Cerita Misteri | Mockingjay | Serial The Hunger Games | Mockingjay | Suzanne Collins | Mockingjay pdf
Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
carakan Peeta. Mereka sudah mencoba beragam teknik. Tak pernah ada cara untuk menyembuhkannya. Dan sekarang mereka ingin aku menikahi Peeta demi propo?
Plutarch segera menenangkanku. “Oh, bukan, Katniss. Bu-kan pernikahanmu. Pernikahan Finnick dan Annie. Yang perlu kaulakukan hanyalah datang dan pura-pura bahagia untuk mereka.”
“Itu salah satu dari sedikit hal di mana aku tak perlu pura-pura, Plutarch,” kataku.
Hari-hari berikutnya berlalu diisi kegiatan yang berlangsung kabur di otakku ketika mereka merencanakan acara pernikah-an. Perbedaan-perbedaan antara Capitol dan 13 ditunjukkan dengan perbedaan tajam dalam acara tersebut. Saat Coin bicara soal “pernikahan” maksudnya adalah dua orang me-nandatangani selembar kertas dan mereka mendapat kompar-temen baru. Bagi Plutarch pernikahan artinya ratusan orang berpakaian bagus dalam perayaan tiga hari. Lucu rasanya me-lihat mereka tawar-menawar soal detail pernikahan. Plutarch harus tarik urat untuk setiap tamu, setiap nada dalam musik yang dipakai. Setelah Coin memveto acar a makan malam, hiburan, dan alkohol, Plutarch berteria k, “Apa gunanya propo jika tak seorang pun bersenang -senang!”
Sulit membuat ketua juri Pertarungan membuat rencana ber-dasarkan anggaran. Tapi perayaan sesederhana apa pun sudah menimbulkan kehebohan di 13, di sana mereka sepertinya tidak punya hiburan sama sekali. Ketika diumumkan bahwa anak-anak dibutuhkan untuk menyanyikan lagu pernikahan Distrik 4, nyaris semua anak-anak muncul mengajukan diri. Tak pernah ada kekurangan relawan untuk membuat dekorasi. Di ruang makan, orang-orang tampak bersemangat membicarakan acara tersebut.
Mungkin ini lebih dari sekadar pesta. Mungkin kami semua mendambakan ada sesuatu yang indah terjadi dan kami inin menjadi bagian dari keindahan itu. Itulah sebabnya ketika Plutarch naik pitam mengenai baju pengantin, aku mengajukan diri untuk mengajak Annie ke rumahku di 12, di sana Cinna meninggaikan banyak gaun malam di lemari penyimpanan besar di lantai bawah. Semua gaun pengantin yang dirancang Cinna untukku sudah dibawa ke Capitol, tapi ada beberapa pakaian yang kupakai di Tur Kemenangan. Aku agak sangsi soal Annie karena yang kutahu tentang dia cuma Finnick mencintainya dan semua orang menganggapnya gila. Di dalam pesawat ringan, aku memutuskan bahwa dia lebih bisa dibilang tidak stabil daripada gila. Dia tertawa di bagian obrolan yang salah lalu terdiam begitu saja. Mata hijaunya tertuju pada titik tertentu dengan intensitas yang berusaha kaupahami ketika yang dilihatnya hanyalah udara kosong. Kadang-kadang, tanpa alasan, kedua tangannya menekan telinganya seakan ingin menghalau suara yang menyakitkan. Baiklah, dia memang aneh, jika Finnick mencintainya, itu sudah cukup buatku.
