Cerita Misteri | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Serial The Heroes of Olympus | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Cersil Sakti | The Mark of Athena (Tanda Athena) pdf
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
Hedge, "Nona Muda, kau dihukum." Annabeth menatap sang satir seolah-olah dia berbicara dalam bahasa asing. "Maaf?" "Kau dan Jackson tidak boleh pergi ke mana pun bersama-sama!" Hedge bersikeras. Sang satir memelototi Percy, menantangnya buka mulut. "Aku yang akan ikut dengan Frank dan si Jackson Tukang Kecoh. Untuk yang lain, jaga kapal ini dan Annabeth tidak melanggar aturan lagi!" Luar biasa, pikir Percy. Jalan-jalan bareng Frank dan satir haus rah, untuk mencari perairan asin di kota pedalaman. "Hari ini," kata Percy, "pasti menyenangkan sekali."[]
BAB LIMA BELAS
PERCY
PERCY NAIK KE GELADAK DAN berucap, "Wow." Mereka telah mendarat di dekat puncak sebuah bukit berhutan. Di kiri terdapat kompleks bangunan putih, seperti museum atau universitas, yang dikelilingi hutan pinus. Di bawah mereka terbentanglah kota Atlanta kumpulan gedung pencakar langit berwarna cokelat dan keperakan menjulang dari antara hamparan datar jalan raya, rel kereta api, rumah, serta hutan hijau rimbun tiga kilometer jauhnya. "Ah, tempat yang indah." Pak Pelatih Hedge menghirup udara pagi. "Pilihan bagus, Valdez." Leo mengangkat bahu. "Aku cuma memilih bukit yang tinggi. Di situ ada perpustakaan umum atau semacamnya. Paling tidak begitulah kata Festus." "Aku tidak tahu tentang itu!" bentak Hedge, "tetapi sadarkah kalian apa yang pernah terjadi di bukit ini? Frank Zhang, kau semestinya tahu!" Frank berjengit. "Aku semestinya tahu?" "Seorang putra Ares pernah berdiri di sini!" seru Hedge berapi-api
"Saya orang Romawi Jadi, yang betul Mars." "Terserahlah! Lokasi yang terkenal dalam Perang Saudara Amerika!" "Saya sebetulnya orang Kanada." "Terserahlah! Jenderal Sherman, pemimpin pihak Utara. Dia berdiri di bukit ini sambil menyaksikan kota Atlanta terbakar. Meninggalkan jejak-jejak kerusakan dari sini sampai ke laut. membakar, menjarah, merampas itu Baru namanya demigod!" Frank beringsut menjauhi sang satir. "Eh, oke deh." Percy tidak terlalu peduli pada sejarah, tapi dia bertanya-tanya apakah pendaratan di sini merupakan pertanda buruk. Dia dengar kebanyakan Perang Saudara manusia awalnya merupakan konflik antara demigod Yunani dan Romawi. Kini mereka berdiri di bekas lokasi pertempuran semacam itu. Seluruh kota di bawah mereka pernah dibumihanguskan atas perintah seorang anak Ares. Percy membayangkan bahwa sejumlah anak di Perkemahan Blasteran sanggup memberi perintah seperti itu. Clarisse La Rue, misalnya, takkan ragu-ragu. Namun, dalam bayangan Percy, Frank tidak mungkin sebengis itu. "Pokoknya," kata Percy, "mari kita usahakan agar jangan tia mpai membakar kota kali ini." Sang pelatih kelihatan kecewa. "Ya, sudah. Tetapi kita hendak krmana ?" Percy menunjuk kawasan perkotaan yang rarnai. "Bila ragu, in mulailah dari tengah."
