Cerita Cinta | Strangers | by Barbara Elsborg | Strangers | Cersil Sakti | Strangers pdf
Hilangnya Suzumiya Haruhi - Tanigawa Nagaru Ketika Flamboyan Berbunga - Maria A Sardjono Fade into You - by Kate Dawes Fade into Me - Kate Dawes Fade into Always - Kate Dawes
isa. Ketika ia mengeluh tentang telinganya yang mencuat, kau setuju dengannya dan memperbaikinya. Kau memperbaiki giginya padahal tidak ada yang salah dengan itu."
Jill berusaha menyela. Namun Charlie terus berpacu.
"Kau yang membuatnya berlatih piano ketika ia lebih suka bermain sepak bola.
Kau yang membuatnya bersaing denganku. Kau tidak membiarkan dia menjadi Michael. Dia selalu menjadi adik kecil Charlie. Dia hebat menjadi dirinya sendiri. Dia tidak layak mati, kau benar, tapi dia layak mendapatkan yang lebih baik dari kita semua."
Charlie meraih tangan Kate dan menariknya keluar dari rumah dengan ibunya yang mengejar, berteriak padanya.
"Aku akan menulis sebuah buku, Charlie. Aku akan memberitahu semua orang seperti apa kau sebenarnya. Lihat apa yang terjadi pada karirmu yang berharga itu, jika para wanita masih menginginkanmu." Charlie mencoba untuk merenggut Kate dari jalan menuju ke dalam mobil, tapi Kate menarik bebas tangannya.
"Charlie, tenanglah. Please."
Matanya menyala dengan marah. "Jangan bilang padaku untuk tenang! Masuk ke mobil." Kate menyambar kunci dari tangan Charlie dan melesat ke belakang.
"Jangan bergerak," kata Kate, memutar menjauh saat Charlie meraihnya. Kate berlari ke dalam rumah.
Pintu masih terbuka. Kate mengambil napas dalam-dalam dan berjalan ke dalam. Dia bisa mendengar ibu Charlie menangis dan mengikuti suara itu. Paul dan Jill berdiri di dapur bergaya Quaker, lengan mereka memeluk satu sama lain. Paul memberi isyarat pada Kate untuk mundur. Sesaat kemudian Paul bergabung dengannya di lorong. Paul tampak seperti seseorang yang telah melukai jiwanya. Kate menyadari apa yang dia lihat di matanya sebelumnya dan yang tidak disukai adalah kelelahan yang mendalam.
"Aku menyesal kau harus menyaksikan itu," kata Paul.
"Apapun yang terjadi malam itu, Charlie tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. anda harus percaya dia melakukan apa saja untuk membuat Michael keluar dari mobil, bahkan jika dirinya sendiri tidak bisa percaya itu. Apakah ia memberi Michael obat atau kunci mobil tidak ada hubungannya. Dia akan selalu merasa bertanggung jawab atas kematian saudaranya. Dia harus hidup dengan itu. Bukankah itu cukup? " Paul menatap Kate. "Aku tidak peduli siapa yang memberikan apa kepada siapa. Kami kehilangan dua putra malam itu, tidak hanya satu."
"Charlie sangat tidak bahagia. Dia sangat ingin tahu bahwa kalian mencintainya."
"Kami mencintainya, hanya saja...dia sulit. Kenyataan bahwa dia sedang mencari ibu kandungnya di atas apa yang telah terjadi adalah terlalu banyak bagi kita sekarang, terutama untuk Jill."
"Charlie mencoba bunuh diri, " sembur Kate.
Bahkan saat ia mengucapkan kata-kata itu, dia tidak yakin apakah dia telah melakukan hal yang benar. Warna yang tersisa menghilang dari wajah Paul.
"Oh Tuhan." Paul terhuyung dan mencengkeram dadanya.
Kate takut dia akan mengalami serangan jantung.
"Maafkan aku. Aku..." Kate ingin mencabut kata-kata itu kembali.
