The Melancholy of Suzumiya Haruhi | Kemurungan Suzumiya Haruhi | by Tanigawa Nagaru | Kemurungan Suzumiya Haruhi | Cersil Sakti | Kemurungan Suzumiya Haruhi pdf
Century - Sarah Singleton Cintaku Selalu Padamu - Motinggo Busye Sandra Brown - Dalam Derai Hujan - Bittersweet Rain 2 Perbedaan 1 Hati - Omiyan Cinta Tak Semudah Kata CINTA - Azizah Attamimi
ri -- huah, nih duaan benarbenar bukan manusia.
Membuka jarak dalam sekejab, Asakura mendarat dengan elegan dan
terus tersenyum seperti biasa.
Ruangan sekeliling mulai distorsi -- aku hanya bisa mendeskripsikannya
seperti itu. Asakura, meja-meja, langit-langit, dan lantainya semua bergoyang
kuat; secara keseluruhan, itu memiliki wujud yang kelihatannya seperti logam
cair, walau aku tak bisa benar-benar melihat jelas.
Tepat saat aku berpikir bagaimana bisa hanya ruang ini saja yang
perlahan diubah menjadi apa yang tampaknya seperti tombak, sebuah ledakan
terkristal terjadi di depan telapak tangan Nagato yang terangkat.
Detik selanjutnya, ada ledakan terkristal terus-menerus di sekitar
Nagato, diikuti dengan serbuk yang jatuh ke tanah. Benda seperti tombak
terkristal terbang dari berbagai arah menuju kami dengan kecepatan kilat.
Setelah beberapa saat kemudian ketika kutemukan bahwa Nagato
menghadapi tombak-tombak tersebut dengan kecepatan yang sama."
"Jangan menjauh."
Nagato mengelak serangan-serangan Asakura sambil menarik dasiku
sehingga aku berlutut dan sembunyi di belakangnya.
"Huah!"
Sebuah benda asing terbang di atas kepalaku dan meremukkan papan
tulis sampai berkeping-keping.
Nagato mendongak sedikit, dan dalam sekejab banyak tombak es
tumbuh dari langit-langit dan jatuh ke kepala Asakura. Asakura mengelak
dengan kecepatan yang tak bisa diikuti dengan mata telanjang, dan dalam
sekejap hutan tombak es terbentuk di lantai.
"Ga mungkin kamu bisa ngalahin aku di ruang area ini." kata Asakura
tenang. Dia dan Nagato berdiri terpisah beberapa meter, berhadapan satu
sama lain, sementara aku hanya bisa berlutut di lantai tiada harapan, tidak
berani berdiri.
Nagato berdiri di depanku dengan kaki sedikit terbuka, dan baru
sekarang aku menyadari kalau dia itu begitu serius sampai-sampai menuliskan
namanya di sepatu indoornya. Lalu, bagaikan memanjatkan doa, Nagato
bergumam pelan,
SELECT sena\_code
FROM database
WHERE code='data'
ORDER I3Y aggressive _combat_data
HAVING terminate mode
"Nama target Asakura Ryouko, ancaman dikonfirmasi. Memutuskan
target antarmuka informasi organik."
Ruang normal tiada lagi ada dalam ruang kelas. Semuanya telah menjadi
bentuk-bentuk geometris, muncul tertekuk atau seperti kerucut. Melihat
pemandangan tak nyata ini seperti memasuki wahana horor di taman hiburan,
aku sudah jadi pusing dengan hanya melihat.
"Kamu akan berhenti berfungsi sebelum aku."
Aku tak tahu darimana suara Asakura berasal dalam semua khayalan
warna-warni ini.
Whuush, suara angin merobek udara.
Nagato menendangku keras dengan belakang tumitnya.
"Kamu ngapa... "
Sebelum aku bisa selesaikan, ada tombak begitu cepat, aku hampirhampir bisa melihatnya saat melewati ujung hidungku dan jatuh ke lantai.
"Kita lihat aja berapa lama lagi kamu bisa ngelindungin dia. Coba nih!"
