Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf
Lelaki Kabut dan Boneka - Helvy Tiana Rosa Bukan di Negeri Dongeng - Helvy Tiana Rosa Hingga Batu Bicara - Helvy Tiana Rosa Sebab Aku Ingin - Helvy Tiana Rosa Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El-Shirazy
bersinar di bawah sinar matahari. Namun, ia merasa tidak pantas berada di tempat seperti ini. Semula ia selalu merasakan tempat ini sebagai tempat perlindungan dan peristirahatan, namun kini -
  Seorang wanita menyentuhnya di tengah keramaian dan Jim segera mengenalinya sebagai istri Dekan Hawkins. Ia ingat padanya.
  "Oh, Nyonya Hawkins!"
  "Wah, apa kabar, Profesor Lowry? Anda tidak bersama-sama istri Anda?"
  "Itulah yang ingin saya s ampaikan, Nyonya Hawkins. Hari ini ia merasa tidak en ak badan, dan semestinya ia akan menunggu kedatang an Anda untuk acara minum teh sore ini."
  "Ya, betul."
  "Ia bertanya ap akah ini dapat dibatalkan, Nyonya Hawkins."
&nbs p; Â "Mungkin sebaiknya aku meneleponnya untu k mengetahui apabila ada yang ia butuhkan."
&nb sp; Â "Tidak, hanya istirahat sebentarlah yang ia b utuhkan."
  "Baiklah. Kalau begitu sa mpaikan padanya kuharap ia lekas sembuh."
 Â
  91
  "Akan aku sampaikan," ujar Lowry, dan kemudian terpisah dengan wanita itu di lorong gereja.
  Tommy biasanya duduk bersama dengan Lowry dan Mary, dan seperti biasanya, selalu tersedia tempat duduk untuk mereka. Lowry kemudian menempati bangku tersebut dan memandang ke sekelilingnya lalu mengangguk sekenanya pada mereka yang tampak hendak menganggukkan kepala ke arahnya.
  "Cara berpakaian perempuan tua itu sungguh menggelikan," bisik Tommy. "Pantas saja pencernaan Hawkins terganggu. Aneh juga ia mau berbicara denganmu setelah berita itu."
  "Berita apa?" bisik Lowry, tanpa menolehkan kepalanya ke arah Tommy.
  "Tentu saja berita tentangmu dan Jebson. Ia dan Nyonya Jebson bersahabat, dan berita itu sudah tersebar ke mana-mana. Aku meragukan ia akan menghubungi Mary. Status sosialku bisa rusak karena duduk denganmu. Aneh juga cara berpikir mereka, seolah-olah kau merasa tidak enak tentang orang setolol Jebson."
  "Aku memang merasa sedikit tidak enak."
  "Mengapa? Kau kan sudah terbebas dari kebosanan. Kau akan terbebas dari acara minum teh. Kau tak sadar kalau kau sedang beruntung."
  "Bagaimana dengan Mary?"
  "Mary selalu merindukan untuk berpetualangan denganmu. Sekarang kau tidak bisa lagi menolak. Kalau saja kau tidak terlalu serius menanggapi per-
  92
  soalan tersebut, ia akan tertawa geli seperti layaknya anak kecil. Kau berpikir Mary sekadar melarang Nyonya Hawkins meneleponnya! Tidak dapatkah kau lihat, Jim? Marylah yang menendang sang Nyonya Hawkins!"
  "Mari kita nyanyikan," terdengar suara dari kejauhan, "Nyanyian Pujian No. 197."
  Organ mulai mengeluarkan suara gemericitnya dan semua orang berdiri, menjatuhkan buku, menyeret kaki dan terbatuk. Lalu suara sengau Parson Bates memotong di antara hiruk pikuk tersebut, paduan suara menaikkan ratapannya dan kebaktian pun dimulai.
  Sepanjang khotbah, mata Lowry tertuj u ke bagian belakang kepala Jebson. Bukan pandangan yang intens tapi berkali-kali terputus oleh gerakan Jebs on yang tidak nyaman. Namun demikian, Lowry tidak s ungguh-sungguh melihat Jebson, tapi, setengah terbuai oleh irama Bates yang penuh dengan kesedihan, pikiran nya mengembara mencari-cari sebuah jawaban.
& nbsp; Â Sebuah jawaban.
  Ia t ahu ia harus mendapatkan jawaban. Ia tahu apabila ia berusaha mencari jawaban -Empat jam yang hilang. Dan kini ia samar-samar menyadari jika ia tidak memperoleh jawaban tersebut riwayatnya akan tamat, seperti yang dikatakan oleh Tommy secara tidak langsung, menuju kegilaan di masa depan. Namun, nalurinya me-
  93
  ngatakan, walaupun sesamar apa pun, ia tidak berani mencari empat jam yang hilang tersebut. Ia tidak berani. Ya, ia harus melakukannya!
  Ia kembali berdiri, menatap buku nyanyian pujian dengan pandangan kosong dan bernyanyi dengan mengandalkan ingatannya daripada mengikuti not atau alunan organ. Lalu ia berhenti bernyanyi dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri.
  Suatu wujud yang lembut menyentuh kakinya.
  la melihat ke bawah.
  Tidak ada apa-apa pun di sana.
  Tenggorokannya terasa kering dan ia mencoba untuk tidak gemetaran. Ia memusatkan pandangannya pada buku dan memilih sebuah nyanyian pujian. Ia memandangi Tommy, tetapi Tommy asyik dengan suara baritonnya yang mendayu, tak menyadari hal apa pun kecuali kemulian Tuhan.