"Jangan katakan pada Jill," bisik Paul.
Kate menggeleng. "Tidak ada yang tahu. Hanya aku. Aku bilang karena aku ingin kau mengerti betapa sakitnya dia, betapa banyak ia membutuhkan kalian untuk mencintainya. Dia kehilangan bagian dari dirinya sendiri ketika saudaranya meninggal."
"Dia mencoba bunuh diri dengan apa?" Tanya Paul. "Tablet?"
"Dia berenang ke tengah laut." Paul mengambil napas dalam-dalam gemetar. "Apa yang terjadi? Dia berubah pikiran?" Kate ragu-ragu sebelum ia menjawab. "Kami berdua berubah pikiran." Paul bersandar dinding.
"Ya Tuhan. Apakah itu suatu perjanjian? Apa ?"
"Kami dua orang asing. Kami bertemu secara kebetulan. Aku juga tidak bahagia. Jadi, aku mengerti betapa putus asa yang Charlie rasakan, betapa kesepiannya, betapa tidak dicintai. Tolong jangan meninggalkan dirinya. Dia harus...menemukan dirinya sendiri dan dia ingin dukungan kalian."
"Apa menurutmu dia akan mencoba lagi?" Tanya Paul.
"Dia butuh alasan untuk tidak."
"Seperti kau?" Kate tersenyum kecil.
"Mungkin aku hanya memperbaiki sekilas untuk Charlie, lem yang lemah merekatkan sesuatu bersama-sama." Kate merasakan kobaran rasa sakit saat ia mengatakan itu.
"Dia harus membenahi dirinya dulu, belajar untuk menyukai dirinya lagi sebelum ia dapat melanjutkan. Bagian dari itu adalah memahami dari mana dia berasal."
"Ibu kandungnya." Desah Paul. "Kami terlambat mengatakan itu padanya, ketika ia berada di usia remaja. Kami seharusnya mengatakan sesuatu ketika ia masih kecil, tapi Jill tidak mau. Dia ingin berpura-pura dia tidak diadopsi dan aku setuju. Itu setelah kami mengatakan kepadanya, hal-hal mulai berjalan salah."
Paul mengusap rambutnya dan merapatkan bibirnya. Kate melihat Charlie di perilaku itu.
"Katakan padanya aku ingin bertemu ibu kandungnya, juga. Tidak yakin kalau Jill bisa mengatasinya, tapi aku ingin mengucapkan terima kasih pada wanita itu untuk memberikan Charlie pada kami. Aku mencintainya, kau tahu. Begitu pula Jill. Charlie sudah sangat baik kepada kami."
Kate melihat sebuah foto di rak berbentuk seperti radiator. "Apakah itu Michael?" Seorang pria yang tersenyum, dengan rambut cokelat keriting dan lesung pipi, berdiri memegang papan selancar.
"Ya."
"Bisakah aku meminjamnya?"
"Kau bisa menyimpannya. Kami punya yang lain." Paul membuka bingkainya dan memberikannya pada Kate.
Kate menyelipkan foto itu ke tasnya.
"Hari ini seharusnya menjadi hari ulang tahun Michael, itu sebabnya kedatangan Charlie tidak tepat. Jill mengalami hari-hari yang lebih baik. Bawa Charlie kembali lagi. Aku merindukannya."
***
Strangers Bab 17
Kate keluar dari rumah untuk mencari Charlie yang berjalan mondar-mandir di samping mobil. Ketika Charlie melihat Kate, ia berhenti dan mengulurkan tangannya.
"Beri aku kunci sialan itu."
"Aku yang mengemudi," kata Kate.
Charlie bersandar di pintu untuk menghentikan Kate membukanya. "Kau tidak diasuransikan."
"Well, aku berjanji untuk tidak membunuhmu dalam perjalanan kembali." Wajah Charlie tetap membatu.