Detik berikutnya, Nagato berdiri di depanku, tertusuk oleh kira-kira
dua belas tombak panjang kecoklat-coklatan.
ii n
Dengan kata lain, Asakura menyerang Nagato dan aku dari semua arah
dalam waktu bersamaan. Nagato berhasil mengkristalkan beberapa tombak
dan menghancurkannya, tapi berusaha mencegahku terkena tombak yang
tersisa, dia melindungiku dengan badannya. Tapi aku tak mengetahuinya pada
saat itu, karena semuanya terjadi begitu cepat.
Kacamata Nagato terjatuh dari wajahnya dan memantul lemah saat
mengenai lantai.
"NAGATO!"
"Kamu seharusnya tidak bergerak." kata Nagato tenang, menunjuk
tombak yang tersangkut di dada dan perutnya. Kolam darah mulai terbentuk
di bawah kakinya.
"Aku baik-baik saja."
Duh gusti, gimana bisa ini dibilang baik?
Nagato mencabut tombak-tombak dari badannya tanpa sentakan satu
kali pun. Tombak berdarah-darah itu jatuh ke lantai dengan suara es, dan
langsung berubah jadi meja. Jadi itu toh tombaknya dari apa!
"Karena cedera kayak gitu, aku kira kamu ga bisa memberhentikanku
sekarang. Ini pukulan penghabisannya!"
Di ujung lainnya dari ruang memilin ini, siluet Asakura perlahan muncul
dan hilang. Aku hanya bisa melihat senyum dari wajahnya, saat dia perlahan
mengangkat kedua tangannya -- kalau aku tidak salah, lengannya bersinar dari
ujung jari-jarinya, dan kemudian memanjang dua kali lipat. Tidak, tidak hanya
dua kali lipat...
"Tolong matilah!"
Lengan Asakura terus memanjang, menggeliat seperti sekumpulan
tentakel, dan lalu mendekat dari dua arah. Tak mampu bergerak, sosok mungil
Nagato terguncang keras......Seketika itu juga, wajahku terciprat oleh darah.
Lengan kiri Asakura mencakar sisi kanan perut Nagato, sedangkan
lengan kanannya mencakar dada kiri Nagato, menembus punggungnya dan
berhenti pada dinding ruang kelas. Darah muncrat dari mulut Nagato dan
turun melewati kedua kaki putihnya, membuat kolam darah di bawah semakin
melebar.
"Sudah berakhir." Nagato berkata perlahan sebelum dia memegang
tentakel. Tiada yang terjadi.
"Berakhir apanya?" Kata Asakura, terdengar seolah-olah dia sudah
menang. "Maksudmu tiga tahun hidupmu?"
"Bukan." kata Nagato yang terluka parah, bagaikan tiada yang terjadi
padanya. "Memulai pemutusan data antarmuka."
Hampir sekejap, semua di dalam ruang kelas bersinar terang, dan lalu
mengkristal dan terurai pada detik selanjutnya, meja di sampingku juga mulai
berubah jadi pasir dan runtuh.
"Gimana bisa..."
Pasir kristal jatuh dari langit-langit tanpa henti. Kali ini giliran Asakura
yang terpaku.
"Kamu benar-benar hebat."
Tombak dalam badan Nagato juga mulai berubah jadi pasir.
"Membutuhkan beberapa lama untuk menembus programnya. Tapi,
semuanya akan berakhir sekarang."
"......Kamu udah menanam faktor penghancur di sekeliling lama sebelum
aku menembus tempat ini, bukan? Pantas aja kamu kelihatan agak lemah.
Abisnya kamu udah ngegunain data penyerangnya sebelumnya... " kata Asakura
putus asa saat kedua lengannya mulai mengkristal.
"Haah, akung banget ya, toh akhirnya aku cuma backup. Kupikir ini
kesempatan buat lepas dari kebuntuan ini."
Asakura berubah kembali jadi diri teman sekelas normalnya dan
melihatku riang.