  Jemaat duduk dan piring pun beredar pada waktu Bates membacakan sejumlah pengumuman untuk minggu itu. Lowry mencoba untuk tidak melihat kakinya dan berupaya untuk menariknya tepat ke bawah bangku. Ia menjadi semakin tegang sehingga ia tidak tahu bagaimana caranya ia dapat lebih lama duduk di situ.
  Sesuatu yang lembut menyentuh kakinya.
  Dan walaupun ia berupaya melihat ke arah tersebut -
  Tak ada sesuatu pun di sana.
  94
  Ia mencengkeram lengan baju Tommy dan berbisik, "Ikuti aku," lalu bangkit dan berjalan ke arah lorong. Ia menyadari sejumlah mata memandanginya dan ia tahu bahwa ia tidak memiliki nyali untuk lari. Ia pun tahu Tommy memandanginya dengan penuh keheranan namun patuh mengikutinya.
  Matahari hangat menyinari jalan. Daun-daun yang segar memperdengarkan suara musik dalam embusan angin yang lembut. Seorang anak kecil berpakaian kumal duduk di pinggir jalan melempar-melemparkan mata uang hasil dari menyemir sepatu. Seorang sopir terkantuk-kantuk di atas kemudi mobil Jebson. Dan di ujung jalan, pengemudi yang mengantuk menjagai kuda-kuda milik Nyonya Lipptncott yang eksentrik, yang selalu datang dengan kereta kuda. Kuda-kuda tersebut dengan malas mengibasi lalat dengan ekor mereka. Batu-batu nisan di pemakaman tampak sedih dan seorang malaikat mengembangkan sayapnya di atas tulisan "R.I.P, Silas Jones." Tercium bau tanah yang segar dari taman.
  Lowry melambatkan langkahnya di bawah pengaruh hari tersebut. Kini ia merasa lebih nyaman di udara terbuka karena ia dapat lebih leluasa melihat ke kejauhan dari segala sisi. la memutuskan untuk tidak mengatakannya pada Tommy dan Tommy pun tidak mengajukan sedikit pun pertanyaan.
  95
  Tetapi, ketika mereka melewati trotoar High Street yang berwarna putih, dari sudut mata Lowry tampak sesuatu bergerak. Bukan suatu hal yang pasti tapi hanya seolah-olah sesuatu yang berwarna hitam dan bundar berjalan di sampingnya. Ia menolehkan kepalanya untuk memandangi benda tersebut - tetapi ternyata tidak ada suatu apa pun di sana. Ia memandang ke atas untuk melihat apakah yang ia lihat hanyalah bayangan seekor burung. Namun, selain burung pipit yang melintas di sepanjang jalan tidak ada seekor burung pun tampak. Ia merasakan ketegangan kembali tumbuh dalam dirinya.
  Kembali pandangannya menangkap gerakan benda tersebut. Tapi sekali lagi benda tersebut menghilang sewaktu ia amati dengan saksama. Namun, saat ia kembali menolehkan kepalanya ke depan, ia dapat merasakan kehadiran sosok tersebut.
  Sosok itu hanya berupa gumpalan sangat kecil berwarna gelap.
  Untuk ketiga kalinya ia mencoba untuk melihatnya, dan untuk ketiga kalinya sosok itu menghilang.
  "Tommy."
  "Ya?"
  "Dengar, mungkin kau akan mengiraku gila. Sesuatu menyentuh kakiku di gereja dan tidak ada sesuatu apa pun di sana. Sekarang ada yang mendekatiku di samping. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas dan sosok itu selalu menghilang pada waktu aku melihatnya. Apakah itu?"
  96
  "Aku tidak melihat apa pun," ujar Tommy, tampak menjadi waspada. "Mungkin hanya sinar matahari masuk ke matamu."
  "Ya," jawab Lowry. "Mungkin hanya sinar matahari."
  Tetapi sosok bayangan itu, begitu dekatnya, perlahan-lahan mengikutinya. Ia mempercepat langkahnya, demikian juga dengan sosok itu. Ia memperlambat langkahnya agar sosok itu mendahuluinya. Tapi sosok tersebut juga memperlambat langkahnya.
  Ia dapat merasakan ketegangannya bertambah.
  "Sebaiknya jangan kauceritakan hal ini kepada Mary."
  "Tidak akan," janji Tommy.
  "Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Semalam aku telah membuatnya takut. Tapi untuk hal ini kau tidak akan membuatnya khawatir, bukan?"
  "Tentu saja tidak," ujar Tommy.
  "Sebaiknya malam ini kau menginap di rumah."
  "Kalau kaupikir kau akan butuh kehadiranku."
  "Oh, entahlah," jawab Lowry.
  Mereka terus berjalan, dan Lowry terus saja menjauhkan dirinya dari sosok yang hampir ia lihat sehingga hampir membuat Tommy berjalan di selokan. Lowry begitu takut sosok itu akan kembali menyentuhnya dan beranggapan apabila hal itu terjadi maka ia bisa menjadi gila.
  97
  "Tommy." "Ya."
  "Apakah kau mau berjalan di sebelah kananku?" "Tentu."
  Setelah itu ia mendapat kesan melihat sosok tersebut dari
↧
Misteri Empat Jam Yang Hilang - 14
↧