Cerita The Broker | Sang Broker | by John Grisham | Sang Broker | Cersil Sakti | Sang Broker pdf
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
an tajam pada mereka yang jelas-jelas
mengatakan, Pergilah ke neraka, lalu dengan langkah ribut naik ke lantai atas.
Mereka masuk ke ruang kerja. Cari berkata, "Kau mau minum?"
"Ya, yang keras."
Cari menghampiri bar kecil di sudut dan menuangkan mab-dobel.
Diberikannya segelas pada Joel dan tanpa mengupayakan senyum ia berkata,
"Cheers."
"Cheers. Senang bertemu denganmu, Cari." "Jelas senang. Seharusnya kau
tidak bertemu siapa-siapa lagi sampai empat belas tahun menda-"Menghitung hari, ya?"
"Kami masih membersihkan kotoran yang kautinggalkan, Joel. Banyak orang
baik ikut dirugikan. Maaf kalau aku dan Donna tidak terlalu gembira melihatmu.
Kurasa tidak banyak orang di kota ini yang menyambutmu dengan pelukan."
"Kebanyakan malah ingin menembakku." Cari melirik pistolnya dengan
waspada. "Aku tidak bisa terlalu memikirkan hal itu," lanjut Backman. "Tentu
saja aku ingin kembali dan mengubah beberapa hal, tapi aku tidak memiliki
kemewahan itu. Aku sedang kabur menyelamatkan nyawaku, Cari, dan aku
butuh bantuan." "Barangkali aku tidak ingin terlibat." "Aku tidak bisa
menyalahkanmu. Tapi aku perlu bantuan, bantuan besar. Tolong aku sekarang,
dan aku berjanji tidak akan pernah muncul di depan pintumu lagi." "Aku akan
menembakmu lain kali." "Di mana Senator Clayburn? Katakan dia masih hidup."
"Ya, masih segar bugar. Dan kau beruntung." "Apa?"
"Ia ada di sini, di D.C." "Kenapa?"
"Hollis Maples pensiun, setelah seratus tahun mendekam di Senat. Mereka
mengadakan pesta
besar-besaran untuknya malam ini. Semua teman j lama ada di sini."
"Maples? Bukankah ia sudah ngiler di atas supnya sepuluh tahun lalu?"
"Well, sekarang ia sudah tidak bisa melihat supnya lagi. Ia dan Clayburn
akrab sekali." "Kau sudah bicara pada Clayburn?" "Ya." "Dan?"
"Mungkin sulit, Joel. Ia tidak senang mendengar J namamu. Menyinggung-nyinggung soal ditembak karena mengkhianati negara."
'Terserah. Katakan padanya ia bisa jadi perantara kesepakatan yang akan
membuatnya merasa seperti patriot."
"Kesepakatan apa?"
"Aku punya perangkat lunaknya, Cari. Seluruhnya. Baru kuambil tadi pagi
dari lemari besi di bank di Zurich, tempatnya mendekam selama lebih dari
enam tahun. Kau dan Clayburn datang ke kamar hotelku besok pagi, dan akan
kutunjukkan barangnya pada kalian."
"Aku tidak terlalu kepingin melihatnya."
"Ya, kau mau."
Pratt menenggak dua ons scotch. Ia berjalan ke bar dan mengisi lagi
gelasnya, menenggak dosis yang mematikan, lalu berujar, "Kapan dan *
mana?"
mana?
"Marriott di Twenty-second Street. Kamar lima dua puluh. Jam sembilan
pagi."
"Kenapa, Joel? Kenapa aku harus terlibat?" "Bantuan untuk kawan lama."
"Aku tidak berutang budi padamu. Dan kawan lama itu sudah pergi sejak dulu."
"Kumohon, Cari. Bawalah Clayburn, dan kau tidak perlu ikut-ikut lagi mulai
tengah hari besok. Aku berjanji kau tidak akan pernah melihatku lagi."
"Penawaran yang sangat menggoda."
Ia meminta sopir tidak tergesa-gesa. Mereka melaju di wilayah Georgetown,
menyusuri K Street, dengan restoran-restoran yang buka larut malam dan bar-bar serta tempat-tempat nongkrong mahasiswa yang penuh dengan manusia
yang sedang bersenang-senang. Saat itu tanggal 22 Maret dan musim semi
menjelang. Temperatur sekitar 65 dan para mahasiswa ingin terus berada di
luar, bahkan pada tengah malam.
