Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
kin parah bahkan tewas. Ada lagi
seorang awam yang merasa tak bias apa-apa, pada
suatu waktu ia mendapati ayahnya sakit, ia rendah
diri dan meminta seorang tabib. Sungguh kebetulan..
sungguh kebetulan.. tabib itu adalah seorang yang
sangat jahat. Tapi orang awam itu merasa
kesembuhan ayahnya itu adalah hal terpenting. Ia
tahu jika ia melakukan pengobatan tanpa dasar maka
akan membunuh ayahnya saja. Ia bertan ya “wahai
tabib sudikah engkau menolong ayahku itu” tabib itu
menjawab. “Baik tapi seluruh hartamu aku ambil”
tanpa berpikir orang awam itu menyetujui. Pada
keesokan harinya Ayahnya kedapatan sembuh, dan
sitabibpun mendapatkan harta siorang awam. Semua
tetangganya menganggap tabib itu jahat. Tapi dalam
pikiran orang awam itu mengatakan “Siapakah yang
dirugikan? Siapakah yang jahat? Aku mendapatkan
ayahku sembuh, sudah sepantasnya seluruh hartaku
itu sebagai imbalan.”
Maharaja Dunia Persilatan memerah malu. Ia tahu
kakangnya itu sedang mempermainkannya. Ia
mendekati dan member hormat.
“kakangmas Raden Gardasakti Wijoyo. Maafkan atas
kejadian di Himalaya itu, Dimas merasa sangat
menyesal…”
“Huahahahaha………hik… mengapa Dimas meminta
maaf kepadaku? Mengapa Dimas tiidak meminta
maaf kepada anak dan istriku yang dibuat merana?...
hik apakah Dimas terlalu pengecut sampai tak
menonggolkan diri di kerajaann lagi hik…”
“Bukan begitu kangmas, hanya di kerajaan sudah ada
kakang…!”
“Cukup… aku tahu kau hanya mengilah saja… apakah
kau pantas menjadi pemimpin dunia persilatan? Tak
sadarkah bahwa banyak kaummu yang mulai
berbalik dan memusuhi dirimu… kau terlalu membabi
buta” Tuding Gardapati dengan gucinya tepat dihidung
Maharaja dunia persilatan itu.
“Sombong sekali kau Pangeran Pemabuk!” Tuding
Dewa Pedang kelana.
Gardapati diam saja dan mulai menengak tuaknya
kembali.
“Kakangmas, kau sudah terlalu mabuk!” Maharaja
dunia persilatan menasihati.
“Aku dan saudara-saudaraku telah bangkit dari kubur,
seseorang membangkitkan kami, dan tahukah Dimas
mengapa kami bangkit kembali?”
Maharaja dunia persilatan diam-diam merasa kaget,
adakah sebuah ilmu yang bias membangkitkan orang
yang sudah mati sesempurna ini.
“Tidak kakangmas….!”jawab Maharaja dunia persilatan
sabar,
“Menguasai dunia persilatan dan menjadikannya
seperti yang ada dalam benakku… dimana tiga
golongan dapat menjalin suatu hubungan yang
harmonis dan hidup berbahagia. Seperti kami
bertujuh”
“Sesatt… benar-benar pikiran yang melawan benang
hitam. Masakah harimau di satukan dengan angsa?”
Dewa Gagang Pedang Marah benar.
“Apakah Harimau dilahirkan buas maka dia dianggap
jahat? Dimanakah harimau yang memakan rumput?”
“Biarlah aku memberimu sedikit pelajaran agar kau
keluar dari kesesatanmu” Dewa Gagang Pedang
marah tak kepalang, pedangnya dicabut dan
dilemparkan kepada gardapati. Pedang itu
dikendalikan dengan tenaga dalam, sehingga bila
diperlukan pedang itu bias kembali ketangannya.
Gardapati bangkit dan sempoyongan, dengan gontai
ia melakukan perputaran berlawanan arah jarum jam,
kaki kirinya berjinjit dan kaki lainnya menekuk.