"Kau harus tenang, Charlie. Aku akan mengemudi untuk sementara waktu kemudian kau bisa mengambil alih. Oke?" Charlie mendesah, tapi pergi ke sisi lain dan menunggu Kate untuk membuka pintu.
"Untuk apa kau masuk kembali?"
"Aku lupa tasku." Kate berharap Charlie tidak melihat kebohongan. "Lihat kan, tidak semua keluarga dipenuhi kemanisan dan keceriaan," gumam Charlie, saat Kate mulai mengemudi.
"Aku suka ayahmu."
"Tapi ibuku tidak?"
"Tidak sekarang." Kate memilih kata-katanya dengan hati-hati.
"Dia seharusnya tidak mengatakan itu, tapi dia dibutakan oleh rasa sakit."
"Dan aku tidak?" Bentak Charlie.
"Charlie, jangan. Ini bukan hanya tentangmu."
Tak satu pun dari mereka berbicara lagi sampai Charlie mengatakan,
"Ini arah yang salah. Kita melewatkan jalannya. Temukan jalan untuk berbalik."
Kate melakukan seperti yang Charlhe katakan dan mengikuti petunjuk untuk kembali ke jalan utama.
Mereka terus dalam keheningan selama beberapa saat dan kemudian Charlie berkata,
"Aku sudah lupa ini adalah hari ulang tahunnya."
"Aku pikir bukan itu masalahnya." Charlie memutar-mutar tangannya di pangkuannya. "Aku merindukannya."
"Aku tahu."
"Seperti kau merindukan ibu dan ayahmu?" Mata Kate terus menatap ke jalan. Ini adalah kesempatan Kate untuk memberitahu Charlie kebenarannya, tapi setelah kejadian di rumah, dia tidak mau.
"Tentu saja kau merindukan mereka," gumam Charlie.
"Aku tidak ingat mereka," kata Kate. "Aku bahkan tak ingat ibuku seperti apa. Aku tak ingat seperti apa rasanya memiliki seseorang yang peduli padaku karena mereka ingin, bukan karena mereka dibayar untuk melakukannya."
"Aku...itu menyedihkan."
"Itulah hidup."
"Kau seharusnya menunjukkan kasih sayang pada beberapa orang yang merawatmu." Tidak, Kate tidak, karena tidak ada yang pernah berlangsung lama. Orang-orang atau Kate terus melangkah, jadi tak ada gunanya.
"Aku sudah bilang aku bukan anak yang gampang diatur," kata Kate. "Kupikir aku bertingkah karena aku sedang menguji orang, melihat apakah mereka bisa mencintaiku bahkan ketika aku berkelakuan buruk. Dan sementara aku mendorong mereka pergi, aku masih berharap seseorang akan mengatakan bahwa aku cantik dan pintar, bahwa aku bisa menjadi apa pun yang aku inginkan. Kau punya itu."
"Dan membuangnya."
"Tidak, kau makan di atasnya, berkembang di atasnya. Jill dan Paul yang membentukmu, Charlie, dan mereka mencintaimu. Mereka mencintaimu tak peduli apa yang kau lakukan. Itu sesuatu yang istimewa. Jadi, ketika kau mencari wanita yang melahirkanmu, ingat semua yang sudah dia lakukan, membiarkanmu tumbuh dalam dirinya. Ibu dan ayahmu yang sesungguhnya ada di belakang sana." Kate mendengar Charlie terisak.
Charlie menghela napas dengan gemetar.
"Kurasa orang tuamu tidak dimakan oleh piranha?"
"Tidak."
"Atau mati karena virus Ebola?"
"Tidak." Charlie menunggu dan Kate tahu Charlie berharap ia mengatakan lebih banyak lagi, tapi Kate tidak bisa. Mulutnya terasa seperti sedang memakan crackers kering. Kate tidak ingin mengingatnya. Bahkan berpikir tentang mengingat mengubah perutnya menjadi kumpulan cacing yang bergolak.
