Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423
↧

Tarian Liar Naga Sakti - 173

$
0
0

Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Hex Hall - Rachel Hawkins Cinta Sepanjang Amazon - Mira W Topeng Hitam Kelam - Ambhita Dyaningrum Cinta Dalam Diam - ucu supriadi Fear Street : Ciuman Maut

Episode 37: Menyambut Pangcu Baru (1) Suasana yang meriah sontak ribut dengan bisik-bisik.
  Siapakah gerangan orang yang demikian berani bebricara di penghujung acara yang biasanya "sakral" itu? Tetapi, yang aneh adalah, tak ada seorangpun yang mengaku dan kemudian naik ke panggung untuk mengemukakan pendapat berbeda dengan keputusan Pangcu tadi. Sebagai gantinya, beberapa saat kemudian terdengar suara yang yang sulit diidentifkasi darimana arah datang suara itu, dan entah siapa yang mengatakannya: "Belum ketahuan nasib To Hoa Jin asal Cabang Lim An, belum ketahuan nasib LIang Tek Hoat yang seharusnya bertarung dengan Ciu Sian Sin Kay, mengapa buru-buru mau menetapkan Pangcu yang baru? Ada permainan apakah di Kaypang ....."? Hebat suara tersebut. Meski dilakukan secara bersembunyi, tetapi efeknya sangat telak. Karena banyak orang, kaum pengemis terlihat mengangguk- anggukkan kepala dan memang bertanya-tanya. Kim Ciam Sin Kay paham belaka jika saat itu ada orang yang sedang mempermainkan Kaypang. Tetapi, sudah tentu dia sudah punya banyak pengalaman menghadapi situasi menegangkan seperti ini. Karena itu, diapun kembali berkata yang ditujukan kepada semua anggota Kaypang, juga kepada si pemilik suara yang sedang membakar emosi anggota Kaypang: "Hmmmmm, sejak awal lohu sudah menduga jika Pertemuan Besar ini pasti sudah disusupi musuh- musuh Kaypang. Oleh karena itu, saudara-saudara kaum Kaypang, jangan sekali-sekali terpecah oleh hasutan orang yang tidak bertanggungjawab itu. Kita harus menyatukan tekad untuk melawan musuh- musuh Kaypang yang hanya berani memfitnah dan bekerja dibalik kegelapan. Dan, dalam waktu tidak lama lagi, kita akan mampu menemukan siapa-siapa musuh dibalik kegelapan itu ......." Sebagai jawaban, terdengar kembali suara yang bergaung di angkasa: "Hahahahaha, Pangcu Kaypang ingin membela diri dari kekeliruannya. Bagaimana nasib To Hoa Jin? bagaimana nasib Pendekar muda Liang Tek Hoat? bukankah justru anak muda itu yang layak menjadi Pangcu Kaypang .....? Mengapa Pangcu berusaha keras untuk membodohi kami anggota-anggota Kaypang ......"? Tepat pada saat itu, Tek Hoat berjalan memasuki tribun kehormatan dan masuk ke bagian tengah.
  Meski banyak tokoh Kaypang yang memandangnya penuh kagum, tetapi tak ada yang berani bersorak memanggil namanya. Maklum, suasana waktu itu terhitung cukup tegang karena adanya hasutan suara yang mengambang di angkasa tersebut. Meski bersembunyi, tetapi Nenggala, Li Hwa, Mei Lan dan Giok Lian sudah maklum belaka, tokoh-tokoh mana sejauh ini yang sanggup melakukannya. Dan tokoh tersebut memang sudah sejak lama bermusuhan dengan kaum pendekar Tionggoan yang dipelopori oleh para Naga muda itu.
  Tek Hoat yang melihat keadaan Pangcunya yang berhadapan dengan kelompok orang yang bersembunyi di balik kegelapan, akhirnya tidak mampu menahan diri. Diapun akhirnya meloncat ke panggung dan kemudian memberi hormat kepada Pangcu Kaypang sambil berbisik: "Musuh yang memfitnah kita sudah mulai teridentifikasi. Duta Agung sedang bekerja keras untuk menolong kita mengungkapkannya ......" Mendengar kalimat tersebut, Kim Ciam Sin Kay menarik nafas panjang dan kemudian mengangguk ke arah Tek Hoat. Anggukan itu adalah pertanda persetujuan kepada Tek Hoat untuk berbicara di panggung tersebut: "Para anggota Kaypang yang kami cintai, tecu sudah menerima amanat Suhu yang mulia, Kiong Siang Han untuk terus membantu Kaypang, tetapi bukan sebagai Pangcu. Amanat ini, tecu pegang sebaik-baiknya sebagaimana saudara-saudara sekalian juga begitu menghormati Suhu yang mulia. Karena itu, pencalonan sebagai Pangcu Kaypang kami tolak sesuai janji kepada Suhu yang mulia. Suara-suara hasutan tadi adalah suara mereka yang ingin Kaypang terpecah belah, mereka melakukannya di Siauw Lim Sie, melakukannya di Bu Tong Pay dan bahkan juga di Lembah Pualam Hijdau. Mendengarkan mereka sama dengan mendengarkan suara musuh yang kini sudah menyusup diantara saudara-saudara sekalian. Seorang Hu Pangcu kita menjadi korban fitnah dan keroyokan mereka beberapa waktu lalu, jika kita tidak bersatu, maka mereka akan mampu memfitnah Kaypang.
