Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Bayi Pinjaman - 25

$
0
0

Baby on Loan | Bayi Pinjaman | by Liz Fielding | Bayi Pinjaman | Cersil Sakti | Bayi Pinjaman pdf

Fear Street - One Evil Summer - Musim Panas Berdarah Bintang Dini Hari - Maria A Sardjono Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata Fear Street - Switched - Tukar Tubuh Burung Kertas - Billy Koesoemadinata

kebun?"
  237
  * * *
  Patrick menutup pintu di belakang tamu-tamunya. "Well. Sekarang hanya tinggal kau, aku, dan Grady."
  "Dua dari tamumu yang tak diundang sudah pergi," Jessie menyetujui. "Dengan Bertie yang sudah kembali ke pelukan orangtuanya dan Mao yang memiliki rumah baru sampai Carenza kembali, sebaiknya besok aku mulai mencari rumah." Patick tidak mengatakan apa pun. "Setidaknya kau bisa memindahkan tempat tidur Grady dari garasi karena kucingnya sudah tidak ada."
  "Kau masih di sini. Aku membutuhkan malam yang tenang."
  Jessie mengangkat alisnya. "Histeris?"
  "Siapa tahu kau mau secangkir teh... atau sesuatu. Sore ini kau sangat berani menghadapi Grady, tapi tengah malam, sendirian..."
  "Aku bisa mengatasinya. Faye tadi ketakutan dan aku berpikir, Jangan bodoh. Grady tidak akan menyakitimu. Dan aku tahu itu benar."
  "Ya sudah kalau kau betul-betul yakin."
  "Aku yakin. Selamat malam, Patrick."
  Patrick merasa seolah-olah tersapu dalam gelombang samudra luas dan muncul di permukaan, yakin bahwa terlalu cepat untuk memberitahu Jessie apa yang dirasakannya. Ia tahu bagaimana perasaannya, tak pernah seyakin ini mengenai apa pun
  238
  seumur hidupnya. Pertama kali melihat Belia, Patrick sudah jatuh cinta padanya. Lalu, ia tidak pernah tahu apakah cinta itu akan bertahan dan berkembang. Kali ini ia bisa yakin. Sesaat, Bertie memang mengaburkan situasinya, membuatnya bingung. Tapi Bertie sudah pergi dan perasaan itu tetap tinggal. Hanya Jessie yang selama ini membuat hatinya gelisah. Hanya Jessie yang bisa membuatnya merasa utuh.
  Tapi pengalaman Jessie akan cinta pada pandangan pertama berakhir dalam kesedihan. Jessie perlu waktu dan Patrick akan memberikannya. Waktu dan ruang. Patrick senang ia sudah bersusah payah menata kamar Jessie. Tak ada yang sementara tentang kamar itu. Di dalamnya terdapat semua yang dibutuhkan wanita itu, bahkan-
  Ya Tuhan! Tempat tidur bayi itu! Kalau Jessie melihatnya, dia akan tahu... Dia akan berpikir...
  Patrick melangkahi tiga anak tangga sekaligus, berharap Jessie mungkin memutuskan untuk bekerja sejam lagi di depan komputernya. Tapi wanita itu sedang berdiri di samping tempat tidur bayi bercat putih, jemarinya menelusuri gambar teddy bear di kaki tempat tidur.
  Jessie menengadah, matanya cekung. "Dari mana datangnya benda ini?"
  "Loteng. Aku pikir tempat tidur itu akan lebih nyaman daripada boks bepergian yang digunakan Bertie." Lalu, karena tidak tahan menghadapi keheningan yang mengikutinya, Patrick menambahkan, "Itu tempat tidur putriku." Jessie masih diam.
  239
  "Namanya Mary Louise. Dia sedang bersama ibunya, bersama Belia, waktu..." Patrick membuat gerakan tak berdaya. "Umurnya baru lima bulan."