Tangann kiri melakukan tarikan dan tangan kanan
yang memegang guci menyampok dengan
penyaluran tenaga yang baik…
“Tranggg…!” Dua buah senjata itu beradu, pedang
melessat kembali kepada pemiliknya. Sedang
Gardapati tersenyum mengejek.
“Tenaga dalam yang hebat” Batin Dewa gagang
pedang yang merasakan tangan kanannya
kesemutan.
Dewan Dunia persilatan terdiri dari sepuluh orang.
Posisi Dewa Warangka pedang dan Dewa Batang
Pedang digantikan oleh tetua perguruan lima besar.
Gajahsora yang merupakan ketua dari Perguruan
Bintang Kemukus juga Wakil Maharaja Dunia
Persilatan maju kemuka dan memasang kuda-kuda.
Tangan kanan menyilang di depan perut dan tangan
lainnya tertekuk. Kedua kakinya membuka
mempersiapkan pertahanan sekaligus serangan. Itulah
kuda-kuda dari jurus menyonsong bintang dilangit.
“Dimas sora, mundurlah… biar aku sendiri yang
menghadapinya” Maharaja Dunia Persilatan mencegah
dan maju kemuka.
Gardapati santai saja, seteguk tuak lagi memenuhi
perutnya, ia memang hendak menggunakan jurus-
jurus ayahnya saja. Maka dari itu pembukaan jurus
mabuk kera sakti dipersiapkan.
Posisi Gardapati saat ini sangat aneh, menghormat
sambil menengak guci. Salah satu kaki, yaitu kaki
kanan berjinjit didepan, kaki kiri menekuk, tangan
kanan memegang guci dan menempelkannya di
mulut. Tangan kiri dibuka seperti menyembah.
Pandangan mata meleng, tubuh agak membungkuk
bidang dada di tarik kebelakang sehingga wajahnya
melengak.
Maharaja Dunia Persilatan memajukan kaki kiri
hingga berjinjit sehingga berat tubuh ada pada kaki
kanan sebagian besarnya, kedua tangan ditarik yaitu
tangan kiri memutar pada sisi pinggang memegang
serangka pedang. Dan tangan lainnya di gagang
pedang,
Secepat kilat menyambar, Maharaja Dunia Persilatan
melakukan sabetan pedang yang ditujukan pada
pergelangan tangan, posisi badan direndahkan
sebagai suatu hindaran dari serangan balasan
Gardapati. Tangan kiri memasukan serangan yang
menyerang dari arah bawah.
Gardapati yang menyerang angin kosong
merendahkan tubuh menghindari tebasan pedang,
serangan tangan kiri lawan ditahan dengan tangan
kiri disertai cengkraman sehingga membuat tenaga
Maharaja Dunia Persilatan seakan-akan tersedot.
Sedang tangan kanan memukulkan guci.
“Bletakk….!” Untung saja Maharaja Dunia Persilatan
melindungi kepalanya dengan tenaga dalam, jika
tidak maka dalam segebrakan saja ia akan keok.
“haha… anggap saja itu sebagai peringatan seorang
kakak kepada adiknya yang nakal” Gardapati tertawa
terbahak-bahak.”
Betapa gusar hati Maharaja Dunia Persilatan. Ditengah
kepusingan kepalanya, ia menarik kearah kanan
belakang pada kaki kanan setengah menyamping
dengan pedang yang berada pada sisi kepala dan
lainnya pada dada kanan…
Setengah sempoyongan, Gardapati melakukan
terjangan dengan pukulan gucinya dan ditangkis dari
arah luar dengan telapak tangan kiri oleh Maharaja
Dunia Persilatan. Bukan itu saja, ia masuk kedaerah
Gardapati dengan menyapukan kaki kanan
kebelakang kaki depannya untuk sekaligus
melakukan sebuah dorongan pada bagian dagu
gardapati. pedangnya menmpel erat dileher Gardapati.
Bias dibayangkan posisi gardapati saat itu.
