Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
at” Iblis
Kembar bumi membentak lagi, sementara itu, Si Gila
dari Neraka hitam masih tetap berjingkrakan sambil
bernyanyi-nyanyi kecil….!
Oh, Kecoak… mengapa kau mati…
Tadi aku ketakutan padamu…
Tapi kini kau menggeletak begitu saja…
Aku belum puas…
Puaskan aku…!
Hanya itu nyanyiannya, it uterus diulang-ulang hingga
membuat bosan siapapun yang mendengarnya,
wajah Pandu Pratyama semakin merah, semerah
saga. Arya yang melihat itu menepuk pundak Ratih,
keduanya meloncat dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh kearah sebuah bangunan dan pergi
menyusup….
****“Nimas, Sabuk Intan Merah saga itu tidak ada disini…!”
Kata Arya setelah membongkar setiap bangunan yang
ada diperguruan itu,. Entah berapa jiwa yang
melayang dalam perguruan itu dalam penyelundupan
itu.
“Mungkin dipakai oleh Orang tadi kakang”
“Tidak….! Aji Mata Kucingku tak melihatnya selain
burung aneh yang bertengger” sahut Arya sewot.
Ratih tertawa cekikikan. “mungkin anak istrinya
kakang!”
“Kau benar Nimas, mengapa itu tak terpikir olehku
ya…!”
“Tapi dimanakah mereka Kakang!”
“Sebentar..!” Arya menyimpan tangannya di kedua
matanya, mulumnya berkumat kamit membaca
mantra,…
“Mata aing mata ucing, mata aing nu bisa nempo
jagat, jagat malik dina mata aing…brehh..brehh..brai….”
Arya lepaskan tangannya, matanya bersinar tajam,
dengan liar ia menatap kekiri kanan… mendadak ia
melihat dua orang perempuan yang sedang dilarikan
oleh beberapa murid yang memakai pakaian hitam,
mungkin ia adalah murid inti dari Perguruan itu.
“Ayo….!” Arya melesat terbang mengerahkan ilmu
peringan tubuhnya. Ratih mengejar dari belakang,
laksana anak panah keduanya melesat membentuk
sebuah garis yang menembus rimba.
Arya yang mengejar dari belakang tersenyum puas
ketika melihat murid perguruan Kali Brantas semakin
cemas. Tangannya menjentik mengerahkan ilmu
totokan jarak jauh…
“ctikkk…!”
"Aaakh...!"
Salah seorang dari mereka menjerit menyayat hati
ketika terkena totokan jarak jauh itu. Tubuhnya
ambruk mencium bumi.
Arya tak berhenti begitu saja, ia terus melakukan
totokan jarak jauh, maka suara jeritan itu belum lagi
hilang, terdengar lagi jeritan melengking dari seorang
murid yang lain.
"Cepat lari terus. Nyai, Tuan Putri…." kata pemimpin
rombongan itu melihat lari keduanya semakin
melemah.
“Aku sudah nggak kuat ngger” Perempuan setengah
baya yang dipanggil nyai mengeluh.
"ctikkk!"
Pemimpin rombongan itu mengkibaskan pedangnya
untuk menghalau sebatang ranting yang diluncurkan
Ratih. Tangan kirinya segera mendorong Gadis yang
satunya agar terus berlari. Mau tidak mau dua orang
perempuan itu berlari meski mereka sudah kehabisan
nafas..
Dua orang murid inti Perguruan kali Brantas yang
hanya tersisa itu, segera menghentikan larinya.
Mereka mencoba menghadang Arya dan Ratih.
Namun dua orang dengan tenaga sudah terkuras,
tentu bukanlah tandingan Arya dan Ratih, tanpa
banyak kata keduanya mengerahkan ilmu andalan
guna mempersingkat waktu..
Arya rapatkan kedua tangan didada tangan kanan
dihentakan kedepan sementara tangan kairi diayun
kebawah belakang, sedang Ratih melentikan tubuh
bagian atasnya dengan sebuah putaran tubuh diikuti
dengan kedua tangan….
Tanpa dapat berbuat banyak, kedua orang itu tewas
dalam sebuah lobang berbentuk telapak tangan
dalam keadaan tubuh terbungkus es...
"Nger. Aku tidak kuat lagi..." keluh Nyai itu dengan
napas tersengal.
