Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

The Blood of Olympus (Darah Olympus) - 76

$
0
0
Cerita Fantasi | The Blood of Olympus (Darah Olympus) | Serial The Heroes of Olympus 5 | The Blood of Olympus (Darah Olympus) | Cersil Sakti | The Blood of Olympus (Darah Olympus) pdf

Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III

Lou Ellen. "Trik hebat." "Yang tidak akan dia lakukan lagi," ujar Will. Nico menyadari dia masih bersandar pada Will. Nico men-dorong Will ke belakang dan berdiri dengan tumpuan kakinya sendiri. "Akan kulakukan yang perlu kulakukan." Will memutar-mutar bola mata. "Ya sudah, Bocah Maut. Kalau kau ingin menewaskan diri sendiri " "Jangan panggil aku Bocah Maut!" Lou Ellen berdeham. "Anu, Teman-teman " "JATUH KAN SENJATA KALIAN!" Nico menoleh. Pertarungan di onager ketiga ternyata tidak terlewatkan begitu saja. Seluruh anggota Kohort I mendekati mereka, tombak ditodongkan, tameng-tameng dirapatkan satu sama lain. Di depan mereka berderaplah Octavian, berjubah ungu di atas baju tempurnya, perhiasan emas Imperial berkilauan di leher serta lengannya, dan mahkota daun dafnah di kepalanya seakan-akan dia sudah memenangi pertempuran. Di sebelahnya berdirilah pembawa panji-panji legiun, Jacob, yang memegangi elang emas, dan enam cynocephalus besar yang memamerkan taring-taring tajam, pedang mereka berpendar merah. " Wah," geram Octavian, "juru sabotase Graecus." Dia me noleh kepada para pendekar berkepala anjing. "Cabik-c abik mereka."[]
  BAB EMPAT PULUH TUJUH
  NICO
  NICO TIDAK YAKIN MESTI MENENDANG diri sendiri atau Will Solace. Jika perhatiannya tidak teralihkan gara-gara adu mulut dengan putra Apollo, Nico takkan pernah mengizinkan musuh beranjak sedemikian dekat. Sementara para manusia berkepala dua menyerbu ke depan, Nico mengangkat pedangnya. Dia ragu dirinya memiliki kekuatan untuk menang, tapi sebelum dia sempat menyerang mereka, Will bersiul nyaring seperti memanggil taksi. Keenam manusia anjing menjatuhkan senjata, menutupi telinga, dan jatuh kesakitan. "Bung." Cecil membuka mulut untuk memulihkan tekanan telinganya. "Apa-apaan itu? Kali lain beri peringatan dulu dong." "Dampaknya bagi anjing malah lebih parah." Will mengangkat bahu. "Salah satu dari beberapa bakat musikku. Aku bisa mengeluarkan siulan ultrasonik memekakkan."
  Nico tidak protes. Dia berjalan ke antara para manusia anjing yang tergeletak, menusuk mereka dengan pedang. Terbuyarkanlah mereka ke dalam bayang-bayang. Octavian dan orang-orang Romawi lain sepertinya terlalu terperanjat sehingga tidak bereaksi. "Pengawal pengawal eliteku!" Octavian menoleh ke sana-ke mari untuk mencari simpati. "Apa kalian lihat apa yang mereka lakukan pada pengawal eliteku?" "Anjing terkadang perlu ditidurkan selamanya." Nico melangkah maju. "Sama sepertimu." Selama satu saat nan indah, seluruh anggota Kohort I ragu-ragu. Kemudian mereka tersadar dan menodongkan pilum. "Kahan akan dihabisi!" pekik Octavian. "Dasar Graecus, mengendap-endap, menyabotase senjata kami, menyerang tentara kami " "Maksudmu senjata yang hendak kau tembakkan kepada kami?" tanya Cecil. "Dan, tentara yang hendak membumihanguskan perkemahan kami?" imbuh Lou Ellen. "Tipikal orang Yunani!" teriak Octavian. "Coba-coba memelintir kenyataan! Asal tahu saja ya, tipu daya kalian takkan berhasil!" Dia menunjuk para legiunari terdekat. "Kau, kau, dan kau. Periksa semua onager. Pastikan semuanya bisa beroperasi. Aku ingin semua onager menembak secara serempak sesegera mungkin. Sana!" Keempat orang Romawi itu pun berlari. Nico berusaha menjaga ekspresinya agar tetap netral. Tolong jangan periksa lintasan tembaknya, dia berpikir. Dia harap Cecil sudah bekerja dengan baik. Merusak senjata besar lumayan gampang. Tapi, merusaknya dengan amat subtil sehingga tiada yang menyadari bahwa senjata tersebut rusak hingga
  sudah terlambat, itu lain perkara. Tapi, andai ada yang memiliki keterampilan itu, orangnya pasti anak Hermes, Dewa Tipu Daya. Octavian berderap menghampiri Nico. Setidak-tidaknya, sang augur patut dipuji karena tidak tampak takut, walaupun dia hanya bersenjatakan belati. Dia berhenti dekat sekali sehingga Nico bisa melihat pembuluh darah di mata pucatnya yang berkaca-kaca. Wajah Octavian tirus. Rambutnya sewarna spageti kematangan. Nico tahu Octavian bukan demigod, melainkan peranakan keturunan Apollo bergenerasi-generasi silam. Kini, mau tak mau Nico berpikir betapa Octavian menyerupai Will Solace versi encer dan
  http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 5: The Blood Of Olympus (Darah Olympus)