Taksi itu melambat di persimpangan I Street dan 14th, dan Joel bisa melihat
gedung kantornya yang lama di kejauhan, di New York Avenue. Di suatu tempat
di sana, di lantai paling atas, ia pernah memimpin kerajaan kecilnya, dengan
budak-budak berlarian di belakangnya, melompat
siaga begitu diberi perintah. Bukan saat-saat yang penuh nostalgia.
Sebaliknya, ia dipenuhi penyesalan atas hidup tak berharga yang disia-siakan
dengan memburu uang, membeli persahabatan, wanita, serta mainan apa pun
yang diinginkan jagoan hebat. Taksi mereka terus melaju, melewati deretan
gedung yang tak terhitung jumlahnya, kantor pemerintah di satu sisi, para
pelobi di sisi lain.
Ia meminta sopir pergi dari sana, mencari pemandangan yang lebih
menyenangkan. Mereb berbelok ke Constitution Avenue dan menyusuri Mali,
melewati "Washington Monument. P
http://cerita-silat.mywapblog.com
utrinya yang bungsu, Anna Lee, bertahun-tahun lalu pernah memohon padanya agar diajak jalan-jalan di Mali pada
musim semi, seperti teman-teman sekelasnya. Ia ingin melihat Mr. Lincoln dan
menghabiskan sepanjang hari di Smithsonian. Joel berjanji dan berjanji terus
hingga Anna Lee pergi. Sekarang ia ada di Denver, pikir Joel, memiliki anak
yang tidak pernah dilihatnya.
Sementara kubah Capitol semakin debt, mendadak Joel merasa muak
Perjalanan menyusuri jalan kenangan ini amat menekan. Kenangan-kenangan
dalam hidupnya terlalu tidak menyenangkan.
"Antarkan aku ke horel," katanya.
33
Neal membuat kopi teko pertama, lalu keluar k serambi batu bata yang
sejuk dan mengagumi keindahan fajar musim semi.
Kalau benar ayahnya sudah tiba kembali di D.C, ia pasti tidak sedang tidur
pada pukul setengah tujuh pagi. Semalam, Neal sudah menyimpan nomor
telepon hotel-hotel Washington di pon-seJ barunya, dan ketika matahari terbit,
ia mulai dengan Sheraron. Tidak ada nama Giovanni Ferro. Kemudian Marriott.
"Tolong tunggu sebentar," ujar operator, lalu telepon kamar mulai
berdering. "Halo," terdengar suara yang dikenalnya. "Dengan Marco?" tanya
Neal. "Ini Marco. Ini Grinch?" "Benar."
"Di mana kau sekarang?" "Berdiri di serambi, menunggu matahari terbit."
"Dan telepon apa yang kaugunakan?" "Motorola baru yang kukantongi terus sejak
kubeli kemarin." "Kau yakin teleponmu aman?" "Ya."
Hening sejenak sementara Joel menghela napas dalam-dalam. "Senang
mendengar suaramu, Nak"
"Aku juga senang mendengarmu. Bagaimana perjalananmu?"
"Seru sekali. Bisakah kau pergi ke Washington?"
"Kapan?"
"Hari ini, pagi ini."
"Bisa, semua orang mengira aku kena flu. Urusan dengan kantor beres.
Kapan dan di mana?"
"Datanglah ke Marriott di Twenty-second Street. Masuklah ke lobi pada
pukul delapan empat lima, naik lift ke lantai enam, lalu turun lewat tangga ke
lantai lima. Kamar lima dua puluh."
"Semua itu perlu?"
"Percayalah. Kau bisa menggunakan mobil -lain?"
"Entahlah. Aku tidak yakin siapa-" "Ibu Lisa. Pinjam mobilnya, pastikan kau
tidak dibuntuti. Begitu sampai di kota, parkirlah di garasi di Sixteenth, lalu
berjalanlah ke Marriott. Awasi belakangmu setiap saat. Kalau kau melihat
sesuatu yang mencurigakan, telepon aku, dan kita akan batalkan
semuanya."