Mencari tumpangan ternyata lebih gampang daripada yang mereka kira. Ketiganya menuju ke perpustakaan umum yang rupanya adalah Carter Center yang termasyhur dan menanyai stafnya apakah mereka bisa meneleponkan taksi atau menunjukkan arah
ke halte bus terdekat. Percy bisa saja memanggil Blackjack, tapi dia enggan minta bantuan pegasus itu lagi, terutama karena kemarin mereka baru saja mengalami musibah. Frank sedang tidak mau berubah wujud. Lagi pula, Percy memang ingin pelesir seperti manusia biasa sekali ini. Salah seorang pustakawan, yang bernama Esther, bersikeras untuk menyopiri mereka sendiri. Dia baik sekali sampai-sampai Percy kira wanita itu adalah monster yang sedang menyamar; tapi Hedge mengajak Percy menepi dan meyakinkannya bahwa bau Esther sama seperti manusia normal. "Ada wangi potpourri juga, samar-samar," kata sang, satir, "cengkeh. Kelopak mawar. Sedap!" Mereka masuk berbondong-bondong ke Cadillac hita in besar milik Esther dan bermobil ke tengah kota. Esther mungi I sekali; matanya hanya sedikit lebih tinggi di atas setir. Namun , hal itu sepertinya tak mengusik wanita tersebut. Dia mengem udikan mobilnya di tengah-tengah lalu lintas padat sambil menghibur mereka dengan cerita mengenai keluarga-keluarga gila di Atalanta pemilik perkebunan lama, pendiri Coca-Cola, bintang lapangan, dan wartawan CNN. Est
http://cerita-silat.mywapblog.com
her kedengarannya tahu banya Jadi, Percy memutuskan untuk mencoba peruntungannya. "Eh, begini, Esther," kata Percy, "ada satu pertanyaa n yang susah untuk Anda. Perairan asin di Atlanta. Apa hal pert a I I la yang terbetik di benak Anda?" Sang wanita tua terkekeh. "Oh, itu, sih, gampattr Anak Manis. Hiu tutul!" "Hiu tutul?" tanya Frank gugup, "di Atlanta ada hiu tutul?" "Di akuarium, Anak Manis," kata Esther, "sangat terkenal! Letaknya tepat di tengah kota. Ke sanakah kalian hendak, pergi?" Akuarium. Percy mempertimbangkan hal itu. Dia tidak tahu apa kiranya yang dilakukan Dewa Laut Yunani kuno di akuarium
negara bagian Georgia, tapi Percy tidak punya ide yang lebih brilian. "Ya," kata Percy, `kami hendak ke Esther menurunkan mereka di pintu utama, yang sudah disesaki antrean. Dia bersikeras memberi mereka nomor teleponnya kalau-kalau ada keadaan darurat, ongkos taksi untuk kembali ke Carter Center, dan setoples selai persik buatan rumah, yang entah karena alasan apa dia simpan sekotak penuh di bagasi. Frank memasukkan toples itu di tas punggungnYa dan berterima kasih kepada Esther, yang sudah mengganti panggilan Anak Manis jadi Nak. Sementara Esther berkendara menjauh, Frank berkata, "Apa semua orang di Atlanta seramah itu?" Hedge mendengus. "Moga-moga tidak. Aku tidak bisa bertarung melawan mereka kalau mereka ramah. Ayo kita hajar hiu tutul-hiu tutul itu. Mereka kedengarannyagangs!" Tak terbetik di benak Percy bahwa mereka harus membayar karcis masuk, atau mengantre di belakang keluarga serta anak-anak peserta perkemahan musim panas. Saat melihat anak-anak usia SD yang mengenakan kaus warna-warni dari aneka perkemahan, Percy merasakan secercah kesedihan. Seharusnya sekarang dia berada di Perkemahan Blasteran, menginap di kabinnya musim panas itu, mengajarkan teknik adu pedang di arena, menyusun rencana untuk mengerjai Para konselor lain. Anak-anak ini tak punya gambaran bisa segila apa perkemahan musim panas itu. Percy mendesah. "Ya, kurasa kita harus mengantre. Ada yang bawa uang?" Frank menge cek sakunya. "Tiga denatius dari Perkemahan Jupiter. Li ma dolar Kanada."
