini mencakup golongan putih maupun hitam, tidak boleh diusik dan lebih baik jangan diusik.™
   oleh karena itu dia pergi menjadi Un Sah—kong, jago tangguh dari merek “mati”.™
   Akan tetapi Un Sah—kong pun enggan memberi racun kepada-nya.™
   Setiap orang yang tergabung dalam merek “mati” mahir menggunakan racun, tapi bukan berarti setiap orang tak punya harga diri, bukan manusia rendah yang siap jual nyawa demi pejabat negara dan kejahatan.™
   Haho Si—cap—it pun kembali pergi mencari Un Tee dari merek “besar”.™
   Sebab sejak awal dia sudah dengar orang berkata bahwa pihak merek “tua” telah berhasil menciptakan obat semacam itu, bila obat tersebut dimakan maka orang tersebut akan selalu mengatakan dirinya bersalah dan minta ampun sampai mati.™
   Sementara pihak yang menyimpan obat tersebut adalah merek “besar”.™
   Itulah sebabnya dia pergi mencari Un Tee.™
   Un Tee sebagai seorang ksatria enggan bekerja untuk orang orang Coa Keng.™
   Akan tetapi diapun tak berani menyalahi Coa Keng.™
   Disaat keadaan serba susah inilah, Thian-ie Kisu muncul disana.™
   Karena diberitahu Un Wan, maka secepatnya dia berangkat ke sana untuk menghalangi niat Haho Si—cap—it, dia tak ingin Coa Keng dan komplotannya melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat banyak.™
   Dengan Haho Si-cap-it dia pernah bertemu tiga kali, pertama kali Heho datang minta petunjuk cara menjebol barisan perang.™
   Waktu itu Thian-ie Kisu sangka dia hendak menjebol barisan perang yang digunakan pasukan kerajaan Kim yang datang invasi, maka dia ajarkan caranya menjebol barisan, siapa tahu dia justru membawa pasukannya untuk menjebol barisan yang disusun Go Yong dari bukit Liang—san.™
   Kedua kalinya adalah disaat Haho menderita luka, dia tertusuk jarum sakti milik dewi jarum sakti yang menembusi tujuh buah jalan darah pentingnya, dia minta tolong Thian—ie Kisu untuk memperlancar peredaran jalan darahnya.™
   Memandang atas dasar persaudaraan dalam dunia persilatan, Thian-ie Kisu turun tangan menyelamatkan jiwanya. Kali ke tiga adalah Haho Si—cap—it datang untuk:meminjam seekor burung bangau berparuh merah.™
   Bangau paruh merah adalah sejenis burung yang pandai menangkap ikan.™
   Waktu itu sang kaisar terlalu banyak mogor hingga banyak kehilangan energi yang membuat “barang”nya lunglai, pelbagai obat kuat bahkan pil dewa sudah dicoba namun hasilnya nihil, maka ketika ada orang mengusulkan untuk mencari bangau berparuh merah sebagai obat alternatif, orang pun bergegas mencari burung tersebut.™
   Sayang burung jenis ini sangat langka, Coa Keng sendiripun tahu kalau susah mendapatkan, tapi demi mencari muka dihadapan kaisar, diapun berusaha menyebar orang untuk mencari berita.™
   Haho Si—cap—it tahu kalau ditempat tinggal Thian—ie Kisu terdapat beragam jenis unggas, maka diapun datang untuk minta bantuan.™
   Thian—ie Kisu amat sayang dengan binatang peliharaannya, walaupun pihak lawan menggunakan pelbagai pancingan dan tekanan, dia tetap menolak menyerahkan bangau berparuh merah itu untuk dipakai sebagai bahan membuat obat mustika.™
   Gagal dengan permohonannya itu, diam diam Haho Si—cap—it menaruh dendam terhadap Thian-ie Kisu.™
   Kali ini, Thian—ie Kisu kembali membujuk Haho Si—cap—it agar tidak melakukan perbuatan terkutuk, diluaran Haho Si—cap—it menurut. padahal secara diam-diam ia menggunakan kekuatan untuk memaksa Un Tee menyerahkan obat yang diminta.™
   Un Tee tetap sangsi.™