Neal melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kebun belakangnya,
setengah berharap melihat agen-agen berpakaian hitam menghambur ke
arahnya. Dari mana ayahnya tahu trik-trik rahasia ini? Selama enam tahun di
penjara, barangkali? Ribuan novel spionase? iffSe*?
"Kau mengerti?" bentak Joel.
"Yeah, tentu saja. Aku akan segera berangkat."
Ira Clayburn tampak seperti orang yang telah melewatkan sepanjang
hidupnya memancing di atas perahu, bukannya mengabdi selama 34 tahun di
Senat Amerika Serikat. leluhurnya memancing di Outer Banks, North Carolina,
di sekitar rumah mereka di Ocracoke, selama seratus tahun. Nasib Ira juga akan
sama, tapi guru matematikanya di kelas enam kemudian mengetahui ia
memiliki IQ yang luar biasa. Beasiswa ke Chapel Hill mengentaskannya dari
rumah. Satu beasiswa lagi ke Yale memberinya gelar master. Yang ketiga, ke
Stanford, menyematkan titel "Doktor" di depan namanya. Ia sudah menjadi
dosen ekonomi di Davidson ketika bersedia berkompromi memenuhi janji temu
di Senat, untuk mengisi posisi kosong yang masa jabatannya belum habis.
Dengan enggan
I ia kemudian mengajukan diri untuk masa jabatan ! penuh, dan selama tiga
puluh tahun sesudahnya j ia berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan
Washington. Pada usia 71 tahun, akhirnya ia pun j pergi. Ketika mengundurkan
diri dari Senat, ia j membawa pengetahuan tentang intelijen AS yang tak bisa
ditandingi politisi mana pun. Ia setuju pergi ke Marriott bersama Carl Pratt, 1
kawan lamanya dari klub tenis, hanya untuk memuaskan rasa penasatannya.
Misteri Neptunus itu tidak pernah terpecahkan, sejauh pengetahuannya. Namun
ia memang sudah betada di luar lingkaran selama lima tahun terakhir,
menghabiskan seluruh i waktunya dengan memancing setiap hari, dengan
I gembira membawa kapalnya berburu ikan di perairan Hatteras hingga Cape
Lookout.
Selama masa senja kar
http://cerita-silat.mywapblog.com
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
an tajam pada mereka yang jelas-jelas
mengatakan, Pergilah ke neraka, lalu dengan langkah ribut naik ke lantai atas.
Mereka masuk ke ruang kerja. Cari berkata, "Kau mau minum?"
"Ya, yang keras."
Cari menghampiri bar kecil di sudut dan menuangkan mab-dobel.
Diberikannya segelas pada Joel dan tanpa mengupayakan senyum ia berkata,
"Cheers."
"Cheers. Senang bertemu denganmu, Cari." "Jelas senang. Seharusnya kau
tidak bertemu siapa-siapa lagi sampai empat belas tahun menda-"Menghitung hari, ya?"
"Kami masih membersihkan kotoran yang kautinggalkan, Joel. Banyak orang
baik ikut dirugikan. Maaf kalau aku dan Donna tidak terlalu gembira melihatmu.
Kurasa tidak banyak orang di kota ini yang menyambutmu dengan pelukan."
"Kebanyakan malah ingin menembakku." Cari melirik pistolnya dengan
waspada. "Aku tidak bisa terlalu memikirkan hal itu," lanjut Backman. "Tentu
saja aku ingin kembali dan mengubah beberapa hal, tapi aku tidak memiliki
kemewahan itu. Aku sedang kabur menyelamatkan nyawaku, Cari, dan aku
butuh bantuan." "Barangkali aku tidak ingin terlibat." "Aku tidak bisa
menyalahkanmu. Tapi aku perlu bantuan, bantuan besar. Tolong aku sekarang,
dan aku berjanji tidak akan pernah muncul di depan pintumu lagi." "Aku akan
menembakmu lain kali." "Di mana Senator Clayburn? Katakan dia masih hidup."
"Ya, masih segar bugar. Dan kau beruntung." "Apa?"
"Ia ada di sini, di D.C." "Kenapa?"
"Hollis Maples pensiun, setelah seratus tahun mendekam di Senat. Mereka
mengadakan pesta
besar-besaran untuknya malam ini. Semua teman j lama ada di sini."