Hedge menepuk-nepuk celana pendeknya dan mengeluarkau benda temuannya. "Tiga keping seperempat dolar, dua koitt sepuluh sen, karet gelang, dan mantap! Sebatang seledri!" Dia mulai mengunyah seledri sembari memelototi uang recch serta karet gelang, seolah-olah benda itu bakal jadi makanannya yang berikut. "Gawat, nih," kata Percy. Sakunya sendiri nyaris kosong, hanya memuat pulpen/pedangnya, Riptide. Dia sedang memper-timbangkan apakah mereka bisa menyelinap masuk, entah bagai-mana, ketika seorang wanita berseragam Akuarium Georgia biru-hijau menghampiri mereka sambil tersenyum cerah. "Ah, tamu VIP!" Dia berlesung pipi, berkacamata gagang tebal, berkawat gigi, dan berambut hitam kriwil yang dikucir dua. Jadi, meskipun usianya kira-kira sudah akhir dua puluhan, dia tampak seperti cewek sekolahan kutu buku imut, tapi agak aneh. Selain mengenakan seragam Akuarium Georgia berupa kaus berkerah, dia memakai celana panjang warna gelap dan sepatu olahraga hitam. Langkahnya berjingkrak, seolah dia tak sanggup mengekang energinya yang melimpah ruah. Tanda pengenalnya bertuliskan KATE. "Anda punya uang untuk membeli karcis, rupanya," kata Kate, "bagus sekali!" "Apa?" tanya Percy. Kate meraup tiga denarius dari tangan Frank. "Ya, segitu cukup. Ayo, ke sini!" Dia membalikkan badan dan berderap menuju pintu utama. Percy memandang Pak Pelatih Hedge dan Frank. "Jebakan?" "Barangkali," kata Frank. "Dia bukan manusia," kata Hedge sambil mengendus-endus udara, "barangkali sejenis makhluk jahat pemakan kambing dan pemusnah demigod dari Tartarus."
Tak diragukan lagi." Percy sepakat. Bagus!" Hedge menyeringai. "Ayo, masuk." Kate tanpa kesulitan memandu mereka melewati antrean tiket lit masuk ke akuarium. "Ke sini." Kate nyengir kepada Percy. "Koleksi kami luar biasa. takkan kecewa. Kami jarang sekali kedatangan tamu VIP." "Eh, maksudmu demigod?" tanya Frank. Kate berkedip jail kepadanya dan menempelkan bibir ke mulut. "Nah, yang ini adalah hewan-hewan kutub, antara lain I ra
http://cerita-silat.mywapblog.com
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
Hedge, "Nona Muda, kau dihukum." Annabeth menatap sang satir seolah-olah dia berbicara dalam bahasa asing. "Maaf?" "Kau dan Jackson tidak boleh pergi ke mana pun bersama-sama!" Hedge bersikeras. Sang satir memelototi Percy, menantangnya buka mulut. "Aku yang akan ikut dengan Frank dan si Jackson Tukang Kecoh. Untuk yang lain, jaga kapal ini dan Annabeth tidak melanggar aturan lagi!" Luar biasa, pikir Percy. Jalan-jalan bareng Frank dan satir haus rah, untuk mencari perairan asin di kota pedalaman. "Hari ini," kata Percy, "pasti menyenangkan sekali."[]
BAB LIMA BELAS
PERCY
PERCY NAIK KE GELADAK DAN berucap, "Wow." Mereka telah mendarat di dekat puncak sebuah bukit berhutan. Di kiri terdapat kompleks bangunan putih, seperti museum atau universitas, yang dikelilingi hutan pinus. Di bawah mereka terbentanglah kota Atlanta kumpulan gedung pencakar langit berwarna cokelat dan keperakan menjulang dari antara hamparan datar jalan raya, rel kereta api, rumah, serta hutan hijau rimbun tiga kilometer jauhnya. "Ah, tempat yang indah." Pak Pelatih Hedge menghirup udara pagi. "Pilihan bagus, Valdez." Leo mengangkat bahu. "Aku cuma memilih bukit yang tinggi. Di situ ada perpustakaan umum atau semacamnya. Paling tidak begitulah kata Festus." "Aku tidak tahu tentang itu!" bentak Hedge, "tetapi sadarkah kalian apa yang pernah terjadi di bukit ini? Frank Zhang, kau semestinya tahu!" Frank berjengit. "Aku semestinya tahu?" "Seorang putra Ares pernah berdiri di sini!" seru Hedge berapi-api