Bila seandainya ia sampai terjatuh, maka otomatis
kepalanya akan terpenggal jua. Maharaja Dunia
Persilatan kaget tak kepalang ketika Gardapati
membaca mantra mengerahkan sebuah ajian namun
kasip. ajian sudah dibaca, apa dayanya.
“Bismillahirrohmanirrohiim, Sun matek aji ajiku
Brajamusti, Terap-terap, Awe-awe, Kuru-kuru, Griya
gunting drijiku, Watu item ing tanganku, Sun taj
antem, Laa ilaaha ilalloh Muhammadur rasululloh.”
Jelas sudah bahwa Gardapati sudah mengerahkan
ajian Braja musti.
Perlu diketahui AJI BRAJAMUSTI adalah aji kebanggan
para pendekar. Kerana aji Brajamusti ini merupakan
perisai badan yang ampuh sekali. Orang yang
mempunyai aji brajamusti mempunyai kekuatan
badan dan kekuatan ghaib yang tidak ada
tandinggannya. Maka orang yang memiliki tidak boleh
menggunakan aji brajamusti kalau tidak dalam
keadaan terpaksa. Sebab kalau digunakan
sembarangan boleh membahayakan lawan. Kegunaan
aji brajamusti selain untuk mengisi kekuatan badan
dan tangan, aji barajamusti juga sebagai aji
kekebalan terhadap berbagai macam senjata tajam.
Senjata yang ampuh bagaimanapun kalau terkena aji
brajamusti pasti akan tawar, tak bertuah.
“Srengggg,…!” Pedang itu menggesek di leher
Gardapati. Semua orang menahan nafas, tapi mereka
terkejut sebab bukan hanya gardapati tetap hidup,
bahkan tak ada luka apapun dilehernya.
Tak ada yang paham mengapa semua itu bias terjadi
selain Maharaja Dunia Persilatan Sendiri. Padahal
mereka tahu senjata Maharaja Dunia persilatan
bernama Ki Manon Nagapuspo. Senjata yang terkenal
akan ketajamannya.
****
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
kin parah bahkan tewas. Ada lagi
seorang awam yang merasa tak bias apa-apa, pada
suatu waktu ia mendapati ayahnya sakit, ia rendah
diri dan meminta seorang tabib. Sungguh kebetulan..
sungguh kebetulan.. tabib itu adalah seorang yang
sangat jahat. Tapi orang awam itu merasa
kesembuhan ayahnya itu adalah hal terpenting. Ia
tahu jika ia melakukan pengobatan tanpa dasar maka
akan membunuh ayahnya saja. Ia bertan ya “wahai
tabib sudikah engkau menolong ayahku itu” tabib itu
menjawab. “Baik tapi seluruh hartamu aku ambil”
tanpa berpikir orang awam itu menyetujui. Pada
keesokan harinya Ayahnya kedapatan sembuh, dan
sitabibpun mendapatkan harta siorang awam. Semua
tetangganya menganggap tabib itu jahat. Tapi dalam
pikiran orang awam itu mengatakan “Siapakah yang
dirugikan? Siapakah yang jahat? Aku mendapatkan
ayahku sembuh, sudah sepantasnya seluruh hartaku
itu sebagai imbalan.”
Maharaja Dunia Persilatan memerah malu. Ia tahu
kakangnya itu sedang mempermainkannya. Ia
mendekati dan member hormat.
“kakangmas Raden Gardasakti Wijoyo. Maafkan atas
kejadian di Himalaya itu, Dimas merasa sangat
menyesal…”
“Huahahahaha………hik… mengapa Dimas meminta
maaf kepadaku? Mengapa Dimas tiidak meminta
maaf kepada anak dan istriku yang dibuat merana?...
hik apakah Dimas terlalu pengecut sampai tak
menonggolkan diri di kerajaann lagi hik…”
“Bukan begitu kangmas, hanya di kerajaan sudah ada
kakang…!”
“Cukup… aku tahu kau hanya mengilah saja… apakah
kau pantas menjadi pemimpin dunia persilatan? Tak
sadarkah bahwa banyak kaummu yang mulai
berbalik dan memusuhi dirimu… kau terlalu membabi
buta” Tuding Gardapati dengan gucinya tepat dihidung
Maharaja dunia persilatan itu.
“Sombong sekali kau Pangeran Pemabuk!” Tuding
Dewa Pedang kelana.
Gardapati diam saja dan mulai menengak tuaknya
kembali.
“Kakangmas, kau sudah terlalu mabuk!” Maharaja
dunia persilatan menasihati.
“Aku dan saudara-saudaraku telah bangkit dari kubur,
seseorang membangkitkan kami, dan tahukah Dimas
mengapa kami bangkit kembali?”
Maharaja dunia persilatan diam-diam merasa kaget,
adakah sebuah ilmu yang bias membangkitkan orang
yang sudah mati sesempurna ini.
“Tidak kakangmas….!”jawab Maharaja dunia persilatan
sabar,
“Menguasai dunia persilatan dan menjadikannya
seperti yang ada dalam benakku… dimana tiga
golongan dapat menjalin suatu hubungan yang
harmonis dan hidup berbahagia. Seperti kami
bertujuh”
“Sesatt… benar-benar pikiran yang melawan benang
hitam. Masakah harimau di satukan dengan angsa?”
Dewa Gagang Pedang Marah benar.
“Apakah Harimau dilahirkan buas maka dia dianggap
jahat? Dimanakah harimau yang memakan rumput?”
“Biarlah aku memberimu sedikit pelajaran agar kau
keluar dari kesesatanmu” Dewa Gagang Pedang
marah tak kepalang, pedangnya dicabut dan
dilemparkan kepada gardapati. Pedang itu
dikendalikan dengan tenaga dalam, sehingga bila
diperlukan pedang itu bias kembali ketangannya.
Gardapati bangkit dan sempoyongan, dengan gontai
ia melakukan perputaran berlawanan arah jarum jam,
kaki kirinya berjinjit dan kaki lainnya menekuk.
Tangann kiri melakukan tarikan dan tangan kanan
yang memegang guci menyampok dengan
penyaluran tenaga yang baik…
“Tranggg…!” Dua buah senjata itu beradu, pedang
melessat kembali kepada pemiliknya. Sedang
Gardapati tersenyum mengejek.
“Tenaga dalam yang hebat” Batin Dewa gagang
pedang yang merasakan tangan kanannya
kesemutan.
Dewan Dunia persilatan terdiri dari sepuluh orang.
Posisi Dewa Warangka pedang dan Dewa Batang
Pedang digantikan oleh tetua perguruan lima besar.
Gajahsora yang merupakan ketua dari Perguruan
Bintang Kemukus juga Wakil Maharaja Dunia
Persilatan maju kemuka dan memasang kuda-kuda.
Tangan kanan menyilang di depan perut dan tangan
lainnya tertekuk. Kedua kakinya membuka
mempersiapkan pertahanan sekaligus serangan. Itulah
kuda-kuda dari jurus menyonsong bintang dilangit.
“Dimas sora, mundurlah… biar aku sendiri yang
menghadapinya” Maharaja Dunia Persilatan mencegah
dan maju kemuka.
Gardapati santai saja, seteguk tuak lagi memenuhi
perutnya, ia memang hendak menggunakan jurus-
jurus ayahnya saja. Maka dari itu pembukaan jurus
mabuk kera sakti dipersiapkan.
Posisi Gardapati saat ini sangat aneh, menghormat
sambil menengak guci. Salah satu kaki, yaitu kaki
kanan berjinjit didepan, kaki kiri menekuk, tangan
kanan memegang guci dan menempelkannya di
mulut. Tangan kiri dibuka seperti menyembah.
Pandangan mata meleng, tubuh agak membungkuk
bidang dada di tarik kebelakang sehingga wajahnya
melengak.