"Aku baru saja membuka hati sialanku dan kau masih tak dapat berbicara denganku." Suara Charlie semakin keras. "Mungkin mereka bahkan tidak mati. Apakah mereka hidup bahagia berkecukupan di Milton Keynes? Mungkin mereka melemparmu keluar. Mungkin kau yang meninggalkan mereka. Apa kau sudah mengarang sejarahmu untuk membuatku merasa kasihan padamu."
Kate menggigit bibirnya.
"Apa kau tidur dengan banyak orang, Kate? hamil? Melakukan aborsi? Apa rahasia yang kau sembunyikan?"
Sebuah api amarah membakar dalam diri Kate. Bagaimana bisa Charlie membalikkan ini pada Kate? Kate juga tidak bisa menahan dirinya untuk menggertak. "Obat siapa, Charlie? Kunci mobil dicuri atau diberikan?"
"Bagaimana menurutmu?? Kau tahu aku seperti apa. Berhenti di sini." Kate menginjak rem, mematikan mesin dan berbalik menghadap Charlie. "Katakan yang sebenarnya."
"Obat milik Michael. Dia yang mencuri kuncinya." Mata Charlie terus menatap pada suatu titik yang jauh.
"Aku berusaha untuk membuatnya lebih mudah bagi mereka. Kupikir jika mereka bisa menyalahkanku, maka mereka bisa memaafkanku. Tapi itu kokain Michael. Dia yang membawanya, ia mencuri kunci dari sakuku." Dia berhenti.
"Tapi aku berbohong pada mereka." Ia berpaling kepada Kate, mata Charlie yang gelap penuh rasa sakit.
"Michael masih sadar ketika aku sampai ke mobil. Aku menyeret gadis itu keluar. Dia bernafas tapi tidak sadarkan diri. Michael memohon padaku untuk mengeluarkannya, berteriak padaku bahwa aku tidak menariknya cukup keras, tidak berusaha cukup keras. Aku akan benar-benar memotong kakinya jika aku bisa, tapi tidak ada cara untuk memindahkan dia dan api makin memanas dan aku tahu dia akan mati. Dia juga tahu. Dia memohon padaku untuk tidak meninggalkannya."
Kate mengulurkan tangan untuk mengambil tangan Charlie, jari-jarinya gemetar dalam tangan Kate.
"Tapi aku harus meninggalkannya. Aku tidak bisa bernapas. Aku harus meninggalkan dia. Oh, Tuhan. Dia menjerit. Kemudian, ia berhenti. Dia tidak sadar saat itu, tapi aku..."
Charlie menangis, merenggut tangannya dari tangan Kate dan melompat keluar dari mobil. Ketika ia berjalan cepat ke jalan, Kate mengejarnya. Charlie menuju ke tiang lampu terdekat dan menendangnya. Kate memegang lengannya dan mencoba menariknya menjauh.
"Charlie, jangan."
"Dewan mengirimi mereka tagihan untuk kerusakan tiang lampu. Bagaimana bisa mereka melakukan itu? Mengirim tagihan untuk tiang lampu sialan pada keluar ga yang sedang berduka?"
Charlie menendang lagi kemudian membentur tiang dengan tinjunya. Darah menyembur dari buku-buku jarinya dan Kate menempel di lengannya.
"Please, Charlie."
Kate memeluknya saat Charlie berjuang untuk bebas, menodai mereka berdua dengan darah, tapi Kate tidak akan membiarkannya pergi dan pada akhirnya Charlie berhenti melawan. Untuk sesaat, Charlie membiarkan Kate menahannya. Kate memeluk pinggangnya dan menekan kepalanya ke bahunya. Lalu Charlie menarik kunci dari saku Kate dan lari.
"Aku ingin menyetir. Ini mobil sialanku!" teriak Charlie.