  "Patrick, maafkan aku. Aku tidak tahu. "
  "Belia ada janji di klinik, hanya salah satu pemeriksaan rutin. Belia tidak bisa membawa Grady bersamanya dan dia berkata "Grady akan menemanimu..."" Jessie mengerang pelan. "Seorang saksi dalam pemeriksaan polisi mengatakan bahwa Belia sebenarnya tidak akan terluka, tapi dia melempar dirinya sendiri ke atas keranjang bayi..."
  "Kenapa kau tidak menceritakannya padaku?"
  "Aku tidak bisa. Terlalu menyakitkan " Patick mengucapkannya terpatah-patah saat berbalik menghadap Jessie yang langsung meraih dan memeluknya. "Kau melihat wajah orang-orang. Rasa iba. Keinginan mereka untuk berada di tempat lain... Berharap seandainya mereka tidak bertanya.. "
  Jessie memeluk Patrick. Ia memeluk dan membiarkan pria itu menumpahkan seluruh isi hatinya, dan berusaha tidak memikirkan apa artinya. Kamar yang hanya diisi kardus-kardus yang menyedihkan itu Berusaha tidak memikirkan Patick yang memindahkan barang-barang bayinya yang tewas demi dirinya. Demi Bertie. Dan akhirnya, alasan terakhir, Jessie tidak mau memikirkan kenapa Patick menurunkan boks bayinya dari loteng dan meletakkannya di sini. Jessie takut ia tahu alasannya. "Ayo," ajaknya. "Kita keluar dari sini."
  "Tidak, aku akan memindahkannya
  "Besok. Lakukanlah besok." Jessie berjalan ber-
  240
  sama Patrick menuju pintu kamar pria itu. Lalu, karena tidak tega meninggalkan Patrick sendirian bersama kenangan-kenangan yang menyakitkan itu, Jessie berkala, "Aku akan menemanimu malam ini."
  Patrick menatapnya. "Ini mulai jadi kebiasaan "
  "Tidak semua kebiasaan itu buruk."
  Jessie sepertinya melihat senyum samar yang bersinar di mata Patrick. "Berarti tidak ada seks?"
  Godaan itu hampir tak dapat ditahannya. "Aku hanya ingin menemanimu. Bisakah kau mengatasinya?"
  Patrick mendekap Jessie sesaat. Ia sudah me nunggu sepuluh tahun untuk memulai hidupnya lagi. Ia bisa menunggu sampai Jessie memercayainya.
  Patrick tidak bisa tidur. Jessie memeluknya lama dan mereka berbincang-bincang. Ia bercerita tentang Belia dan Mary Louise, tentang kesepian yang dirasakannya, dan Jessie memeluknya erat waktu semua itu keluar dari dirinya
  Jessie tidak menceritakan Graeme, tapi Patrick sudah tahu detailnya dari Kevin. Ia dan Kevin sama-sama berkeinginan kuat untuk mencekik Graeme sampai mati, tapi akhirnya, mereka sepakat membiarkan takdir melakukannya.
  Jessie bergerak dan makin merapat. Jessie juga butuh dihibur. Butuh seorang pria yang bisa diandal kannya. Patrick bisa menunggu. Ia sudah menunggu sepuluh tahun. Seminggu, sebulan, setahun... Patrick
  241
  menatap Jessie, mencium rambutnya yang berantakan. Tolong, batinnya, jangan setahun.
  Hari masih gelap waktu Jessie terbangun dan mendapati dirinya sedang diperhatikan Patrick. Patrick bertumpu pada sikunya dan entah kapan pria itu telah menanggalkan kausnya, jadi sekarang Jessie dihadapkan pada bahu yang lebar dan kokoh. Jessie mencoba tidak mencemaskan pakaian lain yang mungkin sudah ditanggalkan Patrick. Sejauh yang bisa diingatnya Patrick tadi hanya memakai kaus dan celana pendek abu-abu muda waktu naik ke tempat tidur. "Kau salah, tahu tidak?"
  "Salah?" Patrick masih memakai celana pendeknya? Tidak... tidak... "Salah tentang apa?"
  "Kaupikir aku memanfaatkanmu dan Bertie sebagai pengganti Belia dan Mary Louise."