"Bertahanlah, mbok," Gadis yang satunya coba
mendorong semangat Perempuan itu.
Nyai itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
saja. Sinar matanya sudah menyiratkan kepasrahan.
Sementara Ratih dan Arya sudah semakin deket saja.
Ratih menjejakankaki melompat diatas kepala dua
orang yang tersisa itu.
“Jlegg…” Ia berdiri didepan mereka. Perlu diketahui
saat ini mereka sedang berada diantara himpitan batu
cadas dikedua sisi. Otomatis depan belakang mereka
sudah terhadang.
Arya Sigap menotok keduanya dengan kecepatan
yang tak bias diikuti dengan mata. Padahal gadis
yang dikejar itu sudah mencabut pedangnya setengah
dari serangkanya.
“Nimas…ambil kalung permata di leher wanita tua itu”
“Baik kakang!” Ratih berjalan dan berusaha membuka
kalung permata itu.
“”Tidak bias kakang…!kalung ini menempel di lehernya
dengan satu arah, bias dipasang tidak bias dibuka lagi.
Kecuali memenggal kepalanya tidak ada cara lagi…”
“Penggal saja…!” Arya menyerahkan pedang di
pinggang gadis yang dipegangnya…
Ratih menerimanya dengan ragu. Perlahan wanita itu
di dudukan, pedang terangkat diatas lehernya..
Arya buka totokan gadis itu untuk menyadarkannya,
tapi tidak dengan totokkan kakunya. Wajahnya
diarahkan Arya kehadapan eksekusi itu. Mata gadis
itu melotot marah, takut dan ngeri…
Ratih menghela nafas panjang, pedangnya
disabetkan…
“Crassshh…!” Darah memancar, kepala
menggelinding… Gadis itu pingsan seketika.
Arya tersenyum lembut kepada ratih yang waktu itu
berdiri menjublak memegangi kalung permata yang
bersinar berlumuran darah.
“Tak aku sangka selain mendapatkan sabuk intan
permata merah saga kita juga mendapatkan kalung
permata Nyi Laraspati. Kalung yang terbuat dari batu
alam terlangka didunia yang ditempa langsung oleh
Pendekar Seribu Diri Aram Widiawan”
“Benarkah ini kalung itu kakang!”
“Ya,… lihatlah, permatanya bersinar ketika terkena
darah, berarti itu memang benar kalung itu.”
“Ayo kembali….!” Ajak Arya sambil mengempit gadis
yang ditangkapnya sambil menggandeng tangan
Ratih,.
Ditengah jalan,. Arya sibuk menotok beberapa jalan
darah diperut dan di leher gadis itu, entah apa yang
dilakukannya tak ada yang tahu…
Ketika mereka sampai di lapangan, mereka melihat
Iblis Kembar bumi sedang bertarung dengan Pandu
Pratama.
Diliriknya arah sebelah selatan, asap mengepul,
diliriknya arah timur dan utara, sama saja….
“Asap apa itu kakang?”
“Pembantaian…!” Jawab Arya santai dan mulai
memperhatikan pertarungan.
Tampak Iblis kembar Bumi mengangkat kaki
kanannya dengan suatu keseimbangan yang sangat
baik, tangan kanannya berada disamping atas dan
tangan lainnya menyilang berada didepan dada kiri.
Pandu Pratama membuka tangan kanan kesamping
atas untuk diiringi dengan gerakan menendang pada
kaki kanan…
Kedua tangan Iblis kembar bumi melakukan putaran
secara bersamaan untuk menangkis serangan lawan.
Itu dilakukan dengan seni gerakan berputar yang
indah dan mantap, tangan kanan bergherak kearah
muka lawan dengan akhir gerakan telapak tangan
menghadap keatas dan tangan lainnya memutar
turun.
Dalam keadaan jatuh dan diserang, ia menurunkan
tubuhnya kebawah dan menekuk begitu kaki kanan
diturunkan. Kedua tangan menyilang kedalam lalu di
buka bersamaan menghadapi pukulan lawan…
“Plaaakkk….!” Pandu Pratama menangkis dengan
punggung tangan.tak berhenti begitu saja ia juga
mengayunkan diri berputar sambil menegakan tubuh
kembali denga
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
at” Iblis
Kembar bumi membentak lagi, sementara itu, Si Gila
dari Neraka hitam masih tetap berjingkrakan sambil
bernyanyi-nyanyi kecil….!