Charlie masuk ke sisi pengemudi, berniat untuk pergi tanpa Kate, takut akan keselamatan diri Kate jika dia kembali dengan Kate, tapi takut akan keselamatannya sendiri jika Kate tidak bersamanya. Kate membuka pin
Hilangnya Suzumiya Haruhi - Tanigawa Nagaru Ketika Flamboyan Berbunga - Maria A Sardjono Fade into You - by Kate Dawes Fade into Me - Kate Dawes Fade into Always - Kate Dawes
isa. Ketika ia mengeluh tentang telinganya yang mencuat, kau setuju dengannya dan memperbaikinya. Kau memperbaiki giginya padahal tidak ada yang salah dengan itu."
Jill berusaha menyela. Namun Charlie terus berpacu.
"Kau yang membuatnya berlatih piano ketika ia lebih suka bermain sepak bola.
Kau yang membuatnya bersaing denganku. Kau tidak membiarkan dia menjadi Michael. Dia selalu menjadi adik kecil Charlie. Dia hebat menjadi dirinya sendiri. Dia tidak layak mati, kau benar, tapi dia layak mendapatkan yang lebih baik dari kita semua."
Charlie meraih tangan Kate dan menariknya keluar dari rumah dengan ibunya yang mengejar, berteriak padanya.
"Aku akan menulis sebuah buku, Charlie. Aku akan memberitahu semua orang seperti apa kau sebenarnya. Lihat apa yang terjadi pada karirmu yang berharga itu, jika para wanita masih menginginkanmu." Charlie mencoba untuk merenggut Kate dari jalan menuju ke dalam mobil, tapi Kate menarik bebas tangannya.
"Charlie, tenanglah. Please."
Matanya menyala dengan marah. "Jangan bilang padaku untuk tenang! Masuk ke mobil." Kate menyambar kunci dari tangan Charlie dan melesat ke belakang.
"Jangan bergerak," kata Kate, memutar menjauh saat Charlie meraihnya. Kate berlari ke dalam rumah.
Pintu masih terbuka. Kate mengambil napas dalam-dalam dan berjalan ke dalam. Dia bisa mendengar ibu Charlie menangis dan mengikuti suara itu. Paul dan Jill berdiri di dapur bergaya Quaker, lengan mereka memeluk satu sama lain. Paul memberi isyarat pada Kate untuk mundur. Sesaat kemudian Paul bergabung dengannya di lorong. Paul tampak seperti seseorang yang telah melukai jiwanya. Kate menyadari apa yang dia lihat di matanya sebelumnya dan yang tidak disukai adalah kelelahan yang mendalam.
"Aku menyesal kau harus menyaksikan itu," kata Paul.
"Apapun yang terjadi malam itu, Charlie tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. anda harus percaya dia melakukan apa saja untuk membuat Michael keluar dari mobil, bahkan jika dirinya sendiri tidak bisa percaya itu. Apakah ia memberi Michael obat atau kunci mobil tidak ada hubungannya. Dia akan selalu merasa bertanggung jawab atas kematian saudaranya. Dia harus hidup dengan itu. Bukankah itu cukup? " Paul menatap Kate. "Aku tidak peduli siapa yang memberikan apa kepada siapa. Kami kehilangan dua putra malam itu, tidak hanya satu."
"Charlie sangat tidak bahagia. Dia sangat ingin tahu bahwa kalian mencintainya."
"Kami mencintainya, hanya saja...dia sulit. Kenyataan bahwa dia sedang mencari ibu kandungnya di atas apa yang telah terjadi adalah terlalu banyak bagi kita sekarang, terutama untuk Jill."
"Charlie mencoba bunuh diri, " sembur Kate.
Bahkan saat ia mengucapkan kata-kata itu, dia tidak yakin apakah dia telah melakukan hal yang benar. Warna yang tersisa menghilang dari wajah Paul.
"Oh Tuhan." Paul terhuyung dan mencengkeram dadanya.
Kate takut dia akan mengalami serangan jantung.
"Maafkan aku. Aku..." Kate ingin mencabut kata-kata itu kembali.
"Jangan katakan pada Jill," bisik Paul.