  "Patick, tidak apa-apa. Aku mengerti-"
  Patrick menyentuh bibir Jessie dengan jarinya. "Biar kuselesaikan. Aku tidak mau ada kesalahpahaman lagi di antara kita." Jessie memandangnya, lalu perlahan-lahan mengangguk. Patrick tidak terburu-buru. "Untuk beberapa waktu, aku tidak mengerti. Aku takut mungkin aku memang melakukannya. Mengisi kekosongan dalam hidupku dengan kehadiran ibu dan bayinya di depan pintu rumahku. Yang membutuhkanku. Aku salah."
  "Bagaimana kau bisa tahu, Patrick?"
  "Bayinya sudah pulang tapi kau tetap tinggal. Hanya itulah yang berarti." Patick mengusap ram-
  242
  but yang menutupi wajah Jessie, tangannya membingkai pipi wanita itu. Rasanya seperti pulang ke rumah. Dan terhindar dan jurang, ia ingin mencium Jessie, menunjukkan padanya bagaimana ia tahu. Tapi terlalu cepat. Keputusan ada di tangan Jessie. "Bagaimana dengan Graeme? Ada bayang-bayang terakhir yang ingin kauhilangkan?"
  Perut Jessie terasa kram. Lilitan dalam perutnya ini tidak mau pergi. Sesaat Jessie berpikir bahwa Patrick akan memeluknya erat dan membuatnya lupa. Sebaliknya Patrick malah memaksanya untuk mengingat.
  "Tidak juga. Dibandingkan dengan apa yang sudah kaualami itu bukanlah apa-apa. Yang pasti tidak cukup penting untuk membuang-buang waktumu." Jelas sekarang sudah saatnya untuk turun dari tempat tidur Patrick. "Kenapa kau berpikir aku mau membicarakan dia lagi?" tanyanya, mencoba mengulur waktu.
  "Tidak ada alasan. Aku sudah menghapus semua kenangan buruk yang terus menghantuiku. Aku juga sudah menjernihkan pikiranku untuk mulai mengambil langkah maju dalam hidupku. Berhenti hidup di masa lalu. Rasanya... tepat. Kupikir mungkin kau mau melakukan hal yang sama."
  "Aku sudah melakukannya. Atau kau mau mendengar seluruh sejarah hidupku?"
  "Hanya kalau kau mau menceritakannya. Tapi jangan sekarang." Menjadi pria yang bisa dipercaya Jessie mempersulit tekad Patick untuk melakukan semuanya menurut keinginan wanita itu. Patrick
  243
  perlu menjaga jarak di antara mereka. Tapi sebaliknya ia malah menurunkan selimut dan berkata, "Kecuali kau mau menceritakan kenapa kau punya tato kepik di paha kananmu?"
  Jessie mendengus kesal "Kenapa sih Pria selalu penasaran dengan tato?"
  "Aku tidak tahu. tapi yang pasti tato itu berhasil menarik perhatianku. Waktu aku masuk dan melihatmu..." Patrick berhenti, menyadari apa yang baru saja dikatakannya.
  "Masuk?" Jessie mengerutkan alis. "Tapi waktu itu kau ada di sini Aku yang masuk ke sini..." Dan barulah ia sadar persisnya kapan pertama kali Patick melihat tatonya. "Sialan, Patrick! Aku sudah bertanya-tanya kenapa waktu itu kau tidak memakai baju." Jessie mencoba bergerak, tapi Patrick memegang pahanya dan rasanya terlalu berat untuk digerakkan. "Aku menemukan kemejamu di keranjang cucian dan aku tahu ada sesuatu yang terlewatkan. Kau langsung masuk ke kamar mandi waktu itu, kan? Melempar kemejamu dalam keranjang cucian-"
  "Dan jatuh dalam nafsu."
  "Nafsu!" Patrick menghentikan kata-kata Jessie dengan jarinya, lalu menunduk untuk menciumnya, dan menghentikan keberatan Jessie dengan ciuman yang paling ringan. Lembut, ringan, tak terasa mengancam sedikit pun, mungkin undangan. Bahkan mungkin sebuah janji. Oh, entahlah! Jessie hampir tak mengenal Patrick, tapi ia bereaksi terhadap sentuhannya seperti roket di malam kembang api.