"Saya orang Romawi Jadi, yang betul Mars." "Terserahlah! Lokasi yang terkenal dalam Perang Saudara Amerika!" "Saya sebetulnya orang Kanada." "Terserahlah! Jenderal Sherman, pemimpin pihak Utara. Dia berdiri di bukit ini sambil menyaksikan kota Atlanta terbakar. Meninggalkan jejak-jejak kerusakan dari sini sampai ke laut. membakar, menjarah, merampas itu Baru namanya demigod!" Frank beringsut menjauhi sang satir. "Eh, oke deh." Percy tidak terlalu peduli pada sejarah, tapi dia bertanya-tanya apakah pendaratan di sini merupakan pertanda buruk. Dia dengar kebanyakan Perang Saudara manusia awalnya merupakan konflik antara demigod Yunani dan Romawi. Kini mereka berdiri di bekas lokasi pertempuran semacam itu. Seluruh kota di bawah mereka pernah dibumihanguskan atas perintah seorang anak Ares. Percy membayangkan bahwa sejumlah anak di Perkemahan Blasteran sanggup memberi perintah seperti itu. Clarisse La Rue, misalnya, takkan ragu-ragu. Namun, dalam bayangan Percy, Frank tidak mungkin sebengis itu. "Pokoknya," kata Percy, "mari kita usahakan agar jangan tia mpai membakar kota kali ini." Sang pelatih kelihatan kecewa. "Ya, sudah. Tetapi kita hendak krmana ?" Percy menunjuk kawasan perkotaan yang rarnai. "Bila ragu, in mulailah dari tengah."
Mencari tumpangan ternyata lebih gampang daripada yang mereka kira. Ketiganya menuju ke perpustakaan umum yang rupanya adalah Carter Center yang termasyhur dan menanyai stafnya apakah mereka bisa meneleponkan taksi atau menunjukkan arah
ke halte bus terdekat. Percy bisa saja memanggil Blackjack, tapi dia enggan minta bantuan pegasus itu lagi, terutama karena kemarin mereka baru saja mengalami musibah. Frank sedang tidak mau berubah wujud. Lagi pula, Percy memang ingin pelesir seperti manusia biasa sekali ini. Salah seorang pustakawan, yang bernama Esther, bersikeras untuk menyopiri mereka sendiri. Dia baik sekali sampai-sampai Percy kira wanita itu adalah monster yang sedang menyamar; tapi Hedge mengajak Percy menepi dan meyakinkannya bahwa bau Esther sama seperti manusia normal. "Ada wangi potpourri juga, samar-samar," kata sang, satir, "cengkeh. Kelopak mawar. Sedap!" Mereka masuk berbondong-bondong ke Cadillac hita in besar milik Esther dan bermobil ke tengah kota. Esther mungi I sekali; matanya hanya sedikit lebih tinggi di atas setir. Namun , hal itu sepertinya tak mengusik wanita tersebut. Dia mengem udikan mobilnya di tengah-tengah lalu lintas padat sambil menghibur mereka dengan cerita mengenai keluarga-keluarga gila di Atalanta pemilik perkebunan lama, pendiri Coca-Cola, bintang lapangan, dan wartawan CNN. Est
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)
her kedengarannya tahu banya Jadi, Percy memutuskan untuk mencoba peruntungannya. "Eh, begini, Esther," kata Percy, "ada satu pertanyaa n yang susah untuk Anda. Perairan asin di Atlanta. Apa hal pert a I I la yang terbetik di benak Anda?" Sang wanita tua terkekeh. "Oh, itu, sih, gampattr Anak Manis. Hiu tutul!" "Hiu tutul?" tanya Frank gugup, "di Atlanta ada hiu tutul?" "Di akuarium, Anak Manis," kata Esther, "sangat terkenal! Letaknya tepat di tengah kota. Ke sanakah kalian hendak, pergi?" Akuarium. Percy mempertimbangkan hal itu. Dia tidak tahu apa kiranya yang dilakukan Dewa Laut Yunani kuno di akuarium