  Sebentar lagi, bukti fitnah mereka akan dapat kami kemukakan untuk menjawab pertanyaan para korban ......... dan kalian, para pemfitnah, pecundang- pecundang Thian Liong Pang yang masih berkeliaran untuk melakukan kejahatan, waktu kalian sebentar lagi akan berakhir ......" Dalam pidatonya yang berapi-api dan sedikit emosional itu, Tek Hoat tanpa sengaja membuka "sedikit" cela terhadap keberadaan To Hoa Jin. Meski tidak sengaja, tetapi berakibat cukup fatal. Tek Hoat sama sekali tidak menyadarinya. Tetapi, pada saat bersamaan, Tek Hoat sudah menghadap Ciu Sian Sin Kay, Sai Cu Lo Kay kedua suhengnya dan memandang Mei Lan dan Giok Lan. Tahulah mereka, bahwa mereka diminta bersiaga untuk mencari tahu dimana si pelontar suara yang bernada menghasut tersebut. Meski banyak bisik-bisik, tetapi Kaypang telah menjadi organisasi yang cukup rapih semenjak hadirnya Kiong Siang Han yang juga diteruskan oleh Kim Ciam Sin Kay, karena itu, tidak ada yang berani teriak-teriak dan membuat kegaduhan.
  Siangkoan Giok Lian, Liang Mei Lan kemudian melirik Kakek Song Thian Po dan Nenek Souw Hui Nio dan serempak mereka berempat berdiri dan kemudian menuju ke empat sudut berbeda dengan tanpa disadari kaum Pengemis. Kemampuan mereka bukanlah kemampuan biasa-biasa, melainkan kemampuan yang sudah terhitung luar biasa. Karena itu, tidaklah sulit bagi mereka untuk bergerak cepat dengan tanpa disadari dan diketahui orang banyak yang kebetulan sedang berkonsentrasi dengan perkembangan kejadian di atas panggung. Pada saat itu, Tek Hoat dan Pangcu Kaypang Kim Ciam Sin Kay sedang berdebat dengan kelompok tidak teridentifikasi yang entah bersembunyi dimana. Hanya mereka-mereka yang berkepandaian tinggi yang sudah tahu, bahwa si pembicara bersembunyi di tengah-tengah kerumunan massa. Dengan jumlah anggota Kaypang yang hampir mencapai 1000 orang, adalah sulit untuk mencari tahu siapa gerangan yang bersuara itu.
  Sementara Pangcu Kaypang bersikukuh dengan "lawan", Tek Hoat sudah mengawasi dan tahu jika di empat sudut sudah berdiri Mei Lan, Giok Lian, Kakek Thian Po dan Nenek Hui Nio. Keempatnya nyaris memiliki kemampuan seimbang, selisih antara mereka teramat tipis belaka. Sementara di tempat lain, Kaypang Cap It Ho Han juga sudah siap. Tetapi, kedua suhengnya, sebagai tokoh-tokoh besar Kaypang sudah tentu tidak dapat turun ke lapangan melakukan penjagaan. Karena itu, Tek Hoat banyak mohon bantuan orang-orang dekatnya.
  Waktu terus berlalu, keadaan semakin menegangkan.
  Meski tahu bahwa kelompok pengganggu berada di arena, tetapi tidaklah mungkin mengaduk-aduk massa Kaypang hingga membuat suasana gaduh. Ini akan sangat memalukan nama besar Kaypang. Karena itu, apa boleh buat, para pemimpin Kaypang, terutama Pangcu Kaypang, memiliki pilihan terbatas untuk menyelesaikan gangguan atas acara terakhir tersebut.
  Apalagi, pada bagian terakhir suara itu berkata: "Kami kaum Pengemis sudah dibodoh-bodohi para Pemimpin Kaypang dengan pemilihan Pangcu Kaypang baru yang tidak adil dan tidak terbuka.
