Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Mockingjay - 5

$
0
0
Cerita Misteri | Mockingjay | Serial The Hunger Games | Mockingjay | Suzanne Collins | Mockingjay pdf

Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)

tanya Peeta. “Harganya adalah segala yang kaumiliki dari dirimu.”
  “Segala yang kaumiliki dari dirimu,” ulang Caesar pelan.
  Keheningan melanda ruangan ini, dan aku bisa merasakannya mengalir di seluruh Panem. Satu negara terpusat perhatiannya pada layar-layar televisi mereka. Karena sebelumnya tak ada seorang pun yang pernah bicara tentang seperti apa yang sesungguhnya terjadi di arena.
  Peeta melanjutkan. “Jadi kau berpegangan pada keinginanmu itu. Dan pada malam terakhir itu, ya, keinginanku adalah menyelamatkan Katniss. Tanpa mengetahui tentang para pemberontak pun, rasanya ada yang tidak benar. Segalanya terlalu rumit. Aku menyesal tidak lari bersamanya lebih awal hari itu, mengikuti sarannya. Tapi pada titik itu tak mungkin lagi pergi begitu saja.”
  “Kau terlalu sibuk dengan rencana Beetee untuk menyetrum danau air asin itu,” kata Caesar.
  “Terlalu sibuk bermain sekutu-sekutuan dengan yang lain. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka memisahkan kami!” sembur Peeta. “Saat itulah aku kehilangan dia.”
  “Saat kau tinggal di pohon kilat, lalu dia dan Johanna Mason membawa kawat ke arah air,” Caesar menjelaskan.
  “Aku tidak mau!” Muka Peeta merah karena kesal. “Tapi aku tidak bisa berdebat dengan Beetee tanpa menunjukkan bahwa kami ingin memisahkan diri dari persekutuan. Saat kawat terputus, semuanya menggila. Aku hanya bisa mengingat sebagian-sebagian. Berusaha menemukan Katniss. Melihat Brutus membunuh Chaff. Aku membunuh Brutu s. Aku tahu dia akan memanggil namaku. Lalu kilat me nyambar pohon, dan medan gaya di sekitar arena… me ledak.”
  “Katniss yang meledakkannya, Peeta,” kata Caesar, “Kau sudah melihat potongan filmnya.”
  “Dia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Tak seorang pun yang bisa mengikuti rencana Beetee. Kau bisa melihatnya kebingungan dengan kawat itu,” sahut Peeta.
  “Baiklah. Namun kelihatannya mencurigakan,” kata Caesar. “Seakan dia bagian dari rencana pemberontakan ini sejak awal.”
  Peeta berdiri, mencondongkan tubuhnya ke wajah Caesar, kedua tangannya mencengkeram lengan kursi. “Sungguh? Dan Johanna yang nyaris membunuhnya juga bagian dari rencananya? Juga setruman listrik yang melumpuhkannya? Memicu terjadinya ledakan bom?” Peeta sudah berteriak sekarang. “Dia tidak tahu, Caesar! Kami berdua tidak tahu apa-apa kecuali berusaha menjaga yang lain tetap hidup!”
  Caesar menaruh tangannya di dada Peeta untuk melindungi dirinya sendiri, juga untuk menena ngkan Peeta. “Oke, Peeta. Aku percaya padamu.”
  “Oke.” Peeta menarik diri dari Caesar, melepaskan pegangan tangannya, lalu menyusurkan tangannya ke rambut, membuat rambut pirangnya yang sudah tertata rapi jadi berantakan. Dia duduk lemas bersandar di kursinya, gelisah.
  Caesar menunggu sejenak, memperhatikan Peeta. “Bagaimana dengan mentormu, Haymitch Abernathy?”
  Wajah Peeta mengeras. “Aku tidak tahu apa yang diketahui Haymitch.”
  “Mungkinkah dia bagian dari konspirasi?” tanya Caesar.
  “Dia tidak pernah menyebutnya,” kata Peeta.
  Caesar masih terus menekan, “Apa kata hatimu?”
  “Seharusnya aku tidak memercayainya,” kata Peeta. “Itu saja.”
  Aku belum melihat Haymitch lagi sejak aku menyerangnya di pesawat ringan, meninggalkan bekas cakaran panjang di wajahnya. Aku tahu tinggal di sini juga buruk baginya. Distrik 13 melarang dengan ketat segala produksi atau konsumsi minuman yang memabukkan, bahkan alkohol untuk membersihkan luka di rumah sakit pun disimpan dalam tempat penyimpanan terkunci. Akhirnya Haymitch dipaksa untuk terus sadar, tanpa ada botol-botol tersembunyi di tempat rahasia atau minuman racikan sendiri untuk memudahkan masa transisinya. Mereka menahannya di tempat terasing sampai kecanduannya hilang, karena dia dianggap tidak pantas tampil di depan umum. Pasti Haymitch tersiksa sekali, tapi aku tidak punya simpati lagi untuknya saat aku sadar bahwa dia sudah menipu kami. Kuharap dia menonton siaran Capitol saat ini, agar dia bisa melihat bahwa Peeta juga sudah menyingkirkannya.
  Caesar menepuk bahu Peeta. “Kita bisa berhenti sekarang kalau kau mau.”
  “Apakah ada lagi yang bisa dibicarakan,” tanya Peeta dengan muka masam.
  “Aku hendak meminta pendapatmu tentang perang, tapi kalau kau terlalu kesal…” Caesar melanjutkan.
  “Oh, aku tidak terlalu kesal untuk menjaw
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins

  abnya.” Peeta mengambil napas dalam-dalam lalu memandang lurus ke kamera. “Aku mau semua yang menonton—baik itu yang di pihak Capitol atau pihak pemberontak—agar berhenti sejenak dan memikirkan apa arti perang ini. Untuk umat manusia. Kita hampir punah karena saling membunuh. Kini jumlah kita bahkan lebih sedikit. Kondisi kita makin payah. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan? Memusnahkan satu sama lain? Demi apa? Agar ada makhluk hidup yang dianggap pantas yang akan mewariskan sisa-sisa bumi yang hangus binasa?”
  “Aku tidak sepenuhnya… aku rasanya tidak paham…” kata Caesar.
  “Kita tidak bisa terus berperang, Caesar,” Peeta menjelaskan. “Takkan ada cukup manusia yang tersisa untuk terus berperang. Kalau semua orang tak meletakkan senjata—dan maksudku, sesegera mungkin—segalanya akan berakhir.”
  “Jadi… kau mengajak gencatan senjata?” tanya Caesar.
  “Ya, aku mengajak gencatan senjata,” kata Peeta lelah. “Sekarang kenapa tidak kaupanggil saja para penjaga untuk membawaku ke kamarku agar aku bisa membangun seratus rumah kartu lagi.”
  Caesar menoleh menghadap kamera. “Baiklah. Kurasa kita sudah selesai. Kita kembali ke program reguler.”
  Musik mengakhiri acara mereka, kemudian ada seorang wanita membacakan daftar barang-barang yang diperkirakan akan kurang persediaannya di Capitol—buah segar, baterai tenaga surya, sabun. Aku tetap asyik menonton televisi, karena aku tahu semua orang akan menunggu reaksiku terhadap wawancara tadi. Tapi tak mungkin aku bisa mencernanya dengan sangat cepat—kebahagiaan melihat Peeta hidup dan tak disakiti, pembelaannya terhadap diriku yang tidak terlibat para pemberontak, kelihatannya dengan Capitol yang tak bisa dipungkiri lagi sekarang setelah dia mengajak gencatan senjata. Oh, dia membuatnya terdengar seakan-akan dia mengutuk kedua belah pihak yang berperang. Tapi pada titik ini, dengan pemberontak yang hanya memperoleh kemenangan-kemenangan kecil, gencatan senjata hanya akan membuat kami kembali ke status sebelumnya. Atau lebih buruk.
  Di belakangku aku bisa mendengar tuduhan-tuduhan terhadap Peeta. Kata-kata seperti pengkhianat, pembohong, dan musuh berpantulan di dinding. Karena aku tidak bisa bergabung dengan kemarahan para pemberontak atau melawannya, kuputuskan yang terbaik adalah menjauh dari sini. Ketika aku sampai di pintu, suara Coin terdengar di antara dengungan orang-orang yang bicara. “Kau belum diizinkan pergi, Prajurit Everdeen.”
  Salah satu anak buah Coin memegang len ganku. Sesungguhnya, dia tidak melakukan gerakan ag resif, tapi setelah berada di arena, aku jadi terbiasa ber sikap defensif pada setiap sentuhan asing. Kusentak len ganku agar lepas dari genggamannya lalu berlari meny usuri lorong. Di belakangku, terdengar bunyi perkelahia n, tapi aku tidak berhenti berlari. Pikiranku segera men ghitung cepat tempat-tempat persembunyianku yang a neh, dan aku akhirnya bersembunyi di lemari persediaa n barang, menggelungkan tubuh di dekat peti berisi kap ur.
  “Kau hidup,” bisikku, kedua telapak tanganku menangkup pipiku, merasakan senyum di wajahku yang begitu lebar hingga membentuk seringai. Peeta hidup. Dan jadi pengkhianat. Tapi pada saat itu, aku tak peduli. Bukan apa yang dikatakannya, atau untuk siapa dia mengatakannya, tapi terutama dia masih mampu bicara.
  Beberapa lama kemudian, pintu terbuka dan seseorang masuk. Gale duduk berselonjor di sampingku, hidungnya meneteskan darah.
  “Apa yang terjadi?” tanyaku.
  “Aku menghalangi Boggs,” jawabnya sambil mengangkat bahu. Aku menggunakan lengan bajuku untuk menyeka darah di hidungnya. “Hati-hati!”
  Aku berusaha lebih lembut. Menyeka, bukan mengelapnya. “Yang mana dia?”
  “Oh, kau tahu. Kacung Coin yang jadi tangan kanannya. Yang berusaha menghentikanmu.” Gale mendorong tanganku menjauh. “Hentikan! Kau bisa membuatku mati kehabisan darah.”
  Tetesan darah sudah berubah menjadi aliran darah yang mengalir lancar. Aku menyerah tak mau lagi berusaha menolongnya. “Kau berkelahi dengan Boggs?”
  “Tidak, hanya menghalangi pintu ketika dia berusaha mengikutimu. Sikutnya menyangkut di hidungku,” kata Gale.
  “Mereka mungkin akan menghukummu,” kataku.
  “Sudah kok.” Gale mengangkat pergelangan tangannya. Aku memandanginya tak mengerti. “Coin mengambil alat komunikasiku.”
  Kugigit bibirku, berusaha untuk tetap serius. T
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

Trending Articles


Biodata Wak Mustar Juara Kilauan Emas 5


TONTON ONLINE MENCINTAIMU FULL EPISOD


Bintang Porno Malaysia dan Cerita Lucah


Bagaimana nak buat promosi yang targeted terus pada pembeli


Nesh Outdoor Water Filter


Hiking Bukit Gasing


Review Ladang Teh Boh Sungai Palas (Boh Tea Centre)


Bunga Kobis dan Broccoli Goreng Ala Mamak


Label Papan Kenyataan dalam Bilik Darjah


Kematian pelajar UNIMAS kehilangan besar, kata Fadzil

<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>