Aku mendapat izin agar tim persiapanku ikut serta, jadi aku tidak perlu membuat keputusan-keputusan dalam bidang fashion. Ketika aku membuka lemari, kami Iangsung terdiam karena kehadiran Cinna terasa amat kuat dalam kain-kain yang terhampar di sana. Lalu Octavia jatuh berlutut, mengeluskan rok di lemari ke pipinya, kemudian menangis terisak. “Sudah lama sekali,” isaknya, “aku tidak melihat barang-barang indah,”
Meskipun ada keengganan dari sisi Coin bahwa pernikahan ini terlalu mewah dan dari sisi Piutarch yang bilang ini terlalu hemat, pernikahan tersebut jadi acara yang memukau. Tiga ratus tamu yang beruntung dipilih dari 13 dan banyak pengungsi yang memakai pakaian mereka sehari-hari, dekorasi-nya dibuat dari dedaunan musim gugur, musiknya berasal dari paduan suara anak-anak yang diiringi pemain biola yang berhasil lolos dari 12 dengan membawa biolanya. Jadi pernikahan ini sederhana, hemat kalau menurut standar Capitol. Tapi semua itu tidak penting karena tak ada yang bisa me-nyaingi keindahan pasangan pengantin. Bukan karena baju indah pinjaman—Annie memakai gaun sutra hijau yang ku-pakai di 5, Finnick memakai salah satu jas Peeta yang sudah disesuaikan ukura
http://cerita-silat.mywapblog.com
nnya—meskipun pakaian yang mereka pakai memesona. Siapa yang tidak bisa melihat betapa berbinarnya wajah pasangan pengantin ini, hingga nyaris berkilau saking terang binarnya? Dalton, peternak dari 10, menjadi pemimpin upacara pernikahan ini, karena tata cara Distrik 4 mirip de-ngan distriknya. Tapi ada sentuhan unik dari Distrik 4. jaring yang dianyam dari rumput-rumput panjang yang menaungi kepala pasangan pengantin selama mengucapkan janji mereka, saling menyentuh bibir satu sama lain dengan air laut, lagu pernikahan kuno, yang menyamakan pernikahan dengan perjalanan laut.
Tidak, aku tidak perlu berpura-pura bahagia untuk mereka.
Setelah ciuman yang mengesahkan ikatan pernikahan mereka, dan bersulang dengan sari buah apel, pemain biola memainkan nada yang membuat semua penduduk dari 12 menoleh. Kami mungkin distrik paling miskin dan paling kecil di Panem, tapi kami tahu caranya menari. Dalam jadwal acara pernikahan saat ini adalah acara bebas, tapi Plutarch yang mengatur propo dari ruang kendali, pasti berharap kami melakukan sesuatu. Dengan sigap, Greasy Sae menarik tangan Gale dan membawanya ke bagian tengah ruangan dan berdiri berhadapan dengannya. Orang-orang mulai bergabung denganya, membentuk dua baris. Dan tarian pun dimulai.
Aku berdiri di pinggir, bertepuk tangan sesuai irama, ketika sebuah tangan kurus mencubit bagian atas sikuku. Johanna mengomel padaku. “Kau mau melewatkan kesempatan menunjukkan tarianmu pada Snow?” Dia benar. Apa lagi yang bisa menyuarak an kemenangan Iebih lantang daripada Mockingjay yan g bahagia berputar menari diiringi musik? Aku melihat P rim di antara kerumunan orang. Karena malam-malam musim dingin memberi kami banyak waktu latihan, aku dan Prim adalah pasangan menari yang bagus. Aku mengabaikan kekuatiran Prim terhadap rusukku, dan kami ikut berbaris. Rusukku sakit, tapi kepuasan membayangkan Snow melihatku menari bersama adik perempuanku membuat rasa sakit itu lenyap tak berbekas.
Tarian mengubah kami. Kami mengajari ta mu-tamu dari Distrik 13 langkah-langkahnya. Kami berk eras memaksa pe-ngantin pria dan wanita ikut menari. Tangan-tangan yang ber-taut bergandengan membentu k lingkaran besar yang berputar dan orang-orang mem amerkan tarian dengan gerakan kaki. Sudah lama tak ada peristiwa yang konyol, menggembirakan, dan men yenangkan semacam ini. Tarian ini bisa berlangsung sep anjang malam jika tak ada acara terakhir yang direnca na-kan dalam propo Plutarch. Aku tidak tahu acara apa, tapi kudengar ini akan jadi kejutan.