  Sudah jelas Ciu Sian Sin Kay belum dapat disahkan sebagai Pangcu yang baru .... jangan membodoh- bodohi kami semua disini ......" Mendengar kalimat yang sejak tadi diulang-ulang dan terkesan menggembosi atau bahkan memanas- manasi kaum Pengemis, sebetulnya Kim Ciam Sin Kay sudah sangat murka. Kesabarannya sudah hampir habis. Tetapi, dia sadar betul, para pengganggu itu tidak dapat dengan cepat diidentifikasi. Karena itu, sedapat mungkin dia menahan emosi dan amarahnya dan tetap berusaha memimpin Pertemuan Besar dengan kepala dingin. Sementara kaum Pengemis sendiri, lama kelamaan juga mulai mual dengan ulah si pengganggu, tetapi yang sayangnya mereka sama sekali tidak tahu berada dimana si pengganggu itu.
  Sudah lebih dua jam, malahan nyaris 3 jam berlalu sementara proses penetapan Pangcu Baru belum bisa dilakukan apalagi mengukuhkannya. Melihat keadaan tersebut, Li Hwa dan Nenggala yang menjadi wakil Duta Agung juga mulai merasa terusik. Nenggala sendiri sudah memiliki kemampuan batin yang tidak biasa, dia sudah menguasai ilmu batin yang demikian tinggi dan matang. Karena itu, dia berniat melawan si pengganggu yang mencoba mengacaukan keadaan di Kaypang. Dia melirik Li Hwa yang juga melirik kearahnya, dan dari pandangan saja mereka sudah sepakat apa yang harus mereka lakukan. Li Hwa kemudian tersenyum dan menganggukkan kepala tanda memberi persetujuan. Harus Li Hwa, karena yang mewakili Lembah Pualam Hijau dalam kedudukan sebagai Bengcu, adalah Kiang Li Hwa, keturunan langsung keluarga besar KIANG yang secara turun temurun menjadi penguasa dan pemilik Lembah Pualam Hijau yang legendaris itu.
  Pada saat memberi persetujuan tersebut, Kiang Li Hwa kemudian mengeluarkan sebatang pedang kecil, pedang mini berwarna "hijau" yang selama ini dikenal sebagai simbol Lembah Pualam Hijau. Dan secara lebih khusus, sering menjadi tanda dan simbol kehadiran seorang Bengcu yang diakui dan diterima bersama seluruh rimba persilatan Tionggoan. Dan melihat persiapan istrinya yang akan bertindak atas nama Bengcu Tionggoan Kiang Ceng Liong, Nenggala tersenyum kearahnya dan kemudian diapun mulai mempersiapkan dirinya.
  Nenggalapun kemudian mulai berkonsentrasi, kali ini dia yakin akan mampu untuk menandingi karena lantunan nada sihir kali ini tidak sekuat waktu di Lembah Pualam Hijau. Perlahan dia mengerahkan kekuatan iweekangnya dan bersiap dengan auman yang sangat terkenal dan sangat dikuasainya: Gelap Ngampar ...... sebuah ilmu auman khas Nusantara yang sudah dengan sempurna dikuasainya. Ilmu mujijat ini bukan hanya sekedar sebuah auman, tetapi bisa juga menghajar orang dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat. Dan sekaligus, juga adalah ilmu yang ampuh untuk menahan dan menggempur kekuatan sihir lawan.
  Akhirnya, setelah menahan diri dan sedapat mungkin berkepala dingin, Pangcu Kaypang dengan didampingi Liang Tek Hoat berkata: "Setelah menimbang banyak hal, memperhatikan protes orang tidak dikenal yang tidak menginginkan kemajuan Kaypang, maka selaku Pangcu Kaypang saat ini, LOHU saat ini MENETAPKAN anggota Kaypang, CIU SIAN SIN KAY menjadi PANGCU KAYPANG yang baru dan akan memimpin cuwi sekalian ......." Belum habis "pidato" penetapan Ciu Sian SIn Kay menjadi Pangcu Kaypang oleh Kim Ciam Sin Kay yang menjabat Pangcu Kaypang saat ini, tiba-tiba suara yang selalu mendebat dan menyela ucapannya kembali terdengar: "Hahahahahahaha ...... pembodohan .......
  pembodohan .........." Tetapi, belum lagi suara itu beraksi lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara auman yang mengaung dengan sangat berwibawa: 'Diam ........ diam ........ diam ........" Suara yang kedua yang menyusul, dilepaskan oleh Nenggala dengan kekuatan Gelap Ngampar yang sangat hebat. Bersamaan dengan dilepaskannya Gelap Ngampar, Kiang Li Hwa meloncat ke arah PANGGUNG sambil memegang dan bahkan juga mengangkat PEDANG HIJAU ke atas dan berkata: "Atas nama BENGCU TIONGGOAN, kami berbicara ........." Suara Kiang Li Hwa melengking kuat dan menyelusup masuk ke telinga semua orang yang berada di arena Pertemuan Besar itu. Sebelum dia berbicara, Li Hwa melihat ada gerakan beberapa orang di sudut sebelah kanan Panggung, cukup jauh dari tempatnya berdiri.
  Tetapi, tidak lama, karena kemudian, kerumunan manusia membuatnya tidak mampu melihat apa yang terjadi dan siapa yang mengakibatkan pergerakan itu.
  Sekali lihat diapun tahu, jika disanalah orang yang membuat kericuhan dan kelihatannya, saat dia mengerahkan kekuatan sihirnya, dia kena gedor oleh serangan Gelap Ngampar yang dilepaskan suaminya: "Hmmmmm, Atas nama Duta Agung Kiang Ceng Liong, kami ikut campur karena gangguan dari kelompok perusuh yang menyusup diantara anggota Kaypang lainnya. Mereka mengacau di Siauw Lim Sie, di Bu Tong Pay dan di Lembah Pualam Hijau.
  Sekarang ingin mengacau di Kaypng. Dia boleh tetap bersembunyi di tengah saudara-saudara, tetapi kita tahu bersama niatnya busuk dan tidak baik. Karena itu, saudara-saudara, tetap di tempat masing-masing, kami sudah tahu berada dimana perusuh dan pengganggu itu berada ........." Setelah berkata demikian, serentak Nenggala juga berdiri bersama dengan Kiang Hong dan Tan Bi Hiong.
  Tidak lama kemudian, ikut berdiri Ciangbundjin Bu Tong Pay dan juga Wakil Ciangbundjin Siauw Lim Sie ditemani sesepuh mereka Kong Hian Taysu, dan dengan demikian, lengkaplah 4 besar itu kini siap menghadapi musuh. Tetapi, setelah ditunggu sekian lama, perusuh yang berbaur di tengah massa anggota Kaypang, tidak lagi terdengar gerakannya. Dan tetap sulit mengidentifikasi siapa yang melakukan penghasutan tadi. Bahkan 4 tokoh yang berdiri di 4 sudut berbeda, juga tidak mampu melihat kemana penyusup itu kini berada.
  Setelah beberapa saat, Kiang Li Hwa kemudian berpaling kepada Pangcu Kaypang, Kim Ciam Sin Kay untuk kemudian berkata: "Pangcu yang baik, silahkan dilanjutkan pengukuhan Pangcu Kaypang yang baru. Biarlah kami sahabat- sahabat erat Kaypang yang akan turun tangan mengawasi agar UPACARA ini berlangsung secara baik ........" Sambil menjura, Kiang Li Hwa kemudian mempersilahkan Kim Ciam Sin Kay untuk lanjut memimpin upacara Pengukuhan Pangcu Kaypang yang baru. Dan akhirnya, semua tokoh sahabat Kaypang ikutan duduk dan mempersilahkan Kim Ciam Sin Kay untuk melanjutkan upacara penetapan Ciu Sian Sin Kay menjadi Pangcu Kaypang yang baru.
  Sekali ini, Kim Cam Sin Kay maju untuk segera menetapkan Ciu Sian Sin Kay sebagai Pangcu baru dengan terlebih dahulu mencabut Tah Kauw Pang (Tongkat Penggebuk Anjing) dan kemudian kembali ke Panggung.
  Sekali ini, dia maju ke panggung dengan diiringi semua petinggi Kaypang. Hu Pangcu, Pelindung Hukum, Sai Cu Lokay dan semua petinggi Kaypang yang hadir. Sekali ini, tidak ada lagi yang mengganggu proses Pertemuan Besar. Karena itu, dengan cepat Kim Ciam Sin Kay meneguhkan dan menetapkan Ciu Sian Sin Kay sebagai Pangcu Kaypang yang baru dan kemudian menyerahkan Tah Kauw Pang sebagai simbol Pangcu Kaypang.
  Sebetulnya, upacara biasanya diikuti de ngan masing- masing CABANG KAYPANG akan datang dan mengukuhkan sekaligus menerima PANGCU baru dengan upacara yang unik. Yakni meludahi atau melempari sisa makanan kepada PANGCU yang baru sebagai bukti penerimaan dan pengesahan PANGCU yang akan memimpin mereka kedepan.
  Tetapi, begitu penyerahan TONGKAT dilakukan dan sebelum lagi memasuki acara pengesahan dari semua CABANG, tiba-tiba terdengar suara ketawa yang menusuk dan berkepanjangan. Sekali ini, bukan sihir, tetapi pameran kekuatan sinkang yang dengan sengaja dipertontonkan untuk merontokkan nyali lawan. Hebat, siapa gerangan mereka yang datang dan berani mengacau Kaypang secara terang- terangan?

↧

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>