"Maples? Bukankah ia sudah ngiler di atas supnya sepuluh tahun lalu?"
"Well, sekarang ia sudah tidak bisa melihat supnya lagi. Ia dan Clayburn
akrab sekali." "Kau sudah bicara pada Clayburn?" "Ya." "Dan?"
"Mungkin sulit, Joel. Ia tidak senang mendengar J namamu. Menyinggung-nyinggung soal ditembak karena mengkhianati negara."
'Terserah. Katakan padanya ia bisa jadi perantara kesepakatan yang akan
membuatnya merasa seperti patriot."
"Kesepakatan apa?"
"Aku punya perangkat lunaknya, Cari. Seluruhnya. Baru kuambil tadi pagi
dari lemari besi di bank di Zurich, tempatnya mendekam selama lebih dari
enam tahun. Kau dan Clayburn datang ke kamar hotelku besok pagi, dan akan
kutunjukkan barangnya pada kalian."
"Aku tidak terlalu kepingin melihatnya."
"Ya, kau mau."
Pratt menenggak dua ons scotch. Ia berjalan ke bar dan mengisi lagi
gelasnya, menenggak dosis yang mematikan, lalu berujar, "Kapan dan *
mana?"
mana?
"Marriott di Twenty-second Street. Kamar lima dua puluh. Jam sembilan
pagi."
"Kenapa, Joel? Kenapa aku harus terlibat?" "Bantuan untuk kawan lama."
"Aku tidak berutang budi padamu. Dan kawan lama itu sudah pergi sejak dulu."
"Kumohon, Cari. Bawalah Clayburn, dan kau tidak perlu ikut-ikut lagi mulai
tengah hari besok. Aku berjanji kau tidak akan pernah melihatku lagi."
"Penawaran yang sangat menggoda."
Ia meminta sopir tidak tergesa-gesa. Mereka melaju di wilayah Georgetown,
menyusuri K Street, dengan restoran-restoran yang buka larut malam dan bar-bar serta tempat-tempat nongkrong mahasiswa yang penuh dengan manusia
yang sedang bersenang-senang. Saat itu tanggal 22 Maret dan musim semi
menjelang. Temperatur sekitar 65 dan para mahasiswa ingin terus berada di
luar, bahkan pada tengah malam.
Taksi itu melambat di persimpangan I Street dan 14th, dan Joel bisa melihat
gedung kantornya yang lama di kejauhan, di New York Avenue. Di suatu tempat
di sana, di lantai paling atas, ia pernah memimpin kerajaan kecilnya, dengan
budak-budak berlarian di belakangnya, melompat
siaga begitu diberi perintah. Bukan saat-saat yang penuh nostalgia.
Sebaliknya, ia dipenuhi penyesalan atas hidup tak berharga yang disia-siakan
dengan memburu uang, membeli persahabatan, wanita, serta mainan apa pun
yang diinginkan jagoan hebat. Taksi mereka terus melaju, melewati deretan
gedung yang tak terhitung jumlahnya, kantor pemerintah di satu sisi, para
pelobi di sisi lain.
Ia meminta sopir pergi dari sana, mencari pemandangan yang lebih
menyenangkan. Mereb berbelok ke Constitution Avenue dan menyusuri Mali,
melewati "Washington Monument. P
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sang Broker - John Grisham
utrinya yang bungsu, Anna Lee, bertahun-tahun lalu pernah memohon padanya agar diajak jalan-jalan di Mali pada
musim semi, seperti teman-teman sekelasnya. Ia ingin melihat Mr. Lincoln dan
menghabiskan sepanjang hari di Smithsonian. Joel berjanji dan berjanji terus
hingga Anna Lee pergi. Sekarang ia ada di Denver, pikir Joel, memiliki anak
yang tidak pernah dilihatnya.
Sementara kubah Capitol semakin debt, mendadak Joel merasa muak
Perjalanan menyusuri jalan kenangan ini amat menekan. Kenangan-kenangan
dalam hidupnya terlalu tidak menyenangkan.
"Antarkan aku ke horel," katanya.
33
Neal membuat kopi teko pertama, lalu keluar k serambi batu bata yang
sejuk dan mengagumi keindahan fajar musim semi.