Empat orang mendorong kue pengantin besar dari samping ruangan. Sebagian besar tamu mundur, memberi jalan pada kue pengantin indah berwarna biru-hijau, dengan lapisan berupa gelombang putih dengan ikan yang berenang dan perahu layar, anjing-anjing laut dan bunga-bunga laut. Tapi aku desakkan diriku melewati kerumunan orang untuk memastikan apa yang sudah kuketahui sejak pertama kali melihat kue tersebut. Sama pastinya seperti aku yakin pada bordiran yang ada di gaun Annie adalah hasil buatan tangan Cinna, bunga-bunga hiasan di kue itu adalah buatan tangan Peeta.
Mungkin ini cuma hal kecil, tapi hasilnya luar biasa. Haymitch menyimpan banyak rahasia dariku. Anak lelaki yang terakhir kulihat, yang menjerit-jerit, berusaha melepaskan diri dari ikatannya, takkan pernah bisa membuat kue semacam ini. Dia harus bisa fokus, menjaga tangannya tetap mantap, dan merancang sesuatu yang sempurna seperti ini untuk Finnick dan Annie. Seakan mengantisipasi reaksiku, Haymitch berdiri di sampingku.
“Mari kita bicara,” katanya. Di koridor, jauh dari kamera, aku bertanya, “Apa yang ter-jadi padanya?”
Haymitch menggeleng. “Aku tidak tahu. Tak seorang pun tahu. Kadang-kadang dia terlihat rasional, lalu tiba-tiba tanpa ada alasan, dia kumat lagi. Membuat kue seperti terapi untuk-nya. Dia sudah membuatnya selama berhari-hari. Melihatnya… dia tampak seperti sebelumnya.”
“Jadi dia sudah k
http://cerita-silat.mywapblog.com
Manusia Serigala - Abdullah Harahap Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek II The Feels A Fat - Windyasari S The Last Demigods - MrSeven07 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
carakan Peeta. Mereka sudah mencoba beragam teknik. Tak pernah ada cara untuk menyembuhkannya. Dan sekarang mereka ingin aku menikahi Peeta demi propo?
Plutarch segera menenangkanku. “Oh, bukan, Katniss. Bu-kan pernikahanmu. Pernikahan Finnick dan Annie. Yang perlu kaulakukan hanyalah datang dan pura-pura bahagia untuk mereka.”
“Itu salah satu dari sedikit hal di mana aku tak perlu pura-pura, Plutarch,” kataku.
Hari-hari berikutnya berlalu diisi kegiatan yang berlangsung kabur di otakku ketika mereka merencanakan acara pernikah-an. Perbedaan-perbedaan antara Capitol dan 13 ditunjukkan dengan perbedaan tajam dalam acara tersebut. Saat Coin bicara soal “pernikahan” maksudnya adalah dua orang me-nandatangani selembar kertas dan mereka mendapat kompar-temen baru. Bagi Plutarch pernikahan artinya ratusan orang berpakaian bagus dalam perayaan tiga hari. Lucu rasanya me-lihat mereka tawar-menawar soal detail pernikahan. Plutarch harus tarik urat untuk setiap tamu, setiap nada dalam musik yang dipakai. Setelah Coin memveto acar a makan malam, hiburan, dan alkohol, Plutarch berteria k, “Apa gunanya propo jika tak seorang pun bersenang -senang!”
Sulit membuat ketua juri Pertarungan membuat rencana ber-dasarkan anggaran. Tapi perayaan sesederhana apa pun sudah menimbulkan kehebohan di 13, di sana mereka sepertinya tidak punya hiburan sama sekali. Ketika diumumkan bahwa anak-anak dibutuhkan untuk menyanyikan lagu pernikahan Distrik 4, nyaris semua anak-anak muncul mengajukan diri. Tak pernah ada kekurangan relawan untuk membuat dekorasi. Di ruang makan, orang-orang tampak bersemangat membicarakan acara tersebut.