Maharaja Dunia Persilatan memajukan kaki kiri
hingga berjinjit sehingga berat tubuh ada pada kaki
kanan sebagian besarnya, kedua tangan ditarik yaitu
tangan kiri memutar pada sisi pinggang memegang
serangka pedang. Dan tangan lainnya di gagang
pedang,
Secepat kilat menyambar, Maharaja Dunia Persilatan
melakukan sabetan pedang yang ditujukan pada
pergelangan tangan, posisi badan direndahkan
sebagai suatu hindaran dari serangan balasan
Gardapati. Tangan kiri memasukan serangan yang
menyerang dari arah bawah.
Gardapati yang menyerang angin kosong
merendahkan tubuh menghindari tebasan pedang,
serangan tangan kiri lawan ditahan dengan tangan
kiri disertai cengkraman sehingga membuat tenaga
Maharaja Dunia Persilatan seakan-akan tersedot.
Sedang tangan kanan memukulkan guci.
“Bletakk….!” Untung saja Maharaja Dunia Persilatan
melindungi kepalanya dengan tenaga dalam, jika
tidak maka dalam segebrakan saja ia akan keok.
“haha… anggap saja itu sebagai peringatan seorang
kakak kepada adiknya yang nakal” Gardapati tertawa
terbahak-bahak.”
Betapa gusar hati Maharaja Dunia Persilatan. Ditengah
kepusingan kepalanya, ia menarik kearah kanan
belakang pada kaki kanan setengah menyamping
dengan pedang yang berada pada sisi kepala dan
lainnya pada dada kanan…
Setengah sempoyongan, Gardapati melakukan
terjangan dengan pukulan gucinya dan ditangkis dari
arah luar dengan telapak tangan kiri oleh Maharaja
Dunia Persilatan. Bukan itu saja, ia masuk kedaerah
Gardapati dengan menyapukan kaki kanan
kebelakang kaki depannya untuk sekaligus
melakukan sebuah dorongan pada bagian dagu
gardapati. pedangnya menmpel erat dileher Gardapati.
Bias dibayangkan posisi gardapati saat itu.
Bila seandainya ia sampai terjatuh, maka otomatis
kepalanya akan terpenggal jua. Maharaja Dunia
Persilatan kaget tak kepalang ketika Gardapati
membaca mantra mengerahkan sebuah ajian namun
kasip. ajian sudah dibaca, apa dayanya.
“Bismillahirrohmanirrohiim, Sun matek aji ajiku
Brajamusti, Terap-terap, Awe-awe, Kuru-kuru, Griya
gunting drijiku, Watu item ing tanganku, Sun taj
antem, Laa ilaaha ilalloh Muhammadur rasululloh.”
Jelas sudah bahwa Gardapati sudah mengerahkan
ajian Braja musti.
Perlu diketahui AJI BRAJAMUSTI adalah aji kebanggan
para pendekar. Kerana aji Brajamusti ini merupakan
perisai badan yang ampuh sekali. Orang yang
mempunyai aji brajamusti mempunyai kekuatan
badan dan kekuatan ghaib yang tidak ada
tandinggannya. Maka orang yang memiliki tidak boleh
menggunakan aji brajamusti kalau tidak dalam
keadaan terpaksa. Sebab kalau digunakan
sembarangan boleh membahayakan lawan. Kegunaan
aji brajamusti selain untuk mengisi kekuatan badan
dan tangan, aji barajamusti juga sebagai aji
kekebalan terhadap berbagai macam senjata tajam.
Senjata yang ampuh bagaimanapun kalau terkena aji
brajamusti pasti akan tawar, tak bertuah.
“Srengggg,…!” Pedang itu menggesek di leher
Gardapati. Semua orang menahan nafas, tapi mereka
terkejut sebab bukan hanya gardapati tetap hidup,
bahkan tak ada luka apapun dilehernya.
Tak ada yang paham mengapa semua itu bias terjadi
selain Maharaja Dunia Persilatan Sendiri. Padahal
mereka tahu senjata Maharaja Dunia persilatan
bernama Ki Manon Nagapuspo. Senjata yang terkenal
akan ketajamannya.
****