  244
  Ia sudah berbaring dalam pelukan pria itu selama berjam-jam, tapi kali ini berbeda. "Kau punya cara yang bagus untuk mengalihkan perhatian," ujar Jessie gemetar.
  "Seandainya aku bilang bahwa aku jatuh cinta, apa kau akan memercayaiku?"
  Jessie mengerutkan keningnya, lalu dengan lembut menyapu rambut dari wajahnya dan menahan tangannya di sana. "Kau bukan pembohong seperti Graeme. Sama sekali tidak mirip dengan Graeme dalam hal apa pun."
  "Itu benar," sahut Patrick. Lalu, seolah memberi Jessie ruang untuk bernapas dan waktu untuk berpikir, ia melanjutkan, "Apa kau akan menceritakan soal tato itu padaku?"
  Jessie segera menanggapinya penuh semangat. "Tato itu ide Faye."
  "Sungguh? Apa aku tanpa sengaja masuk ke semacam perkumpulan rahasia kaum feminis?"
  "Tidak juga. Kami dulu anggota tim cheerleader untuk tim basket universitas dan menurut Faye kami perlu pengalih perhatian." Jessie tidak bisa menahan senyum. "Percayalah, tidak ada tim basket yang punya kelompok suporter yang lebih berdedikasi dan antusias daripada kami. Kurasa Kevin tidak pernah melewatkan satu pertandingan pun saat Faye tampil."
  "Maksudmu waktu kau melompat-lompat dengan mengenakan rok-rok pendek itu...?" Patrick memaki pelan. "Itu sangat-" Patick menghentikan dirinya.
  "Ayolah," ujar Jessie, menyeringai. "Katakan saja."
  245
  "Seksi."
  "Ya. well kami baru sembilan belas dan masih polos. Tapi nafsu saja tidak cukup. Patrick."
  "Itu baru awalnya." Patrick mencondongkan tubuh dan mencium Jessie. Bibirnya berlama-lama di bibir wanita itu, seolah berusaha menekankan maksudnya. "Kalau aku bilang cinta, kau tidak akan memercayaiku. Benar, kan?"
  Kali ini Jessie tahu tidak mungkin baginya untuk menghindari pertanyaan itu. Mustahil ia mau menghindarinya. "Seminggu yang lalu, aku pasti akan bilang tidak tanpa berpikir dua kali."
  "Dan sekarang?"
  "Sekarang?" Jessie menatap Patick, menyentuh pipi pria itu. lalu bibirnya. "Sekarang aku akan tetap memercayaimu seandainya kau bilang langit berwarna hijau dan rumput merah jambu. Cium aku, Patrick."
  Bibir Patrick begitu lembut. Jessie menginginkan lebih dan membuka bibirnya menyambut bibir Patick, lidahnya menggoda sepanjang bibir bawah Patrick, mengisapnya, seperti ingin mengisap kehidupan, kekuatan, dan keberanian pria itu.
  "Jessie?" suara Patrick parau dan lembut.
  "Sekali lagi. supaya aku yakin."
  Kali ini Patrick menciumnya lebih lama. Ingin meyakinkan Jessie bahwa dia aman dalam pelukannya. Lama setelahnya, Patick mengangkat kepalanya dan berkata, "Well?"
  "Tanyakan lagi padaku besok pagi."
  246
  "Kau benar-benar gila, kau tahu itu, kan? Matahari belum lagi muncul, dan kalaupun Patrick ada di sini dia pasti masih tidur. Kalau wanita itu di sini kau mungkin akan membuatnya ketakutan setengah mati."
  "Aku tidak bisa menahannya, Sarah. Aku sudah tidak tahan lagi menunggu kelanjutan situasi buruk ini. Setiap kali aku berbalik aku mengira akan melihat Patick di belakangku. Atau ibuku. Kau tidak perlu kembali bersamaku."
  "Tentu saja aku harus. Bagaimana kalau dia menguncimu di gudang bawah tanah sampai musim panas b


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>