Mungkin ini lebih dari sekadar pesta. Mungkin kami semua mendambakan ada sesuatu yang indah terjadi dan kami inin menjadi bagian dari keindahan itu. Itulah sebabnya ketika Plutarch naik pitam mengenai baju pengantin, aku mengajukan diri untuk mengajak Annie ke rumahku di 12, di sana Cinna meninggaikan banyak gaun malam di lemari penyimpanan besar di lantai bawah. Semua gaun pengantin yang dirancang Cinna untukku sudah dibawa ke Capitol, tapi ada beberapa pakaian yang kupakai di Tur Kemenangan. Aku agak sangsi soal Annie karena yang kutahu tentang dia cuma Finnick mencintainya dan semua orang menganggapnya gila. Di dalam pesawat ringan, aku memutuskan bahwa dia lebih bisa dibilang tidak stabil daripada gila. Dia tertawa di bagian obrolan yang salah lalu terdiam begitu saja. Mata hijaunya tertuju pada titik tertentu dengan intensitas yang berusaha kaupahami ketika yang dilihatnya hanyalah udara kosong. Kadang-kadang, tanpa alasan, kedua tangannya menekan telinganya seakan ingin menghalau suara yang menyakitkan. Baiklah, dia memang aneh, jika Finnick mencintainya, itu sudah cukup buatku.
Aku mendapat izin agar tim persiapanku ikut serta, jadi aku tidak perlu membuat keputusan-keputusan dalam bidang fashion. Ketika aku membuka lemari, kami Iangsung terdiam karena kehadiran Cinna terasa amat kuat dalam kain-kain yang terhampar di sana. Lalu Octavia jatuh berlutut, mengeluskan rok di lemari ke pipinya, kemudian menangis terisak. “Sudah lama sekali,” isaknya, “aku tidak melihat barang-barang indah,”
Meskipun ada keengganan dari sisi Coin bahwa pernikahan ini terlalu mewah dan dari sisi Piutarch yang bilang ini terlalu hemat, pernikahan tersebut jadi acara yang memukau. Tiga ratus tamu yang beruntung dipilih dari 13 dan banyak pengungsi yang memakai pakaian mereka sehari-hari, dekorasi-nya dibuat dari dedaunan musim gugur, musiknya berasal dari paduan suara anak-anak yang diiringi pemain biola yang berhasil lolos dari 12 dengan membawa biolanya. Jadi pernikahan ini sederhana, hemat kalau menurut standar Capitol. Tapi semua itu tidak penting karena tak ada yang bisa me-nyaingi keindahan pasangan pengantin. Bukan karena baju indah pinjaman—Annie memakai gaun sutra hijau yang ku-pakai di 5, Finnick memakai salah satu jas Peeta yang sudah disesuaikan ukura
http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins
nnya—meskipun pakaian yang mereka pakai memesona. Siapa yang tidak bisa melihat betapa berbinarnya wajah pasangan pengantin ini, hingga nyaris berkilau saking terang binarnya? Dalton, peternak dari 10, menjadi pemimpin upacara pernikahan ini, karena tata cara Distrik 4 mirip de-ngan distriknya. Tapi ada sentuhan unik dari Distrik 4. jaring yang dianyam dari rumput-rumput panjang yang menaungi kepala pasangan pengantin selama mengucapkan janji mereka, saling menyentuh bibir satu sama lain dengan air laut, lagu pernikahan kuno, yang menyamakan pernikahan dengan perjalanan laut.
Tidak, aku tidak perlu berpura-pura bahagia untuk mereka.