Kate menggeleng. "Tidak ada yang tahu. Hanya aku. Aku bilang karena aku ingin kau mengerti betapa sakitnya dia, betapa banyak ia membutuhkan kalian untuk mencintainya. Dia kehilangan bagian dari dirinya sendiri ketika saudaranya meninggal."
"Dia mencoba bunuh diri dengan apa?" Tanya Paul. "Tablet?"
"Dia berenang ke tengah laut." Paul mengambil napas dalam-dalam gemetar. "Apa yang terjadi? Dia berubah pikiran?" Kate ragu-ragu sebelum ia menjawab. "Kami berdua berubah pikiran." Paul bersandar dinding.
"Ya Tuhan. Apakah itu suatu perjanjian? Apa ?"
"Kami dua orang asing. Kami bertemu secara kebetulan. Aku juga tidak bahagia. Jadi, aku mengerti betapa putus asa yang Charlie rasakan, betapa kesepiannya, betapa tidak dicintai. Tolong jangan meninggalkan dirinya. Dia harus...menemukan dirinya sendiri dan dia ingin dukungan kalian."
"Apa menurutmu dia akan mencoba lagi?" Tanya Paul.
"Dia butuh alasan untuk tidak."
"Seperti kau?" Kate tersenyum kecil.
"Mungkin aku hanya memperbaiki sekilas untuk Charlie, lem yang lemah merekatkan sesuatu bersama-sama." Kate merasakan kobaran rasa sakit saat ia mengatakan itu.
"Dia harus membenahi dirinya dulu, belajar untuk menyukai dirinya lagi sebelum ia dapat melanjutkan. Bagian dari itu adalah memahami dari mana dia berasal."
"Ibu kandungnya." Desah Paul. "Kami terlambat mengatakan itu padanya, ketika ia berada di usia remaja. Kami seharusnya mengatakan sesuatu ketika ia masih kecil, tapi Jill tidak mau. Dia ingin berpura-pura dia tidak diadopsi dan aku setuju. Itu setelah kami mengatakan kepadanya, hal-hal mulai berjalan salah."
Paul mengusap rambutnya dan merapatkan bibirnya. Kate melihat Charlie di perilaku itu.
"Katakan padanya aku ingin bertemu ibu kandungnya, juga. Tidak yakin kalau Jill bisa mengatasinya, tapi aku ingin mengucapkan terima kasih pada wanita itu untuk memberikan Charlie pada kami. Aku mencintainya, kau tahu. Begitu pula Jill. Charlie sudah sangat baik kepada kami."
Kate melihat sebuah foto di rak berbentuk seperti radiator. "Apakah itu Michael?" Seorang pria yang tersenyum, dengan rambut cokelat keriting dan lesung pipi, berdiri memegang papan selancar.
"Ya."
"Bisakah aku meminjamnya?"
"Kau bisa menyimpannya. Kami punya yang lain." Paul membuka bingkainya dan memberikannya pada Kate.
Kate menyelipkan foto itu ke tasnya.
"Hari ini seharusnya menjadi hari ulang tahun Michael, itu sebabnya kedatangan Charlie tidak tepat. Jill mengalami hari-hari yang lebih baik. Bawa Charlie kembali lagi. Aku merindukannya."
***
Strangers Bab 17
Kate keluar dari rumah untuk mencari Charlie yang berjalan mondar-mandir di samping mobil. Ketika Charlie melihat Kate, ia berhenti dan mengulurkan tangannya.
"Beri aku kunci sialan itu."
"Aku yang mengemudi," kata Kate.
Charlie bersandar di pintu untuk menghentikan Kate membukanya. "Kau tidak diasuransikan."
"Well, aku berjanji untuk tidak membunuhmu dalam perjalanan kembali." Wajah Charlie tetap membatu.
"Kau harus tenang, Charlie. Aku akan mengemudi untuk sementara waktu kemudian kau bisa mengambil alih. Oke?" Charlie mendesah, tapi pergi ke sisi lain dan menunggu Kate untuk membuka pintu.
"Untuk apa kau masuk kembali?"
"Aku lupa tasku." Kate berharap Charlie tidak melihat kebohongan. "Lihat kan, tidak semua keluarga dipenuhi kemanisan dan keceriaan," gumam Charlie, saat Kate mulai mengemudi.
"Aku suka ayahmu."
"Tapi ibuku tidak?"
"Tidak sekarang." Kate memilih kata-katanya dengan hati-hati.
"Dia seharusnya tidak mengatakan itu, tapi dia dibutakan oleh rasa sakit."
"Dan aku tidak?" Bentak Charlie.
"Charlie, jangan. Ini bukan hanya tentangmu."
Tak satu pun dari mereka berbicara lagi sampai Charlie mengatakan,
"Ini arah yang salah. Kita melewatkan jalannya. Temukan jalan untuk berbalik."
Kate melakukan seperti yang Charlhe katakan dan mengikuti petunjuk untuk kembali ke jalan utama.
Mereka terus dalam keheningan selama beberapa saat dan kemudian Charlie berkata,
"Aku sudah lupa ini adalah hari ulang tahunnya."
"Aku pikir bukan itu masalahnya." Charlie memutar-mutar tangannya di pangkuannya. "Aku merindukannya."
"Aku tahu."
"Seperti kau merindukan ibu dan ayahmu?" Mata Kate terus menatap ke jalan. Ini adalah kesempatan Kate untuk memberitahu Charlie kebenarannya, tapi setelah kejadian di rumah, dia tidak mau.
"Tentu saja kau merindukan mereka," gumam Charlie.
"Aku tidak ingat mereka," kata Kate. "Aku bahkan tak ingat ibuku seperti apa. Aku tak ingat seperti apa rasanya memiliki seseorang yang peduli padaku karena mereka ingin, bukan karena mereka dibayar untuk melakukannya."
"Aku...itu menyedihkan."
"Itulah hidup."
"Kau seharusnya menunjukkan kasih sayang pada beberapa orang yang merawatmu." Tidak, Kate tidak, karena tidak ada yang pernah berlangsung lama. Orang-orang atau Kate terus melangkah, jadi tak ada gunanya.
"Aku sudah bilang aku bukan anak yang gampang diatur," kata Kate. "Kupikir aku bertingkah karena aku sedang menguji orang, melihat apakah mereka bisa mencintaiku bahkan ketika aku berkelakuan buruk. Dan sementara aku mendorong mereka pergi, aku masih berharap seseorang akan mengatakan bahwa aku cantik dan pintar, bahwa aku bisa menjadi apa pun yang aku inginkan. Kau punya itu."
"Dan membuangnya."
"Tidak, kau makan di atasnya, berkembang di atasnya. Jill dan Paul yang membentukmu, Charlie, dan mereka mencintaimu. Mereka mencintaimu tak peduli apa yang kau lakukan. Itu sesuatu yang istimewa. Jadi, ketika kau mencari wanita yang melahirkanmu, ingat semua yang sudah dia lakukan, membiarkanmu tumbuh dalam dirinya. Ibu dan ayahmu yang sesungguhnya ada di belakang sana." Kate mendengar Charlie terisak.
Charlie menghela napas dengan gemetar.
"Kurasa orang tuamu tidak dimakan oleh piranha?"
"Tidak."
"Atau mati karena virus Ebola?"
"Tidak." Charlie menunggu dan Kate tahu Charlie berharap ia mengatakan lebih banyak lagi, tapi Kate tidak bisa. Mulutnya terasa seperti sedang memakan crackers kering. Kate tidak ingin mengingatnya. Bahkan berpikir tentang mengingat mengubah perutnya menjadi kumpulan cacing yang bergolak.
