Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423
↧

Sunshine Becomes You - 24

$
0
0
Cerita Remaja | Sunshine Becomes You | by Ilana Tan | Sunshine Becomes You | Cersil Sakti | Sunshine Becomes You pdf

Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap

ang sudah kosong, lalu ia menoleh ke arah Alex yang duduk di sampingnya. Alex mengangguk kecil dan Mia juga mengangkat piring Alex. Lalu Mia terlihat mengatakan sesuatu kepada Alex. Kim tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Mia karena saat itu Ray dan ayahnya sedang membicarakan topik yang menurut mereka seru. Golf. Kim juga pura-pura tertarik pada golf dan sesekali ikut menimpali obrolan mereka walapun diam-diam terus melirik Alex dan Mia.
 
  Sepertinya Mia bertanya kepada Alex apa kah ia mau kopi lagi, karena Alex menunduk menatap c angkir kopinya yang hampir kosong dan mengangguk. Kemudian ketika Mia meletakkan piring Alex ke atas pir ingnya di tangan kiri dan hendak meraih cangkir kopi A lex dengan tangan kanannya, Alex menghentikannya. I a mengatakan sesuatu dan menggerakkan tangannya memberi isyarat. Mia pun meninggalkan meja dan berj alan ke dapur. Alex meraih cangkir kopinya dan menyu sul Mia ke dapur.
 
  Kim harus mengubah posisi duduknya supaya bisa melirik ke arah dapur. Ia melihat Alex duduk di salah satu bangku tinggi di sana sementara Mia menuangkan kopi ke cangkir Alex. Mia mengatakan sesuatu yang membuat Alex tersenyum. Lalu gadis itu sendiri juga tersenyum.
 
  Kim tertegun. Tidak, perkiraannya tadi salah. Dari apa yang dilihatnya, Mia Clark mungkin saja berbicara kepada Ray dan Alex dengan cara yang sama. Ia mungin saja tersenyum kepada mereka berdua dengan cara yang sama. Tetapi ia sudah pasti tidak menatap mereka dengan cara yang sama.
 
  Itu tidak diragukan lagi.
 
  Karena Kim Hirano melihat perbedaannya dengan mata kepala sendiri.
 
  Ini menarik sekali.
 
  *****
 
  "Jadi kau akan membantu ayahmu mengurus penyelenggaraan pertunjukan okestranya?" tanya Mia pada Alex yang duduk di hadapannya sambil menyesap kopi yang baru dituangkan untuknya.
 
  Alex mengangguk, lalu mendengus pelan, "Kau tidak dengar apa kata ayahku tadi? Katanya dia senang aku tidak bisa menggerakkan tanganku dan terpaksa membatalkan konser-konserku, karena dengan begitu aku baru punya waktu untuk membantu mengurus orkestranya." Ia menatap Mia sejenak, lalu menggerutu, "Tadinya kupikir dia akan berterima kasih padamu karena sudah membuat tanganku patah."
 
  Mia menyipitkan mata mendengar kata-kata terakhir Alex, tetapi ia memutuskan untuk mengabaikannya dan berkata, "Tapi kurasa kau juga senang bisa membantu ayahmu."
 
  Alex mengangkat bahu acuh tak tacuh. "Bagaimanapun, aku sedang tidak sibuk. Jadi aku punya waktu luang untuk membantunya."
 
  Mia memutar bola matanya dan menggeleng-geleng.
 
  "Jadi," gumam Alex sambil menatap Mia dengan ragu, "karena aku harus mulai bekerja dengannya besok, aku akan jarang ada di rumah."
 
  "Oh."
 
  Alex masih terlihat ragu, tetapi kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meletakkannya di atas meja dapur. Mia menatap benda yang tergeletak di atas meja itu. Kunci?
 
  "Kunci?" tanyanya tidak mengerti dan kembali menatap Alex.
 
  "Itu kunci pintu bawah dan kunci apartemen ini," gumam Alex cepat. "Dengan begitu kau bisa datang ke sini walaupun aku tidak ada di rumah."
 
  Mia mengerjap. "Tapi kenapa?"
 
  Mata Alex menyipit menatapnya. "Kau belum lupa bahwa kau harus membersihkan apartemenku setiap hari, bukan?" tanyanya.
 
  Oh. Mia baru mengerti. "Oh," gumamnya. Benar. Ia masih harus membersihkan apartemen laki-laki itu. Kenapa tadi ia berpikir...? Mia menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkan diri.
 
  "Dan kau juga harus mengurus tanaman-tanamanmu," tambah Alex.
 
  "Tentu," kata Mia sambil meraih kunci di atas meja.
 
  "Tapi kau tidak perlu menyiapkan makanan untukku," tambah Alex. "Salah satu keuntungan bekerja dengan ayahku adalah dia yang akan memastikan aku makan dengan teratur."
 
  Mia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Aneh sekali. Kenapa ia tiba-tiba merasa kesepian?
 
  "Kalau aku membutuhkan bantuan atau apa pun, aku akan meneleponmu," tambah Alex.
 
  Mia mengangguk lagi dan menarik napas dalam-dalam untuk menyingkirkan sebersit perasaan kecewa dalam dadanya.
 