Kalau benar ayahnya sudah tiba kembali di D.C, ia pasti tidak sedang tidur
pada pukul setengah tujuh pagi. Semalam, Neal sudah menyimpan nomor
telepon hotel-hotel Washington di pon-seJ barunya, dan ketika matahari terbit,
ia mulai dengan Sheraron. Tidak ada nama Giovanni Ferro. Kemudian Marriott.
"Tolong tunggu sebentar," ujar operator, lalu telepon kamar mulai
berdering. "Halo," terdengar suara yang dikenalnya. "Dengan Marco?" tanya
Neal. "Ini Marco. Ini Grinch?" "Benar."
"Di mana kau sekarang?" "Berdiri di serambi, menunggu matahari terbit."
"Dan telepon apa yang kaugunakan?" "Motorola baru yang kukantongi terus sejak
kubeli kemarin." "Kau yakin teleponmu aman?" "Ya."
Hening sejenak sementara Joel menghela napas dalam-dalam. "Senang
mendengar suaramu, Nak"
"Aku juga senang mendengarmu. Bagaimana perjalananmu?"
"Seru sekali. Bisakah kau pergi ke Washington?"
"Kapan?"
"Hari ini, pagi ini."
"Bisa, semua orang mengira aku kena flu. Urusan dengan kantor beres.
Kapan dan di mana?"
"Datanglah ke Marriott di Twenty-second Street. Masuklah ke lobi pada
pukul delapan empat lima, naik lift ke lantai enam, lalu turun lewat tangga ke
lantai lima. Kamar lima dua puluh."
"Semua itu perlu?"
"Percayalah. Kau bisa menggunakan mobil -lain?"
"Entahlah. Aku tidak yakin siapa-" "Ibu Lisa. Pinjam mobilnya, pastikan kau
tidak dibuntuti. Begitu sampai di kota, parkirlah di garasi di Sixteenth, lalu
berjalanlah ke Marriott. Awasi belakangmu setiap saat. Kalau kau melihat
sesuatu yang mencurigakan, telepon aku, dan kita akan batalkan
semuanya."
Neal melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kebun belakangnya,
setengah berharap melihat agen-agen berpakaian hitam menghambur ke
arahnya. Dari mana ayahnya tahu trik-trik rahasia ini? Selama enam tahun di
penjara, barangkali? Ribuan novel spionase? iffSe*?
"Kau mengerti?" bentak Joel.
"Yeah, tentu saja. Aku akan segera berangkat."
Ira Clayburn tampak seperti orang yang telah melewatkan sepanjang
hidupnya memancing di atas perahu, bukannya mengabdi selama 34 tahun di
Senat Amerika Serikat. leluhurnya memancing di Outer Banks, North Carolina,
di sekitar rumah mereka di Ocracoke, selama seratus tahun. Nasib Ira juga akan
sama, tapi guru matematikanya di kelas enam kemudian mengetahui ia
memiliki IQ yang luar biasa. Beasiswa ke Chapel Hill mengentaskannya dari
rumah. Satu beasiswa lagi ke Yale memberinya gelar master. Yang ketiga, ke
Stanford, menyematkan titel "Doktor" di depan namanya. Ia sudah menjadi
dosen ekonomi di Davidson ketika bersedia berkompromi memenuhi janji temu
di Senat, untuk mengisi posisi kosong yang masa jabatannya belum habis.
Dengan enggan
I ia kemudian mengajukan diri untuk masa jabatan ! penuh, dan selama tiga
puluh tahun sesudahnya j ia berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan
Washington. Pada usia 71 tahun, akhirnya ia pun j pergi. Ketika mengundurkan
diri dari Senat, ia j membawa pengetahuan tentang intelijen AS yang tak bisa
ditandingi politisi mana pun. Ia setuju pergi ke Marriott bersama Carl Pratt, 1
kawan lamanya dari klub tenis, hanya untuk memuaskan rasa penasatannya.
Misteri Neptunus itu tidak pernah terpecahkan, sejauh pengetahuannya. Namun
ia memang sudah betada di luar lingkaran selama lima tahun terakhir,
menghabiskan seluruh i waktunya dengan memancing setiap hari, dengan
I gembira membawa kapalnya berburu ikan di perairan Hatteras hingga Cape
Lookout.
Selama masa senja kar
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sang Broker - John Grisham