  tidak sehat mirip foto yang sudah kebanyakan dikopi. Apa pun yang menjadikan anak Apollo istimewa, Octavian tidak memilikinya. "Katakan padaku, Putra Pluto," desis sang Augur, "kenapa kau menolong bangsa Yunani? Apa yang pernah mereka lakukan untukmu?" Nico gatal ingin menikam dada Octavian. Dia sudah memimpikan itu sejak Bryce Lawrence menyerang mereka di Carolina Selatan. Tapi, kini ketika mereka berhadapan, Nico bimbang. Dia tidak ragu dirinya sanggup membunuh Octavian sebelum Kohort I ikut campur. Nico juga tidak peduli sekalipun dia mati gara-gara tindakan itu. Demi melihat Octavian mati, Nico rela mati juga. Pertukaran itu sepertinya sebanding. Namun, sesudah kejadian yang menimpa Bryce, membayangkan hendak membunuh demigod lain dengan darah dingin Octavian sekalipun Nico merasa tidak enak hati. Perbuatan itu tidak benar. Lagi pula, rasanya tidak pantas memvonis Cecil, Lou Ellen, dan Will untuk mati bersamanya. Perbuatan itu tidak benar? Bagian lain dari Nico membatin, Sejak kapan aku mengkhawatirkan mana yang benar, mana yang salah?
  "Aku menolong orang-orang Yunani dan Romawi," kata Nico. Octavian tertawa. "Jangan coba-coba mengelabuiku. Apa yang sudah mereka tawarkan kepadamu posisi di perkemahan mereka? Bangsa Yunani takkan menghormati kesepakatan yang mereka buat." "Aku tidak menginginkan posisi di perkemahan mereka," geram Nico. "Ataupun di perkemahan kalian. Ketika perang ini usai, aku akan meninggalkan kedua perkemahan untuk selamanya." Will Solace mengeluarkan suara seperti baru dipukul. "Kenapa kau hendak berbuat begitu?" Nico merengut. "Bukan urusanmu, tapi aku tidak cocok di mana-mana. Itu sudah jelas. Tiada yang menginginkanku. Aku akan " "Oh, sudahlah." Will terdengar marah, tak biasa-biasanya. "Tak ada yang mengusirmu dari Perkemahan Blasteran. Kau punya teman atau setidaknya, orang-orang yang ingin menjadi temanmu. Kaulah yang mengusir mereka. Kalau kau bisa keluar dari kemurungan sekali raja " "Cukup!" bentak Octavian. "Di Angelo, aku bisa mengungguli tawaran apa pun yang sanggup diberikan oleh bangsa Yunani. Sedari dulu aku berpikir kau pasti bisa menjadi sekutu kuat. Aku melihat kekejaman dalam dirimu dan aku menghargainya. Aku bisa menjamin tempat untukmu di Roma Baru. Yang harus kaulakukan semata-mata adalah menepi dan membiarkan bangsa Romawi menang. Dewa Apollo telah menunjukiku masa depan " "Tidak!" Will Solace mendorong Nico ke samping dan bertatapan dengan Octavian. "Aku putra Apollo, dasar pecundang kurang darah. Ayahku sudah beberapa lama tidak menunjukkan masa depan kepada siapa pun, soalnya kekuatan ramalan sedang tidak bekerja. Tapi ini " Dia melambai ke arah legiun, pasukan
  monster yang tersebar di sisi bukit. "Bukan ini yang Apollo inginkan!" Octavian mencemooh. "Kau bohong. Sang dewa mem-beritahuku secara pribadi bahwa aku akan dikenang sebagai penyelamat Roma. Aku akan memimpin legiun untuk meraih kemenangan dan aku akan mengawalinya dengan " Nico merasakan bunyi itu sebelum dia mendengarnya duk-duk-duk yang merambati bumi, seperti gigi roda jembatan tarik mahabesar. Semua onager menembak berbarengan dan meluncurlah enam komet keemasan ke angkasa. "Dengan menghancurkan bangsa Yunani!" pekik Octavian girang. "Hari-hari Perkemahan Blasteran sudah usai!"
  * * *
  Tak tebersit di benak Nico, apa yang lebih indah ketimbang proyektil yang lintasannya meleset. Setidaknya, hari ini tak tebersit apa-apa. Dari tiga mesin yang disabotase, misil menikung menuju jalur tembakan ketiga onager yang lain. Bola-bola api tidak bertubrukan langsung. Tidak perlu. Begitu misil mencap ai jarak cukup dekat satu sama lain, keenam hulu leda k itu terdetonasi di tengah udara, memuntahkan kubah emas dan api yang mengisap oksigen dari langit. Haw a panas menyengat wajah Nico. Rumput mendesis. Pun cak pepohonan mengepul. Tapi ketika kembang api itu padam, tidak tampak kerusakan serius. Octavian berea ksi paling dulu. Dia menjejak-jejakkan kaki dan berteri ak, "TIDAK! TIDAK, TIDAK! ISI ULANG!" Tak satu pun ang gota Kohort I bergerak. Nico mendengar jejak sepatu bot di kanannya. Kohort V berderap dengan kecepatan dua
  http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 5: The Blood Of Olympus (Darah Olympus)

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>