  Sejenak mereka berdua tidak berkata apa-apa. Mia hanya menunduk menatap kunci di tangannya dan Alex kembali menyesap kopinya.
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sunshine Becomes You - Ilana Tan

  Beberapa detik kemudian keheningan itu dipecahkan oleh suara riang Ray. "Hei, kalian. Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyanya sambil berjalan ke arah kulkas, membukanya dan mengambil sebotol air.
 
  "Tentang aku yang akan membantu Dad mengurus pertunjukan orkestranya," sahut Alex ringan.
 
  Ray berdiri di samping Mia dan tersenyum lebar. "Itu berita bagus untuk kalian berdua," katanya. Ia menggerakkan botol air yang dipegangnya ke arah Alex dan melanjutkan, "Kau jadi punya kesibukan dan Mia jadi punya waktu luang. Bagus, bukan?"
 
  Alex mengangkat bahu. "Tentu. Kalau kau berkata begitu."
 
  Ray menoleh menatap Mia. "Jadi apakah kau sudah tahu apa yang ingin kau lakukan untuk mengisi waktu luangmu?"
 
  Mia tersenyum. "Belum," sahutnya. "Aku baru tahu hari ini bahwa aku akan punya banyak waktu luang. Tapi kurasa banyak yang bisa kulakukan. Aku punya lebih banyak waktu untuk latihan. Aku juga bisa keluar dan menghabiskan waktu dengan teman-temanku lagi karena aku tidak perlu selalu berada di sini."
 
  Mia mengabaikan tatapan yang dilemparkan Alex ke arahnya.
 
  "Kau selau bisa meneleponku kalau sedang bosan," kata Ray menawarkan diri. "Kau tahu aku akan senang hati menemanimu."
 
  Mia tertawa. "Bukankah kau tadi bilang Groovy Crew akan sibuk dengan kampanye hip-hop yang akan dimulai minggu depan?"
 
  "Aduh, kau benar," erang Ray. "Aku lupa soal itu. Yah, kurasa aku bisa menemanimu setelah kampanye itu selesai."
 
  "Tentu," sahut Mia ringa. "Telepon saja aku kalau kau sudah punya waktu."
 
  Lagi-lagi Mia merasa Alex menatapnya, tetapi ketika ia menoleh ke arah laki-laki itu, Alex sudah memalingkan wajah dan menatap ke arah lain. Memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu, Mia melirik jam tangannya dan berkata, "Aku harus pergi s ekarang."
 
  "Ke Small Steps?" tanya Ray.
 
  Mia mengangguk. Ia menoleh ke arah Alex dan bertanya, "Kau mau aku datang lagi nanti sore?"
 
  Alex tidak langsung menjawab. Ia menunduk menatap kopinya sambil berpikir-pikir, lalu akhirnya mendongak menatap Mia dan berkata, "Tidak, tidak perlu."
 
  Mia tertegun mendengar nada tajam dalam suara Alex. Mata yang menatap Mia pun kini terlihat datar tanpa ekspresi seolah-olah Alex Hirano yang dikenal Mia selama beberapa hari terakhir ini tiba-tiba menghilang tanpa bekas dan laki-laki itu kembali ke dirinya semula, seperti ketika pertama kali Mia bertemu dengannya. Apa yang terjadi?
 
  "Oh," gumam Mia serak. Kenapa suaranya mendadak serak? Ia berdeham dan melanjutkan, "Baiklah kalau begitu. Sebaiknya aku berpamitan kepada orangtua kalian." Ia hendak berjalan ke ruang duduk ketika teringat sesuatu. Ia menoleh dan bertanya kepada Alex yang masih duduk di tempatnya, "Apakah kau melihat kunci mobilku? Sepertinya kunci mobilku tertinggal di sini kemarin malam."
 
  "Kunci mobil?" tanya Ray Heran.
 
  "Mungkin ada di meja di ruang duduk. Coba cari saja di sana," sahut Alex datar.
 
  Mia mengangguk, lalu keluar ke ruang duduk untuk mencari kunci mobilnya dan berpamitan pada Mr. dan Mrs. Hirano.
 
  *****
 
  "Mia, bagaimana kunci mobilmu bisa tertinggal di tempat Alex?" tanya Ray ketika mereka sudah keluar dari gedung apartemen Alex dan masuk ke mobil Mia.
 
  Ketika Mia berpamitan dengan orangtuanya, Ray memutuskan ikut dengan gadis itu ke Small Steps. Ia tidak mengerti kenapa gadis itu bisa meninggalkan kunci mobilnya di tempat Alex sementara Ray melihat sendiri gadis itu meninggalkan apartemen Alex kemarin sore setelah mengantar Alex ke rumah sakit untuk diperiksa. Gadis itu mungkin kembali ke apartemen Alex setelah mengajar karena Alex sendiri yang berkata bahwa ia tidak membutuhkan bantuan Mia ketika Ray bertanya padanya sebelum mengajak Mia makan malam bersama. Bukankah begitu?
 
  "Oh, aku datang ke sini kemarin malam," jawab Mia sambil melirik kaca spion sebelum melajukan mobilnya di jalan.
 
  Kening Ray berkerut. Mia membatalkan janji makan malan mereka karena katanya ia sedang tidak enak badan, tetapi kenapa.? "Tapi Kau bilang kau merasa tidak enak badan kemarin."
 
  "Memang," sahut Mia sambil lalu, "tapi dia memintaku datang."
 
  "Alex?"
 
  "Ya."
 
  "Kenapa di
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sunshine Becomes You - Ilana Tan

 
↧

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

Trending Articles