Novel Barat | The Brethren | by John Grisham | The Brethren | Cersil Sakti | The Brethren pdf
Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
kau akan dilupakan."
Buster tersenyum. Hukumannya baru saja berkurang banyak. "
"Kau tahu apa yang terjadi kalau kau tertangkap?" tanya Yarber.
Yeah, mereka menambahkan beberapa tahun Masa bodoh. Mungkin aku akan
mendapat 58 tahun. Tidak, Sir, kalau tertangkap, aku akan bunuh diri."
"Aku juga akan berbuat begitu. Kau hams siap meninggalkan negara ini."
"Dan pergi ke mana?"
"Ke suatu tempat di mana kau tampak seperti penduduk setempat, dan di
mana tak ada perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat."
"Misalnya?"
"Argentina atau Chili. Kau bisa bahasa Spanyol?" "Tidak."
"Mulailah belajar. Kau tahu, di sini ada kursus bahasa Spanyol. Bocah-bocah
Miami yang mengajarkannya."
Mereka berjalan satu putaran, sementara Buster merenungkan kembali masa
depannya. Kakinya terasa lebih ringan, bahunya lebih tegak, dan dia tidak bisa
menghentikan seringainya.
"Kenapa kau membantuku?" tanyanya.
"Karena kau berumur 23 tahun. Terlalu muda dan terlalu bersih. Kau jadi
korban sistem, Buster. Kau berhak melawan. Kau punya pacar?"
"Begitulah."
"Lupakan dia. Dia cuma akan bikin masalah. Lagi pula, kaupikir dia mau
menunggu selama 48 tahun?" "Dia bilang mau."
"Dia bohong. Pasti dia sudah mencari yang baru. Lupakan dia, kecuali kalau kau
mau tertangkap."
Yeah, mungkin Yarber benar, pikir Buster. Dia belum menerima surat dari gadis
itu, dan walaupun pacarnya itu tinggal cuma beberapa jam dari sini, dia belum
datang ke Trumble. Mereka dua kali bicara di telepon, dan yang dipedulikannya
cuma apakah Buster dipukuli. "Punya anak?" tanya Yarber. "Tidak. Setahuku
tidak." "Bagaimana dengan ibumu?" "Dia meninggal waktu aku masih sangat
kecil. Ayah yang membesarkanku. Kami cuma berdua." "Kalau begitu kau calon
sempurna untuk kabur." "Aku ingin pergi sekarang." "Bersabarlah. Ayo kita
rencanakan masak-masak." Satu putaran lagi, dan Buster ingin lari. Dia tidak
bisa mengingat hal-hal di Pensacola yang akan dirindukannya. Dia mendapat
nilai A dan B untuk pelajaran bahasa Spanyol di sekolah menengah, dan
meskipun sekarang tidak bisa lagi mengingatnya sepotong pun, dulu dia tidak
perlu bersusah payah ketika mempelajarinya. Dia cepat memahaminya. Dia
akan ikut kursus dan bergaul dengan orang-orang Latin itu.
Makin lama dia berjalan, dia makin ingin hukumannya dipastikan. Lebih cepat
lebih baik. Kalau
gkan
lagi, padahal dia tak yakin pada juri berikutnya. Buster ingin berlari, mulai dari
lapangan rumput,
sampai batas pepohonan, menerobos hutan menuju jalan desa di mana dia
tidak tahu pasti tentang tindakannya selanjutnya. Tapi kalau seorang bankir
sinting bisa kabur dan mencapai Cocoa Beach, dia juga bisa.
"Kenapa kau belum kabur?" dia bertanya pada Yarber.
"Aku sudah memikirkannya. Tapi lima tahun lagi mereka akan membebaskanku.
Aku sanggup menunggu selama itu. Saat itu aku akan berusia 65, sehat
walafiat, dengan harapan hidup enam belas tahun. Karena itulah aku bertahan,
Buster, enam belas tahun terakhir itu. Aku tak mau waswas terus." "Kau akan
pergi ke mana?" "Belum tahu. Mungkin desa kecil di pedalaman Italia. Mungkin
pegunungan di Peru. Aku bisa memilih berbagai tempat di seluruh dunia, dan
setiap hari aku berjam-jam mengkhayalkannya." "Jadi kau punya banyak
uang?" "Tidak, tapi sebentar lagi ya." Itu menimbulkan beberapa pertanyaan,
tapi Buster diam saja. Dia mulai belajar bahwa di penjara dia harus menyimpan
sebagian besar pertanyaannya.
Setelah lelah berjalan, Buster berhenti di dekat Weed Eater-nya. "Terima
kasih, Mr. Yarber," katanya. "Sama-sama. Jangan bercerita pada siapa-siapa."
"Tentu. Aku selalu siap."
Finn pergi, berjalan satu putaran lagi; celana pendeknya sekarang basah kuyup
dengan keringat,
293
ekor kuda abu-abunya terkulai karena lemba mengamatinya pergi, kemudian
memandang ke seberang lapangan rumput ke pepohonan
Saat itu, dia bisa melihat samnai k* \ Selatan. ? An*4i
Dua Puluh Empat
SELAMA dua bulan yang panjang dan keras, Aaron Lake dan Gubernur Tarry
bertarung sengit di 26 negara bagian memperebutkan 25 juta suara. Mereka
memaksa diri. mereka banting tulang dengan kerja delapan belas jam sehari,
jadwal gila-gilaan, bepergian tanpa hent
http://cerita-silat.mywapblog.com
i, kesintingan khas pemilihan presiden.
Tapi mereka berusaha sama kerasnya untuk menghindari debat langsung. Tarry
tidak ingin melakukannya di pemilihan awal, karena dia calon terdepan. Dia
memiliki organisasi, uang, jajak pendapat. Kenapa melegitimasi lawan? Lake
tidak ingin berdebat karena dia pendatang baru dalam kancah nasional, pemula
dalam kampanye tingkat tinggi, lagi pula lebih mudah bersembunyi di balik teks
dan kamera bersahabat serta membuat iklan kapan pun dibutuhkan. Risiko-risiko debat langsung terlalu tinggi. Teddy juga tidak menyukainya. Tapi
kampanye berubah. Calon terdepan memudar, isu-isu kecil jadi besar, pers
dapat menc.ptakan krisis hanya karena bosan.
Tarry memutuskan dia membutuhkan perdebatan karena bangkrut, dan kalah
dalam berbagai pemilihan -pendahuluan. "Aaron Lake berusaha membeli
pemilihan ini," katanya berulang kali. "Dan saya ingin mengkonfrontasinya,
satu lawan satu." Kedengarannya bagus, dan pers langsung menyambarnya.
"Dia lari dari perdebatan," seru Tarry, dan gerombolan nyamuk pers melahap
itu juga.
"Gubernur sudah menghindari perdebatan sejak Michigan," adalah respons
standar Lake.
Jadi, selama tiga minggu mereka bermain kucing-kucingan sampai para
pegawai mereka selesai membereskan urusan detailnya.
Lake sebetulnya enggan, tapi juga membutuhkan forum. Meskipun dari minggu
ke minggu terus menang, dia berhadapan dengan lawan yang sudah lama
memudar. Jajak pendapatnya dan jajak pendapat D-PAC menunjukkan banyak
pemilih tertarik padanya, tapi kebanyakan karena dia baru dan tampan serta
tampaknya pantas dipilih.
Tanpa diketahui orang luar, jajak pendapat juga menunjukkan hal-hal yang
sangat samar. Yang pertama adalah kampanye Lake yang cuma mengangkat
satu isu. Anggaran militer memikat para pemilih cuma beberapa lama, dan ada
pertanyaan besar, dalam jajak pendapat, tentang bagaimana posisi Lake dalam
isu-isu lain.
Kedua, Lake masih lima poin di bawah Wakil Presiden dalam pertarungan
hipotetis November. Para pemilih memang bosan dengan Wakil Presiden,
namun setidaknya mereka tahu siapa dia. Lake masih merupakan misteri bagi
banyak orang. Juga, keduanya
akan harus berdebat beberapa kali sebelum November. Lake, yang sudah
memperoleh nominasi, memerlukan pengalaman itu.
Tarry tidak membantu dengan pertanyaan terus-menerusnya, "Siapa Aaron
Lake?" Dengan sisa dananya yang hanya sedikit, dia menyetujui pembuatan
stiker bumper bertuliskan pertanyaan yang sekarang terkenal-Siapa, Aaron
Lake? (Teddy juga menanyakan hal itu dalam hati hampir setiap jam, tapi
karena alasan yang berbeda.)
Lokasi perdebatan adalah di Pennsylvania, di college Lutheran kecil dengan
auditorium nyaman, akustik dan cahaya bagus, penonton yang tidak macam-macam. Detail-detail paling kecil sekalipun diributkan kedua belah pihak, tapi
karena sekarang mereka sama-sama membutuhkan perdebatan, akhirnya
tercapai kesepakatan. Format persisnya nyaris menyebabkan adu tinju, tapi
setelah dirundingkan, semua puas. Media mengutus tiga reporter di panggung
untuk mengajukan berbagai pertanyaan langsung dalam satu segmen. Para
penonton memperoleh dua puluh menit untuk menanyakan berbagai hal, tanpa
sensor. Tarry, pengacara, menginginkan lima menit untuk pidato pembukaan
dan sepuluh menit untuk pernyataan penutup. Lake menginginkan tiga puluh
menit perdebatan satu lawan satu dengan Tarry, tanpa batas, tanpa penengah,
hanya mereka berdua yang bertarung habis-habisan tanpa peraturan. Ini
menggentarkan kubu Tarry, dan nyaris membuyarkan kesepakatan.
Moderatornya seorang tokoh radio pemerintah sepat, dan ketika dia berkata,
"Selamat pagi, dan
selamat datang ke debat pertama dan satu-satunya antara Gubernur Wendell
Tarry dan Congressman Aaron Lake," sekitar 18 juta orang menonton.
Tarry memakai setelan biru laut pilihan istrinya, dengan kemeja biru dan dasi
merah-biru standar. Lake mengenakan setelan cokelat muda menawan, kemeja
putih berkerah lebar, serta dasi merah, merah tua, dan enam warna lain.
Seluruht penampilannya diatur oleh konsultan mode, dan dibuat serasi dengan
warna panggung. Rambut Lake dicat. Giginya diputihkan. Dia menghabi
http://cerita-silat.mywapblog.com
Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
kau akan dilupakan."
Buster tersenyum. Hukumannya baru saja berkurang banyak. "
"Kau tahu apa yang terjadi kalau kau tertangkap?" tanya Yarber.
Yeah, mereka menambahkan beberapa tahun Masa bodoh. Mungkin aku akan
mendapat 58 tahun. Tidak, Sir, kalau tertangkap, aku akan bunuh diri."
"Aku juga akan berbuat begitu. Kau hams siap meninggalkan negara ini."
"Dan pergi ke mana?"
"Ke suatu tempat di mana kau tampak seperti penduduk setempat, dan di
mana tak ada perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat."
"Misalnya?"
"Argentina atau Chili. Kau bisa bahasa Spanyol?" "Tidak."
"Mulailah belajar. Kau tahu, di sini ada kursus bahasa Spanyol. Bocah-bocah
Miami yang mengajarkannya."
Mereka berjalan satu putaran, sementara Buster merenungkan kembali masa
depannya. Kakinya terasa lebih ringan, bahunya lebih tegak, dan dia tidak bisa
menghentikan seringainya.
"Kenapa kau membantuku?" tanyanya.
"Karena kau berumur 23 tahun. Terlalu muda dan terlalu bersih. Kau jadi
korban sistem, Buster. Kau berhak melawan. Kau punya pacar?"
"Begitulah."
"Lupakan dia. Dia cuma akan bikin masalah. Lagi pula, kaupikir dia mau
menunggu selama 48 tahun?" "Dia bilang mau."
"Dia bohong. Pasti dia sudah mencari yang baru. Lupakan dia, kecuali kalau kau
mau tertangkap."
Yeah, mungkin Yarber benar, pikir Buster. Dia belum menerima surat dari gadis
itu, dan walaupun pacarnya itu tinggal cuma beberapa jam dari sini, dia belum
datang ke Trumble. Mereka dua kali bicara di telepon, dan yang dipedulikannya
cuma apakah Buster dipukuli. "Punya anak?" tanya Yarber. "Tidak. Setahuku
tidak." "Bagaimana dengan ibumu?" "Dia meninggal waktu aku masih sangat
kecil. Ayah yang membesarkanku. Kami cuma berdua." "Kalau begitu kau calon
sempurna untuk kabur." "Aku ingin pergi sekarang." "Bersabarlah. Ayo kita
rencanakan masak-masak." Satu putaran lagi, dan Buster ingin lari. Dia tidak
bisa mengingat hal-hal di Pensacola yang akan dirindukannya. Dia mendapat
nilai A dan B untuk pelajaran bahasa Spanyol di sekolah menengah, dan
meskipun sekarang tidak bisa lagi mengingatnya sepotong pun, dulu dia tidak
perlu bersusah payah ketika mempelajarinya. Dia cepat memahaminya. Dia
akan ikut kursus dan bergaul dengan orang-orang Latin itu.
Makin lama dia berjalan, dia makin ingin hukumannya dipastikan. Lebih cepat
lebih baik. Kalau
gkan
lagi, padahal dia tak yakin pada juri berikutnya. Buster ingin berlari, mulai dari
lapangan rumput,
sampai batas pepohonan, menerobos hutan menuju jalan desa di mana dia
tidak tahu pasti tentang tindakannya selanjutnya. Tapi kalau seorang bankir
sinting bisa kabur dan mencapai Cocoa Beach, dia juga bisa.
"Kenapa kau belum kabur?" dia bertanya pada Yarber.
"Aku sudah memikirkannya. Tapi lima tahun lagi mereka akan membebaskanku.
Aku sanggup menunggu selama itu. Saat itu aku akan berusia 65, sehat
walafiat, dengan harapan hidup enam belas tahun. Karena itulah aku bertahan,
Buster, enam belas tahun terakhir itu. Aku tak mau waswas terus." "Kau akan
pergi ke mana?" "Belum tahu. Mungkin desa kecil di pedalaman Italia. Mungkin
pegunungan di Peru. Aku bisa memilih berbagai tempat di seluruh dunia, dan
setiap hari aku berjam-jam mengkhayalkannya." "Jadi kau punya banyak
uang?" "Tidak, tapi sebentar lagi ya." Itu menimbulkan beberapa pertanyaan,
tapi Buster diam saja. Dia mulai belajar bahwa di penjara dia harus menyimpan
sebagian besar pertanyaannya.
Setelah lelah berjalan, Buster berhenti di dekat Weed Eater-nya. "Terima
kasih, Mr. Yarber," katanya. "Sama-sama. Jangan bercerita pada siapa-siapa."
"Tentu. Aku selalu siap."
Finn pergi, berjalan satu putaran lagi; celana pendeknya sekarang basah kuyup
dengan keringat,
293
ekor kuda abu-abunya terkulai karena lemba mengamatinya pergi, kemudian
memandang ke seberang lapangan rumput ke pepohonan
Saat itu, dia bisa melihat samnai k* \ Selatan. ? An*4i
Dua Puluh Empat
SELAMA dua bulan yang panjang dan keras, Aaron Lake dan Gubernur Tarry
bertarung sengit di 26 negara bagian memperebutkan 25 juta suara. Mereka
memaksa diri. mereka banting tulang dengan kerja delapan belas jam sehari,
jadwal gila-gilaan, bepergian tanpa hent
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Brethren - John Grisham
i, kesintingan khas pemilihan presiden.
Tapi mereka berusaha sama kerasnya untuk menghindari debat langsung. Tarry
tidak ingin melakukannya di pemilihan awal, karena dia calon terdepan. Dia
memiliki organisasi, uang, jajak pendapat. Kenapa melegitimasi lawan? Lake
tidak ingin berdebat karena dia pendatang baru dalam kancah nasional, pemula
dalam kampanye tingkat tinggi, lagi pula lebih mudah bersembunyi di balik teks
dan kamera bersahabat serta membuat iklan kapan pun dibutuhkan. Risiko-risiko debat langsung terlalu tinggi. Teddy juga tidak menyukainya. Tapi
kampanye berubah. Calon terdepan memudar, isu-isu kecil jadi besar, pers
dapat menc.ptakan krisis hanya karena bosan.
