Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Mockingjay - 3

$
0
0
Cerita Misteri | Mockingjay | Serial The Hunger Games | Mockingjay | Suzanne Collins | Mockingjay pdf

Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)

elengkung, kuping menegang, berdiri kucing jantan paling jelek sedunia. “Buttercup,” kataku. Ribuan orang mati, tapi kucing ini selamat dan tampak makan dengan baik. Makan apa? Dia selalu bisa keluar-masuk rumah melalui jendela yang selalu kami buka di dapur. Dia pasti makan tikus ladang. Aku tidak mau memikirkan kemungkinan makanan yang lain.
  Aku berjongkok dan mengulurkan tangan, “Kemari, boy.” Sepertinya dia tidak mau. Dia marah karena ditinggal. Selain itu, aku tidak menawarinya makanan, dan kemampuanku untuk membawakan daging sisa selalu jadi sifat utamaku yang bisa diterimanya. Selama beberapa saat, ketika kami biasa bertemu di rumah lama karena kami sama-sama tidak menyukai rumah lama ini, kami sepertinya punya sedikit ikatan. Masa itu jelas sudah berlalu. Dia mengedipkan mata kuningnya beberapa kali, tanda tidak senang.
  “Mau bertemu Prim?” tanyaku. Nama Prim menarik perhatiannya. Selain namanya sendiri, Prim adalah satu-satunya kata yang berarti untuknya. Dia mengeong pelan dan menghampiriku. Kuangkat dia, kubelai bulunya, lalu pergi ke lemari untuk mengambil tas berburuku, lalu kejejalkan kucing itu ke dalam tas. Tak ada cara lain bagiku untuk membawanya ke pesawat ringan, dan kucing itu berarti segalanya bagi adikku. Kambingnya. Lady, binatang yang memiliki manfaat nyata, sayangnya tidak memperlihatkan batang hidungnya.
  Melalui headset, aku mendengar suara Gale yang mengatakan bahwa kami harus kembali. Tapi tas berburuku mengingatkanku ada satu benda lagi yang kuinginkan. Kusampirkan tas ke punggung kursi dan bergegas naik ke kamar tidurku. Di dalam lemari tergantung jaket berburu milik ayahku. Sebelum Quell, aku membawanya kemari dari rumah lamaku, kupikir keberadaan jaket ini bisa memberi kenyamanan untuk ibuku dan adikku kalau aku tewas. Untunglah, kalau tidak jaket ini sudah jadi abu sekarang.
  Kulit yang lembut ini terasa menenangkan dan sejenak aku merasa tenang mengingat jam-jam yang kuhabiskan memakai jaket ini. Lalu, tanpa bisa dijelaskan, kedua telapak tanganku mulai berkeringat. Sensasi aneh merayapi tengkukku. Kepalaku menoleh cepat ke belakang dan melihat kamar ini kosong. Rapi. Segalanya ada di tempat yang seharusnya. Tak ada suara yang membuatku harus waspada. Lalu apa?
  Hidungku mengernyit. Bau itu. Palsu dan memuakkan. Sejumput benda berwarna putih mengintip keluar dari vas yang bersisi bunga-bunga kering di atas meja riasku. Aku berjalan hati-hati mendekatinya. Di sana, tersamar keberadaannya karena bunga-bunga lain yang tak pernah layu, bunga mawar putih yang masih segar. Sempurna. Hingga ke duri dan kelopaknya yang keperakan.
  Dan aku langsung tahu siapa yang mengirimnya untukku.
  Presiden Snow.
  Ketika isi perutmu mulai naik karena mencium bau busuknya, aku segera mundur dan menjauh. Sudah berapa lama bunga itu berada di sini? Sehari? Sejam? Para pemberontak melakukan pemeriksaan keamanan di Desa Pemenang sebelum aku diizinkan untuk datang kemari, memeriksa apakah ada bom, alat penyadap, apa pun yang tidak wajar. Tapi bunga mawar mungkin tidak penting bagi mereka. Hanya bagiku.
  Di bawah, aku merenggut tas berburuku dari kursi, tas itu terpental-pental ke lantai sampai aku ingat bahwa tas itu ada isinya. Di halaman, dengan panik aku memanggil pesawat ringan sementara Buttercup meronta-ronta. Kusikut dia, tapi malah hanya membuatnya makin marah. Pesawat ringan muncul dan tangga dilempar turun. Aku menaiki tangga dan arus listrik membekukanku sementara aku diangkat menuju pesawat.
  Gale membantuku turun dari tangga. “Kau baik-baik saja?”
  “Yeah,” kataku, menyeka keringat dari wajahku dengan ujung lengan bajuku.
  Dia meninggalkan bunga mawar untukku! Aku ingin berteriak begitu, tapi aku yakin ini bukan informasi yang ingin kubagi dengan seseorang seperti Plutarch. Pertama, karena itu akan membuatku terdengar sinting. Seolah-olah aku cuma membayangkannya, dan itu amat mungkin terjadi, atau aku cuma bersikap berlebihan, yang hanya akan membuatku diseret masuk ke alam mimpi dengan obat tidur sementara aku berusaha keras untuk bisa lepas dari itu semua. Tak ada seorang pun yang sepenuhnya mengerti—bahwa itu bukan sekadar bunga, bukan sekadar bunga milik Presiden Snow, tapi janji balas dendam—karena tak ada orang lain yang duduk di ruang belajar bersamanya ketika dia mengancamku sebelum Tur Kemenangan.
  Bunga mawar putih, seputih salju, yang diletakkan di meja riasku adalah pesan pribadi untukku. Menyatakan adanya urusan yang belum selesai. Membisikkan kata-kata, Aku bisa menemukanmu, Aku bisa menjangkaumu. Mungkin aku sedang mengawasimu sekarang.
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins

 
  BAB DUA
  APAKAH ada pesawat ringan Capitol yang terbang untuk menghancurkan kami di angkasa? Ketika kami terbang di atas Distrik 12, dengan cemas aku mencari tanda-tanda serangan, tapi tak ada apa pun yang mengejar kami. Setelah beberapa menit, sehabis mendengar percakapan antara Plutarch dan pilot yang memastikan kondisi penerbangan aman, aku mulai bisa sedikit rileks.
  Gale mengangguk mendengar dengkingan dari tas berburuku, “Sekarang aku tahu kenapa kau harus kembali.”
  “Selalu ada kemungkinan dia bisa ditemukan.” Kulempar tasku ke kursi, dan binatang menjijikkan itu mulai meraung dengan suara dalam dan rendah. “Oh, diamlah,” kataku pada tas itu ketika aku duduk di kursi empuk dekat jendela di seberang Buttercup.
  Gale duduk di sampingku. “Buruk ya di bawah sana?”
  “Parah,” jawabku. Aku menatap matanya dan melihat kesedihanku terpantul di sana. Tangan kami saling menggenggam, berpegangan erat pada bagian dari Distrik 12 yang entah bagaimana tidak berhasil dihancurkan Snow. Kami duduk tanpa bicara sepanjang perjalanan menuju 13, yang cuma berlangsung selama 45 menit. Jika berjalan kaki hanya akan makan waktu satu minggu. Bonnie dan Twill, pengungsi dari Distrik 8 yang kutemui musim dingin lalu, ternyata tidak terlalu jauh dari tujuan mereka. Namun sepertinya mereka tidak berhasil tiba. Ketika aku menanyakan tentang mereka di Distrik 13, sepertinya tak ada seorang pun yang tahu siapa yang kubicarakan. Tewas di hutan, menurutku.
  Dari angkasa, 13 tampak sama cerianya dengan 12. Reruntuhannya tidak mengepulkan asap, seperti yang ditunjukkan Capitol di televisi, tapi nyaris tak ada kehidupan di atas tanah. Tujuh puluh lima tahun sejak Masa Kegelapan—ketika 13 dikatakan telah dimusnahkan dalam perang antara Capitol dan distrik-distrik—hampir semua bangunan baru dibuat di bawah tanah. Sudah ada fasilitas bawah tanah yang besar di sini, dibangun selama berabad-abad untuk tempat perlindungan rahasia bagi para pemimpin pemerintahan pada saat perang, atau tempat pelarian terakhir bagi manusia jika hidup di atas tak tertahankan lagi. Yang terpenting bagi penduduk Distrik 13 adalah tempat ini menjadi pusat program pengembangan peluru kendali nuklir bagi Capitol. Pada Masa Kegelapan, para pemberontak di Distrik 13 merebut kendali dari tentara pemerintah, membidik Capitol sebagai sasaran senjata nuklir mereka, lalu mereka bersepakat: Mereka akan pura-pura mati agar tidak diganggu. Capitol punya senjata nuklir lain di barat, tapi mereka tak bisa menyerang 13 tanpa yakin seratus persen takkan balas diserang. Mereka terpaksa menerima tawaran dari Distrik 13. Capitol menghancurkan bagian distrik yang masih tersisa dan memotong semua akses dari luar. Mungkin para pemimpin Capitol mengira tanpa adanya bantuan, 13 akan mati sendiri. Memang beberapa kali nyaris terjadi, tapi Distrik 13 selalu berhasil bangkit lagi berkat pembagian makanan yang ketat, disiplin tinggi, dan kewaspadaan terus-menerus terhadap serangan Capitol berikutnya.
  Sekarang semua penduduk nyaris hidup sepenuhnya di bawah tanah. Kau bisa keluar untuk olahraga dan kena sinar matahari, tapi hanya pada waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwalkan untukmu. Kau tidak boleh melewatkan jadwalmu. Setiap pagi, kau harus memasukkan lengan kananmu ke dalam alat aneh di dinding. Benda itu menato jadwalmu dalam satu hari dengan tinta ungu terang. 07.00—Sarapan. 07.30—Tugas Dapur. 08.30—Pusat Pendidikan, Ruang 17. Dan seterusnya. Tinta ini tak bisa dihapus sampai pukul 22.00—Mandi. Pada saat itu apa pun yang membuat tinta tersebut tahan air hilang dan seluruh jadwal tercuci bersih. Lampu padam pukul 22.30 menandakan bahwa semua orang yang tidak jaga malam sudah harus tidur.
  Mulanya, ketika aku sakit berat di rumah sakit, aku tidak perlu melaksanakan apa yang tertera. Tapi setelah aku pindah ke Kompartemen 307 bersama adik dan ibuku, aku diharapkan mengikuti program yang berlaku. Kecuali hadir untuk makan, aku mengabaikan kata-kata yang tertulis di lenganku. Aku biasanya kembali ke kompartemen atau berjalan-jalan di sekitar 13 atau ketiduran di tempat tersembunyi. Saluran udara yang tak terpakai. Di bel
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

Trending Articles