negara bagian Georgia, tapi Percy tidak punya ide yang lebih brilian. "Ya," kata Percy, `kami hendak ke Esther menurunkan mereka di pintu utama, yang sudah disesaki antrean. Dia bersikeras memberi mereka nomor teleponnya kalau-kalau ada keadaan darurat, ongkos taksi untuk kembali ke Carter Center, dan setoples selai persik buatan rumah, yang entah karena alasan apa dia simpan sekotak penuh di bagasi. Frank memasukkan toples itu di tas punggungnYa dan berterima kasih kepada Esther, yang sudah mengganti panggilan Anak Manis jadi Nak. Sementara Esther berkendara menjauh, Frank berkata, "Apa semua orang di Atlanta seramah itu?" Hedge mendengus. "Moga-moga tidak. Aku tidak bisa bertarung melawan mereka kalau mereka ramah. Ayo kita hajar hiu tutul-hiu tutul itu. Mereka kedengarannyagangs!" Tak terbetik di benak Percy bahwa mereka harus membayar karcis masuk, atau mengantre di belakang keluarga serta anak-anak peserta perkemahan musim panas. Saat melihat anak-anak usia SD yang mengenakan kaus warna-warni dari aneka perkemahan, Percy merasakan secercah kesedihan. Seharusnya sekarang dia berada di Perkemahan Blasteran, menginap di kabinnya musim panas itu, mengajarkan teknik adu pedang di arena, menyusun rencana untuk mengerjai Para konselor lain. Anak-anak ini tak punya gambaran bisa segila apa perkemahan musim panas itu. Percy mendesah. "Ya, kurasa kita harus mengantre. Ada yang bawa uang?" Frank menge cek sakunya. "Tiga denatius dari Perkemahan Jupiter. Li ma dolar Kanada."
Hedge menepuk-nepuk celana pendeknya dan mengeluarkau benda temuannya. "Tiga keping seperempat dolar, dua koitt sepuluh sen, karet gelang, dan mantap! Sebatang seledri!" Dia mulai mengunyah seledri sembari memelototi uang recch serta karet gelang, seolah-olah benda itu bakal jadi makanannya yang berikut. "Gawat, nih," kata Percy. Sakunya sendiri nyaris kosong, hanya memuat pulpen/pedangnya, Riptide. Dia sedang memper-timbangkan apakah mereka bisa menyelinap masuk, entah bagai-mana, ketika seorang wanita berseragam Akuarium Georgia biru-hijau menghampiri mereka sambil tersenyum cerah. "Ah, tamu VIP!" Dia berlesung pipi, berkacamata gagang tebal, berkawat gigi, dan berambut hitam kriwil yang dikucir dua. Jadi, meskipun usianya kira-kira sudah akhir dua puluhan, dia tampak seperti cewek sekolahan kutu buku imut, tapi agak aneh. Selain mengenakan seragam Akuarium Georgia berupa kaus berkerah, dia memakai celana panjang warna gelap dan sepatu olahraga hitam. Langkahnya berjingkrak, seolah dia tak sanggup mengekang energinya yang melimpah ruah. Tanda pengenalnya bertuliskan KATE. "Anda punya uang untuk membeli karcis, rupanya," kata Kate, "bagus sekali!" "Apa?" tanya Percy. Kate meraup tiga denarius dari tangan Frank. "Ya, segitu cukup. Ayo, ke sini!" Dia membalikkan badan dan berderap menuju pintu utama. Percy memandang Pak Pelatih Hedge dan Frank. "Jebakan?" "Barangkali," kata Frank. "Dia bukan manusia," kata Hedge sambil mengendus-endus udara, "barangkali sejenis makhluk jahat pemakan kambing dan pemusnah demigod dari Tartarus."
Tak diragukan lagi." Percy sepakat. Bagus!" Hedge menyeringai. "Ayo, masuk." Kate tanpa kesulitan memandu mereka melewati antrean tiket lit masuk ke akuarium. "Ke sini." Kate nyengir kepada Percy. "Koleksi kami luar biasa. takkan kecewa. Kami jarang sekali kedatangan tamu VIP." "Eh, maksudmu demigod?" tanya Frank. Kate berkedip jail kepadanya dan menempelkan bibir ke mulut. "Nah, yang ini adalah hewan-hewan kutub, antara lain I ra
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)