"Aku kalah. Hebat kamu bisa selamat. Tapi sebaiknya kamu hati-hati
lho, Seluruh Entitas Data Berjiwa gak bersatu seperti yang kau kira, ada
lumayan banyak yang sepertiku yang berselisih pendapat. Kayak manusia aja;
bakalan ada ekstremis sepertiku lain kali. Dan siapa tahu, bahkan mereka
yang mengontrol Nagato-san mungkin ngubah pikirannya dan justru berbalik
membunuhmu."
Dia sekarang tertutupi dari dada ke ujung jari kaki oleh materi kristal
yang bersinar.
"Sebelum itu terjadi, kudoain kamu dan Suzumiya- san beruntung.
Selamat tinggal."
Bilang begitu, Asakura diam-diam terurai menjadi gundukan pasir kecil.
Dan lalu, gundukan pasir kristal yang lebih kecil terus terurai sampai benarbenar lenyap.
Di bawah hujan pasir kristal, gadis SMA dikenal dengan Asakura
Ryouko benar-benar lenyap dari sekolah ini.
Terdengar gedebuk nyaring, tiba-tiba. Aku cepat menemukan Nagato
yang tergeletak di lantai, jadi dengan kalut kuberdiri.
"Nagato! Bertahanlah! Bakal kupanggil ambulan!"
"Tidak perlu."
Nagato menatap langit-langit dengan mata terbuka lebarnya.
"Kerusakan fisik tidak berarti apa-apa bagiku. Prioritas kita adalah
memulihkan ruang area ini kembali ke status awal."
Pasir kristalnya berhenti jatuh.
"Menghapus zat kotor, merekonstruksi ruang kelas."
Saat dia selesai, ruang kelas 1-5 yang dikenal kembali muncul di depan
mata kami. Bagaikan kaset direwind: semua yang ada di ruang kelas kembali
seperti sedia kala.
Papan tulis, meja guru, sisa kursi dan meja semuanya tumbuh dari pasir
putih dan kembali ke bentuk asalnya seperti yang kulihat sebelum sekolah
berakhir hari ini. Aku tak bisa mendeskripsikan apa yang terlintas di benakku
saat itu. Jika aku tak melihat dengan mataku sendiri, aku akan berpikir kalau
semua gambar ini dibuat dengan efek spesial CG termutakhir.
Jendela tumbuh dari dinding, dengan kaca setengah bernodanya utuh;
matahari terbenam muncul kembali di luar, memandikanku dan Nagato dengan
sinar oranye-merahnya. Aku berusaha melihat ke dalam kolong mejaku, semua
isinya masih utuh, dan semua darah yang terpercik ke mukaku kini sudah
hilang semua. Terlalu luar biasa. Aku hanya bisa mendeskripsikan itu sebagai
sihir!
"Kamu beneran ga apa-apa?"
Aku berlutut di samping Nagato yang tetap tergeletak di lantai.
Tadinya kupikir dia akan punya banyak luka dan lubang di seragamnya setelah
ditusuk tombak-tombak itu, tapi semuanya hilang sekarang.
"Karena kekuatan pemrosesan telah dikonversi jadi operasi data, aku
hanya membalikan sambungan antarmukanya sedikit."
"Perlu kubantu buat berdiri?"
Herannya, Nagato tak ragu dan memegang tanganku, tepat saat dia
mau berdiri "Oh!"
Dia tiba-tiba tersentak.
"Aku lupa meregenerasi sepasang kacamata baru."
"......Aku sebenarnya mikir kamu keliatan lebih manis ga pake kacamata.
Cewek mata-empat sebenarnya bukan tipeku juga sih."
"Apa artinya 'cewek mata-empat'?"
"Bukan apa-apa, cuma komentar bodoh aja."
"Begitu."
Sekarang bukan waktunya ngomong sepele kayak gitu. Nyesel gue
bilang begitu. Kalaupun itu berarti meninggalkan Nagato tanpa perasaan, aku
seharusnya langsung lari keluar ruang kelas dengan rasa malu.
"Yo!"
Pintu ruang kelas tiba-tiba terbuka.
"Kulupa~ kulupa sesuatu~"
Sial, yang memasuki ruang kelas, bersenandung lagu bodoh, adalah
Taniguchi.