"Aku baru saja membuka hati sialanku dan kau masih tak dapat berbicara denganku." Suara Charlie semakin keras. "Mungkin mereka bahkan tidak mati. Apakah mereka hidup bahagia berkecukupan di Milton Keynes? Mungkin mereka melemparmu keluar. Mungkin kau yang meninggalkan mereka. Apa kau sudah mengarang sejarahmu untuk membuatku merasa kasihan padamu."
Kate menggigit bibirnya.
"Apa kau tidur dengan banyak orang, Kate? hamil? Melakukan aborsi? Apa rahasia yang kau sembunyikan?"
Sebuah api amarah membakar dalam diri Kate. Bagaimana bisa Charlie membalikkan ini pada Kate? Kate juga tidak bisa menahan dirinya untuk menggertak. "Obat siapa, Charlie? Kunci mobil dicuri atau diberikan?"
"Bagaimana menurutmu?? Kau tahu aku seperti apa. Berhenti di sini." Kate menginjak rem, mematikan mesin dan berbalik menghadap Charlie. "Katakan yang sebenarnya."
"Obat milik Michael. Dia yang mencuri kuncinya." Mata Charlie terus menatap pada suatu titik yang jauh.
"Aku berusaha untuk membuatnya lebih mudah bagi mereka. Kupikir jika mereka bisa menyalahkanku, maka mereka bisa memaafkanku. Tapi itu kokain Michael. Dia yang membawanya, ia mencuri kunci dari sakuku." Dia berhenti.
"Tapi aku berbohong pada mereka." Ia berpaling kepada Kate, mata Charlie yang gelap penuh rasa sakit.
"Michael masih sadar ketika aku sampai ke mobil. Aku menyeret gadis itu keluar. Dia bernafas tapi tidak sadarkan diri. Michael memohon padaku untuk mengeluarkannya, berteriak padaku bahwa aku tidak menariknya cukup keras, tidak berusaha cukup keras. Aku akan benar-benar memotong kakinya jika aku bisa, tapi tidak ada cara untuk memindahkan dia dan api makin memanas dan aku tahu dia akan mati. Dia juga tahu. Dia memohon padaku untuk tidak meninggalkannya."
Kate mengulurkan tangan untuk mengambil tangan Charlie, jari-jarinya gemetar dalam tangan Kate.
"Tapi aku harus meninggalkannya. Aku tidak bisa bernapas. Aku harus meninggalkan dia. Oh, Tuhan. Dia menjerit. Kemudian, ia berhenti. Dia tidak sadar saat itu, tapi aku..."
Charlie menangis, merenggut tangannya dari tangan Kate dan melompat keluar dari mobil. Ketika ia berjalan cepat ke jalan, Kate mengejarnya. Charlie menuju ke tiang lampu terdekat dan menendangnya. Kate memegang lengannya dan mencoba menariknya menjauh.
"Charlie, jangan."
"Dewan mengirimi mereka tagihan untuk kerusakan tiang lampu. Bagaimana bisa mereka melakukan itu? Mengirim tagihan untuk tiang lampu sialan pada keluar ga yang sedang berduka?"
Charlie menendang lagi kemudian membentur tiang dengan tinjunya. Darah menyembur dari buku-buku jarinya dan Kate menempel di lengannya.
"Please, Charlie."
Kate memeluknya saat Charlie berjuang untuk bebas, menodai mereka berdua dengan darah, tapi Kate tidak akan membiarkannya pergi dan pada akhirnya Charlie berhenti melawan. Untuk sesaat, Charlie membiarkan Kate menahannya. Kate memeluk pinggangnya dan menekan kepalanya ke bahunya. Lalu Charlie menarik kunci dari saku Kate dan lari.
"Aku ingin menyetir. Ini mobil sialanku!" teriak Charlie.
Charlie masuk ke sisi pengemudi, berniat untuk pergi tanpa Kate, takut akan keselamatan diri Kate jika dia kembali dengan Kate, tapi takut akan keselamatannya sendiri jika Kate tidak bersamanya. Kate membuka pin