Oh, Kecoak… mengapa kau mati…
Tadi aku ketakutan padamu…
Tapi kini kau menggeletak begitu saja…
Aku belum puas…
Puaskan aku…!
Hanya itu nyanyiannya, it uterus diulang-ulang hingga
membuat bosan siapapun yang mendengarnya,
wajah Pandu Pratyama semakin merah, semerah
saga. Arya yang melihat itu menepuk pundak Ratih,
keduanya meloncat dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh kearah sebuah bangunan dan pergi
menyusup….
****“Nimas, Sabuk Intan Merah saga itu tidak ada disini…!”
Kata Arya setelah membongkar setiap bangunan yang
ada diperguruan itu,. Entah berapa jiwa yang
melayang dalam perguruan itu dalam penyelundupan
itu.
“Mungkin dipakai oleh Orang tadi kakang”
“Tidak….! Aji Mata Kucingku tak melihatnya selain
burung aneh yang bertengger” sahut Arya sewot.
Ratih tertawa cekikikan. “mungkin anak istrinya
kakang!”
“Kau benar Nimas, mengapa itu tak terpikir olehku
ya…!”
“Tapi dimanakah mereka Kakang!”
“Sebentar..!” Arya menyimpan tangannya di kedua
matanya, mulumnya berkumat kamit membaca
mantra,…
“Mata aing mata ucing, mata aing nu bisa nempo
jagat, jagat malik dina mata aing…brehh..brehh..brai….”
Arya lepaskan tangannya, matanya bersinar tajam,
dengan liar ia menatap kekiri kanan… mendadak ia
melihat dua orang perempuan yang sedang dilarikan
oleh beberapa murid yang memakai pakaian hitam,
mungkin ia adalah murid inti dari Perguruan itu.
“Ayo….!” Arya melesat terbang mengerahkan ilmu
peringan tubuhnya. Ratih mengejar dari belakang,
laksana anak panah keduanya melesat membentuk
sebuah garis yang menembus rimba.
Arya yang mengejar dari belakang tersenyum puas
ketika melihat murid perguruan Kali Brantas semakin
cemas. Tangannya menjentik mengerahkan ilmu
totokan jarak jauh…
“ctikkk…!”
"Aaakh...!"
Salah seorang dari mereka menjerit menyayat hati
ketika terkena totokan jarak jauh itu. Tubuhnya
ambruk mencium bumi.
Arya tak berhenti begitu saja, ia terus melakukan
totokan jarak jauh, maka suara jeritan itu belum lagi
hilang, terdengar lagi jeritan melengking dari seorang
murid yang lain.
"Cepat lari terus. Nyai, Tuan Putri…." kata pemimpin
rombongan itu melihat lari keduanya semakin
melemah.
“Aku sudah nggak kuat ngger” Perempuan setengah
baya yang dipanggil nyai mengeluh.
"ctikkk!"
Pemimpin rombongan itu mengkibaskan pedangnya
untuk menghalau sebatang ranting yang diluncurkan
Ratih. Tangan kirinya segera mendorong Gadis yang
satunya agar terus berlari. Mau tidak mau dua orang
perempuan itu berlari meski mereka sudah kehabisan
nafas..
Dua orang murid inti Perguruan kali Brantas yang
hanya tersisa itu, segera menghentikan larinya.
Mereka mencoba menghadang Arya dan Ratih.
Namun dua orang dengan tenaga sudah terkuras,
tentu bukanlah tandingan Arya dan Ratih, tanpa
banyak kata keduanya mengerahkan ilmu andalan
guna mempersingkat waktu..
Arya rapatkan kedua tangan didada tangan kanan
dihentakan kedepan sementara tangan kairi diayun
kebawah belakang, sedang Ratih melentikan tubuh
bagian atasnya dengan sebuah putaran tubuh diikuti
dengan kedua tangan….
Tanpa dapat berbuat banyak, kedua orang itu tewas
dalam sebuah lobang berbentuk telapak tangan
dalam keadaan tubuh terbungkus es...
"Nger. Aku tidak kuat lagi..." keluh Nyai itu dengan
napas tersengal.