Taniguchi mungkin tak pernah kepikiran kalau bakalan masih ada orang
di ruang kelas. Saat dia menemukan kami, dia berdiri takjub dengan mulut
terbuka lebar seperti seorang idiot.
Pada saat itu, aku berusaha menggendong Nagato, tapi jika kamu hanya
melihat kami saat itu saja, bakalan kelihatan seperti aku lagi
membaringkannya perlahan.
"Maafkan aku." kata Taniguchi dengan nada serius yang tak pernah
kudengar sebelumnya dan langsung minggat dari ruang kelas. Aku bahkan tak
sempat mengejarnya.
"Orang yang begitu menarik." kata Nagato.
Aku mendesah berat.
"Kita sekarang ngapain?"
"Serahkan padaku." kata Nagato sambil bersandar di dadaku.
"Manipulasi data adalah keahlian khususku, akan kubuat semua orang
berpikir bahwa Asakura Ryouko telah dipindah-sekolahkan."
Jadi begitu toh cara dia ngelakuinnya!
Sekarang bukan saatnya mikirin hal sepele kayak gini pas gue baru aja
ngalamin kejadian luar biasa. Ini bukan lagi masalah apa gue harus percaya ato
engga sama apa yang diomongin Nagato kemaren-kemaren. Gue ga berani
ngaku gue setengah percaya. Tapi apa yang terjadi barusan udah bikin gue
sadar betapa serius masalahnya. Tadinya gue pikir gue bakalan bener-bener
mampus! Kalau Nagato ga muncul dari langit-langit, gue udah pasti dibunuh
sama Asakura. Pengalaman ngeliat ruang kelas jadi distorsi, lengan Asakura
manjang ga normal, dan Nagato melenyapkannya udah semuanya keukir di
dalam pikiran gue.
Apa Nagato berusaha pake ini buat bilang kalo dia itu bener-bener
alien ya?
Sedikit banyak, bukannya ini bikin gue jadi orang dalam di kejadian
misterius ini? Seperti yang udah gue omongin di awal, gue pengen jadi orang
lewat yang kehisap ke dalam kejadian begini, puas cuma jadi konco doang.
Tapi kalo kayak gini, gue jadi protagonisnya! Bener, gue ngarep banget gue
jadi karakter di cerita yang melibatkan alien, tapi pas gue bener-bener jadi,
bikin semuanya dalam perspektif.
Jujur aja, gue agak kerepotan juga.
Yang sebenarnya gue inginkan adalah jadi semacam peran pembantu
yang dengan riang gembira ngasih saran yang ngebantu disaat yang tepat pas
semua orang ngadapin situasi sulit. Gue ga mau nyawa gue diincer sama teman
sekelas gue sendiri! Gue emang punya prinsip sendiri pas ngomongin soal hidup
gue.
Pikiranku melayang kemana-mana untuk beberapa waktu saat aku duduk
di ruang kelas berwarna oranye-merah. Aku benar-benar lupa kalau Nagato
masih bersandar di dadaku.
A...apa-apaan nih semua? Gue mikir apaan sih? Akibat terbengongbengong, aku tak sadar kalau Nagato telah menyelesaikan regenerasinya dan
sedang menatapku tanpa ekspresi sudah agak lama.
Esok harinya, Asakura Ryouko menghilang dari kelas.
Hasil akhir ini tak bisa dihindari, tapi hanya aku yang berpikiran
seperti itu.
"Hmmm, kayaknya sih ada hubungannya sama pekerjaan ayah Asakura,
makanya dia harus tiba-tiba pindah. Jujur aja, para guru juga kaget kok pas
mereka dengar berita ini pagi tadi. Karena mereka harus keluar negeri,
mereka udah terbang kemaren."
Saat Okabe-sensei mengumumkan liputan ini, sebagian besar cewek
berseru terkejut, "Apa?", "Kenapa?", sedangkan cowok-cowok juga saling
berbicara diantara mereka tentang i
↧
Kemurungan Suzumiya Haruhi - 17
↧