   Haho Si—cap—it yang keji dan berhati busuk, segera meminjam nama Thian—ie Kisu untuk membantai isi keluarga Un Tee terlebih dahulu, kemudian menakuti Un Tee dengan mengatakan pihak Cukat Sianseng sudah tahu kalau dia hendak serahkan obat racun untuk mencelakai orang baik, maka seluruh keluarganya akan dihabisi.™
   Karena itu dia menganjurkan Un Tee untuk serahkan obat racun itu sambil minta perlindungan dari Coa Keng.™
   setelah berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Un Tee harus menurut.™
   Haho Si—cap—it pun sudah merasa kalau Un Tee setengah percaya setengah tidak, maka dia bertindak lebih telengas. Yang dia persiapkan adalah kondisi pembunuhan.™
   Dia ingin menggunakan Un Tee sebagai kelinci percobaan.™
   Dia bekuk orang itu terlebih dahulu, lalu memaksa dia menelan pil “turut perintah".™
   Alhasil, Un Tee tidak terlalu “menurut perintah”, dia hanya keletihan, sangat lelah.™
   Sedemikian lelahnya hingga tenaga untuk angkat muka, makan minum dan kerdipkan mata pun tak punya.™
   Namun dia sama sekali tidak mengaku salah, mengaku dosa dan menunjukkan penyesalan.™
   Saat itulah Haho Si—cap—it mulai tunjukkan wajah aslinya, dia paksa Un Tee untuk menyerahkan obat “turut perintah” yang asli.™
   Berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Un Tee harus menyerahkannya.™
   Dia serahkan sejenis obat yang lain, Haho Si—cap—it pun paksa dia untuk menuliskan resep obatnya.™
   Mau tak mau kembali Un Tee menuruti kemauannya.™
   Hanya saja sewaktu menulis resep itu, sekulum senyuman aneh menghiasi ujung bibirnya.™
   Begitu resep selesai ditulis, Haho Si—cap—it langsung menghabisi nyawanya. Dia tak suka melihat senyuman lawan, khususnya tak suka melihat senyuman aneh yang masih tersungging diujung bibir seekor ulat mengenaskan yang hampir mampus.™
   Sepak terjang yang dilakukan Haho Si—cap—it kontan membangkitkan amarah Thian—ie Kisu.™
   Ditengah perjalanan Haho Si-cap-it kembali ke kotaraja, dia lakukan penghadangan.™
   Ia menegur orang itu, kenapa harus membantu melakukan kejahatan, kenapa harus turun tangan sekeji itu?.™
   Reaksi dari Haho Si—cap—it adalah: menyesal.™
   Kata “menyesal”nya diiringi dengan sebuah “tindakan”.™
   Ketika ia berhasil membuat Thian—ie Kisu terharu akan rasa sesalnya, secara tiba tiba Haho Si-cap-it melancarkan serangan bokongan yang memalukan.™
   Thian-ie Kisu sama sekali tidak siap, tidak mengira akan tindakan yang dia lakukan.™
   Akan tetapi dia dapat merasakan semacam hawa pembunuhan. hawa kebuasan dan keberingasan yang menggidikkanmm.™
   Ketika seseorang sudah mulai dipengaruhi hawa napsu membunuh, sebelum dia melakukan pembunuhan keji, seringkali akan muncul sejenis warna diantara kedua alis matanya, dari balik mata pun akan terpancar sinar kebuasan.™
   Thian—ie Kisu segera menemukan hawa pembunuhan yang amat kental itu.™
   Karenanya tepat pada detik terakhir, dia berhasil meloloskan diri dari sergapan Haho Si—cap—it yang mematikan.™
   Pertempuran sengit diantara mereka berduapun tak terhindar, ilmu golok kerinduan dan pedang pembetot sukma milik Thian—ie Kisu bertarung berimbang melawan ilmu andalan Haho Si—cap—it.™
   Hanya bedanya, selama pertarungan berlangsung, Thian-ie Kisu tiada hentinya menendang kian kemari, menggunakan bebatuan yang berada disekeliling sana untuk membentuk sebuah barisan yang kuat.™
   setelah bertempur tiga ratusan jurus, Haho Si—cap—it sudah terkurung ditenqah barisan, saat itulah Thian—ie Kisu


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>