"Bertahanlah, mbok," Gadis yang satunya coba
mendorong semangat Perempuan itu.
Nyai itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
saja. Sinar matanya sudah menyiratkan kepasrahan.
Sementara Ratih dan Arya sudah semakin deket saja.
Ratih menjejakankaki melompat diatas kepala dua
orang yang tersisa itu.
“Jlegg…” Ia berdiri didepan mereka. Perlu diketahui
saat ini mereka sedang berada diantara himpitan batu
cadas dikedua sisi. Otomatis depan belakang mereka
sudah terhadang.
Arya Sigap menotok keduanya dengan kecepatan
yang tak bias diikuti dengan mata. Padahal gadis
yang dikejar itu sudah mencabut pedangnya setengah
dari serangkanya.
“Nimas…ambil kalung permata di leher wanita tua itu”
“Baik kakang!” Ratih berjalan dan berusaha membuka
kalung permata itu.
“”Tidak bias kakang…!kalung ini menempel di lehernya
dengan satu arah, bias dipasang tidak bias dibuka lagi.
Kecuali memenggal kepalanya tidak ada cara lagi…”
“Penggal saja…!” Arya menyerahkan pedang di
pinggang gadis yang dipegangnya…
Ratih menerimanya dengan ragu. Perlahan wanita itu
di dudukan, pedang terangkat diatas lehernya..
Arya buka totokan gadis itu untuk menyadarkannya,
tapi tidak dengan totokkan kakunya. Wajahnya
diarahkan Arya kehadapan eksekusi itu. Mata gadis
itu melotot marah, takut dan ngeri…
Ratih menghela nafas panjang, pedangnya
disabetkan…
“Crassshh…!” Darah memancar, kepala
menggelinding… Gadis itu pingsan seketika.
Arya tersenyum lembut kepada ratih yang waktu itu
berdiri menjublak memegangi kalung permata yang
bersinar berlumuran darah.
“Tak aku sangka selain mendapatkan sabuk intan
permata merah saga kita juga mendapatkan kalung
permata Nyi Laraspati. Kalung yang terbuat dari batu
alam terlangka didunia yang ditempa langsung oleh
Pendekar Seribu Diri Aram Widiawan”
“Benarkah ini kalung itu kakang!”
“Ya,… lihatlah, permatanya bersinar ketika terkena
darah, berarti itu memang benar kalung itu.”
“Ayo kembali….!” Ajak Arya sambil mengempit gadis
yang ditangkapnya sambil menggandeng tangan
Ratih,.
Ditengah jalan,. Arya sibuk menotok beberapa jalan
darah diperut dan di leher gadis itu, entah apa yang
dilakukannya tak ada yang tahu…
Ketika mereka sampai di lapangan, mereka melihat
Iblis Kembar bumi sedang bertarung dengan Pandu
Pratama.
Diliriknya arah sebelah selatan, asap mengepul,
diliriknya arah timur dan utara, sama saja….
“Asap apa itu kakang?”
“Pembantaian…!” Jawab Arya santai dan mulai
memperhatikan pertarungan.
Tampak Iblis kembar Bumi mengangkat kaki
kanannya dengan suatu keseimbangan yang sangat
baik, tangan kanannya berada disamping atas dan
tangan lainnya menyilang berada didepan dada kiri.
Pandu Pratama membuka tangan kanan kesamping
atas untuk diiringi dengan gerakan menendang pada
kaki kanan…
Kedua tangan Iblis kembar bumi melakukan putaran
secara bersamaan untuk menangkis serangan lawan.
Itu dilakukan dengan seni gerakan berputar yang
indah dan mantap, tangan kanan bergherak kearah
muka lawan dengan akhir gerakan telapak tangan
menghadap keatas dan tangan lainnya memutar
turun.
Dalam keadaan jatuh dan diserang, ia menurunkan
tubuhnya kebawah dan menekuk begitu kaki kanan
diturunkan. Kedua tangan menyilang kedalam lalu di
buka bersamaan menghadapi pukulan lawan…
“Plaaakkk….!” Pandu Pratama menangkis dengan
punggung tangan.tak berhenti begitu saja ia juga
mengayunkan diri berputar sambil menegakan tubuh
kembali denga