Tarry memutuskan dia membutuhkan perdebatan karena bangkrut, dan kalah
dalam berbagai pemilihan -pendahuluan. "Aaron Lake berusaha membeli
pemilihan ini," katanya berulang kali. "Dan saya ingin mengkonfrontasinya,
satu lawan satu." Kedengarannya bagus, dan pers langsung menyambarnya.
"Dia lari dari perdebatan," seru Tarry, dan gerombolan nyamuk pers melahap
itu juga.
"Gubernur sudah menghindari perdebatan sejak Michigan," adalah respons
standar Lake.
Jadi, selama tiga minggu mereka bermain kucing-kucingan sampai para
pegawai mereka selesai membereskan urusan detailnya.
Lake sebetulnya enggan, tapi juga membutuhkan forum. Meskipun dari minggu
ke minggu terus menang, dia berhadapan dengan lawan yang sudah lama
memudar. Jajak pendapatnya dan jajak pendapat D-PAC menunjukkan banyak
pemilih tertarik padanya, tapi kebanyakan karena dia baru dan tampan serta
tampaknya pantas dipilih.
Tanpa diketahui orang luar, jajak pendapat juga menunjukkan hal-hal yang
sangat samar. Yang pertama adalah kampanye Lake yang cuma mengangkat
satu isu. Anggaran militer memikat para pemilih cuma beberapa lama, dan ada
pertanyaan besar, dalam jajak pendapat, tentang bagaimana posisi Lake dalam
isu-isu lain.
Kedua, Lake masih lima poin di bawah Wakil Presiden dalam pertarungan
hipotetis November. Para pemilih memang bosan dengan Wakil Presiden,
namun setidaknya mereka tahu siapa dia. Lake masih merupakan misteri bagi
banyak orang. Juga, keduanya
akan harus berdebat beberapa kali sebelum November. Lake, yang sudah
memperoleh nominasi, memerlukan pengalaman itu.
Tarry tidak membantu dengan pertanyaan terus-menerusnya, "Siapa Aaron
Lake?" Dengan sisa dananya yang hanya sedikit, dia menyetujui pembuatan
stiker bumper bertuliskan pertanyaan yang sekarang terkenal-Siapa, Aaron
Lake? (Teddy juga menanyakan hal itu dalam hati hampir setiap jam, tapi
karena alasan yang berbeda.)
Lokasi perdebatan adalah di Pennsylvania, di college Lutheran kecil dengan
auditorium nyaman, akustik dan cahaya bagus, penonton yang tidak macam-macam. Detail-detail paling kecil sekalipun diributkan kedua belah pihak, tapi
karena sekarang mereka sama-sama membutuhkan perdebatan, akhirnya
tercapai kesepakatan. Format persisnya nyaris menyebabkan adu tinju, tapi
setelah dirundingkan, semua puas. Media mengutus tiga reporter di panggung
untuk mengajukan berbagai pertanyaan langsung dalam satu segmen. Para
penonton memperoleh dua puluh menit untuk menanyakan berbagai hal, tanpa
sensor. Tarry, pengacara, menginginkan lima menit untuk pidato pembukaan
dan sepuluh menit untuk pernyataan penutup. Lake menginginkan tiga puluh
menit perdebatan satu lawan satu dengan Tarry, tanpa batas, tanpa penengah,
hanya mereka berdua yang bertarung habis-habisan tanpa peraturan. Ini
menggentarkan kubu Tarry, dan nyaris membuyarkan kesepakatan.
Moderatornya seorang tokoh radio pemerintah sepat, dan ketika dia berkata,
"Selamat pagi, dan
selamat datang ke debat pertama dan satu-satunya antara Gubernur Wendell
Tarry dan Congressman Aaron Lake," sekitar 18 juta orang menonton.
Tarry memakai setelan biru laut pilihan istrinya, dengan kemeja biru dan dasi
merah-biru standar. Lake mengenakan setelan cokelat muda menawan, kemeja
putih berkerah lebar, serta dasi merah, merah tua, dan enam warna lain.
Seluruht penampilannya diatur oleh konsultan mode, dan dibuat serasi dengan
warna panggung. Rambut Lake dicat. Giginya diputihkan. Dia menghabi
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Brethren - John Grisham