Setelah ciuman yang mengesahkan ikatan pernikahan mereka, dan bersulang dengan sari buah apel, pemain biola memainkan nada yang membuat semua penduduk dari 12 menoleh. Kami mungkin distrik paling miskin dan paling kecil di Panem, tapi kami tahu caranya menari. Dalam jadwal acara pernikahan saat ini adalah acara bebas, tapi Plutarch yang mengatur propo dari ruang kendali, pasti berharap kami melakukan sesuatu. Dengan sigap, Greasy Sae menarik tangan Gale dan membawanya ke bagian tengah ruangan dan berdiri berhadapan dengannya. Orang-orang mulai bergabung denganya, membentuk dua baris. Dan tarian pun dimulai.
Aku berdiri di pinggir, bertepuk tangan sesuai irama, ketika sebuah tangan kurus mencubit bagian atas sikuku. Johanna mengomel padaku. “Kau mau melewatkan kesempatan menunjukkan tarianmu pada Snow?” Dia benar. Apa lagi yang bisa menyuarak an kemenangan Iebih lantang daripada Mockingjay yan g bahagia berputar menari diiringi musik? Aku melihat P rim di antara kerumunan orang. Karena malam-malam musim dingin memberi kami banyak waktu latihan, aku dan Prim adalah pasangan menari yang bagus. Aku mengabaikan kekuatiran Prim terhadap rusukku, dan kami ikut berbaris. Rusukku sakit, tapi kepuasan membayangkan Snow melihatku menari bersama adik perempuanku membuat rasa sakit itu lenyap tak berbekas.
Tarian mengubah kami. Kami mengajari ta mu-tamu dari Distrik 13 langkah-langkahnya. Kami berk eras memaksa pe-ngantin pria dan wanita ikut menari. Tangan-tangan yang ber-taut bergandengan membentu k lingkaran besar yang berputar dan orang-orang mem amerkan tarian dengan gerakan kaki. Sudah lama tak ada peristiwa yang konyol, menggembirakan, dan men yenangkan semacam ini. Tarian ini bisa berlangsung sep anjang malam jika tak ada acara terakhir yang direnca na-kan dalam propo Plutarch. Aku tidak tahu acara apa, tapi kudengar ini akan jadi kejutan.
Empat orang mendorong kue pengantin besar dari samping ruangan. Sebagian besar tamu mundur, memberi jalan pada kue pengantin indah berwarna biru-hijau, dengan lapisan berupa gelombang putih dengan ikan yang berenang dan perahu layar, anjing-anjing laut dan bunga-bunga laut. Tapi aku desakkan diriku melewati kerumunan orang untuk memastikan apa yang sudah kuketahui sejak pertama kali melihat kue tersebut. Sama pastinya seperti aku yakin pada bordiran yang ada di gaun Annie adalah hasil buatan tangan Cinna, bunga-bunga hiasan di kue itu adalah buatan tangan Peeta.
Mungkin ini cuma hal kecil, tapi hasilnya luar biasa. Haymitch menyimpan banyak rahasia dariku. Anak lelaki yang terakhir kulihat, yang menjerit-jerit, berusaha melepaskan diri dari ikatannya, takkan pernah bisa membuat kue semacam ini. Dia harus bisa fokus, menjaga tangannya tetap mantap, dan merancang sesuatu yang sempurna seperti ini untuk Finnick dan Annie. Seakan mengantisipasi reaksiku, Haymitch berdiri di sampingku.
“Mari kita bicara,” katanya. Di koridor, jauh dari kamera, aku bertanya, “Apa yang ter-jadi padanya?”
Haymitch menggeleng. “Aku tidak tahu. Tak seorang pun tahu. Kadang-kadang dia terlihat rasional, lalu tiba-tiba tanpa ada alasan, dia kumat lagi. Membuat kue seperti terapi untuk-nya. Dia sudah membuatnya selama berhari-hari. Melihatnya… dia tampak seperti sebelumnya.”
“Jadi dia sudah k
http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins