Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
The Brethren - John Grisham Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins Balthasar's Odyssey - Nama Tuhan Yang Keseratus - Amin Maalouf Berita Eksklusif - Exclusive - Sandra Brown
Pulau-pulau di depan juga berfungsi sebagai basis
pertahanan Lam Hay Bun. Bahkan di masing-masing
pulau terdapat Barisan Warna-Warni Lam Hay Bun
yang cukup disegani oleh Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay,
Kaypang dan Lembah Pualam Hijau. Barisan di semua
pulau, justru terlatih dengan kemampuan yang sama
hebatnya, kecuali barisan utama yang berada di
Markas Utama. Garis pertahanan Lam Hay Bun bukan
hanya Barisan Warna Warni, tetapi justru pasukan air
yang sangat terlatih baik bertarung di atas air/perahu
atau daratan, maupun dalam air. Pasukan Bajak Laut
Lam Hay Bun dahulu sangat disegani dan pasukan ini
masih tetap dipertahankan meski pekerjaan bajak
laut tidak lagi yang utama. Maka, Lam Hay Bun
adalah kekuatan luar biasa di gugus pulau yang hidup
cukup sejahtera itu.
Karena itu, untuk memasuki Lam Hay Bun atau
menembus Markas Utamanya, adalah pekerjaan yang
luar biasa sulitnya. Hal yang wajar, karena mereka
hidup dari pekerjaan "Nelayan" dan juga pekerjaan
yang menjadi tradisi mereka yakni merampok di
Lautan. Pekerjaan terakhir ini, perlahan mulai
ditinggalkan di masa Lamkiong Bu Sek, terutama
karena mereka bisa menjual ikan dengan harga yang
layak di dunia ramai. Memasuki markas utama,
kekuatan yang terpusat akan datang dari tokoh-tokoh
utama yang memiliki kepandaian luar biasa. Bagi
bajak kebanyakan, kepandaian tokoh Lam Hay Bun
sangatlah ajaib dan mujijat, karena itu nyaris tidak
ada kekuatan di lautan yang berani mendekati Lam
Hay Bun. Itulah sebabnya populasi Lam Hay Bun
justru bertambah dan semakin lama semakin
sejahtera dengan kombinasi hidup sebagai nelayan di
lautan, bercocok tanam di daratan dan sesekali
merampok.
Tocu terkini, Lamkiong Bu Sek sudah berusia sekitar
60 tahunan, mungkin lebih. Dia diasuh lebih banyak
oleh kakeknya dan juga kakek buyutnya, karena
ayahnya meninggal sebelum mencapai usia 40
tahunan. Meski mundur sebagai Tocu, Lamkiong Bouw
justru menemukan kesenangan tersendiri dalam
melatih diri dan terlebih lagi melatih cucu-cucu dan
keponakannya. Kesenangan ini melebihi kesenangan
ayahnya yang sama-sama tidak lagi mencampuri
urusan Lam Hay Bun dalam keseharian mereka. Baru
pada masa menjelang kematiannya Lamkiong Bun
Ouw memutuskan mewariskan kemampuan
utamanya kepada buyutnya, putra dari Lamkiong Bu
Sek, Lamkiong Tiong Hong dan Lamkiong Sian Li.
Benar, Kakek sakti ini juga sempat melatih Putra Liu
Soan Li dan Liu Kong, tetapi warisan tenaga intinya
diperuntukkan bagi Sian Li dan terutama Tiong Hong.
Wajar, karena keduanya adalah pewaris marga
LAMKIONG yang adalah garis keturunan Lam Hay Bun.
Ditinjau dari banyak segi, kehidupan Lam Hay Bun
bagaikan RAJA DIRAJA di daerah mereka. Tak
tersentuh lawan atau bahkan nyaris tidak ada lawan
yang berani masuk dan mendekati daerah mereka.
Belum lagi mencapai markas, lawan-lawan sudah
berhadapan dengan kekuatan luar yang hebat, baik
kekuatan dalam air maupun kekuatan perang Bajak
Laut Lam Hay Bun yang sudah lama merajai dan
menghantui Lautan Selatan. Lautan Selatan adalah
Lam Hay Bun, begitu semboyan semua penghuni Lam
Hay Bun. Semboyan yang selalu ditanamkan kepada
penghuninya, bahkan ketika mereka masih kecil
sekalipun. Kondisi seperti ini sudah berlangsung cukup
lama, sudah puluhan tahun lamanya. Atau bahkan
sudah ratusan tahun. Kondisi yang membuat Lam Hay
Bun melebarkan area kelananya ke daratan karena
tidak ada lawan sepadan di lautan.
Sebagaimana hari-hari biasanya, pantai belakang
yang menghadap Lautan Lepas sedang berkecamuk
angin dengan kecepatan tinggi dan menciptakan
ombak-ombak besar lebih dari 3 meteran. Dilihat dari
jauh, gelombang itu bagai berkejar-kejaran untuk
pecah di pantai. Tetapi, di bagian lain ombak-ombak
besar itu bergantian menghantam secara deras
tebing-tebing pantai pulau utama dan juga pulau-
pulau pelindung lainnya yang lebih kecil. Ombak-
ombak itu datang silih berganti seakan bernafsu untuk
menggedor tebalnya tebing pelindung pulau yang
terdiri atas bebatuan dan karang ya
http://cerita-silat.mywapblog.com
ng terlihat tajam
memutih.
Dan begitulah keseharian di gugus pulau Lam Hay Bun
itu. Angin kencang datang setiap tahun, setiap saat
dan tidak pernah berhenti. Selalu dan selalu demikian
setiap saat. Maka, mencari ombak dan deburan
ombak yang begitu besar tiada hentinya, datanglah
ke bagian belakang pulau utama, karena akan
banyak ditemukan disana. Tergantung kerasnya angin.
Karena semakin keras angin maka semakin besar
pula ombak yang datang memukul tepian dan tebing-
tebing karang pulau. Dan karena demikian setiap hari,
maka debur ombak dan benturannya dengan tebing
menjadi irama keseharian yang seakan tidak pernah
berubah. Jika demikian, siapa pula yang punya
keinginan memasuki pulau dari area itu?
Dengan keadaan Gugus Pulau Lam Hay Bun seperti
itu, siapa pula lawan yang masih berniat menyusup
masuk? Apalagi jika hanya sekelas bajak laut biasa.
Baru menghadapi gelombang laut selatan saja sudah
merupakan persoalan tersendiri. Maka tidak heran
Lam Hay Bun terbiasa dengan keadaan "terlindung"
baik oleh keadaan alam, maupun karena kehebatan
penjagaan mereka. Sejak dahulu kala, yang mampu
masuk hanyalah tokoh-tokoh hebat dari Pulau Naga
Api dan Pulau Awan Putih. Itupun karena adanya
perjanjian antara mereka untuk pibu atau
pertandingan. Dan juga hanya terbatas 1-2 orang
belaka, tidak pernah sanggup banyak orang sampai
masuk. Terus ada juga seorang atau dua orang dari
Tionggoan yang sanggup masuk hingga ke pulau
utama tanpa ketahuan.
Boleh dibilang, Lam Hay Bun memang sangat aman
dan terus merasa aman hingga saat ini. Tapi, apakah
memang demikian seterusnya? Entahlah.
Yang pasti lewat tengah malam terlihat sesuatu yang
sedang mendekat dari arah yang tak akan pernah
diduga siapapun, termasuk diduga oleh tokoh Lam
Hay Bun sekalipun. Sangat jarang, hanya tokoh
bermarga LAMKIONG belaka yang paham bahwa
bagian belakang yang menghadap LAUT LEPAS bukan
hanya mengandalkan penjagaan biasa. Pertama
adalah barisan gelombang tinggi yang sangat besar
dan susah ditembus orang biasa. Penjagaan
selanjutnya dan terutama, justru dilakukan oleh
SESEPUH mereka, Lamkiong Bun Ouw yang bertapa
disana sejak puluhan tahun silam. Selama puluhan
tahun terakhir, bagian belakang sisi kanan diisi oleh
Lamkiong Bun Ouw sementara sebelah sisi kiri diisi
oleh Lamkiong Bouw. Dan sesuatu yang mendekat itu,
justru menuju ke sisi kanan yang diisi Lamkiong Bun
Ouw. Hanya saja, tokoh ini baru beberapa waktu lalu
meninggal.
Mengapa secara sengaja para pendatang itu
menempuh sisi kanan? Dan datang di waktu malam
pekat pula? Dan kelihatannya tahu pula jika sisi itu
sudah ditinggal seseorang yang untuk waktu yang
sangat panjang memberi rasa aman bagi LAM HAY
BUN? Entahlah, kita ikuti saja.
Yang pasti, kapal sederhana yang terombang-ambing
dan tidak terlihat ada orangnya dari luar, terus dan
terus saja menuju ke bagian bawah tebing. Dalam
keadaan yang wajar, tidak akan ada orang yang mau
menuju bagian bawah tebing pulau terluar gugusan
Lam Hay Bun di bagian barat tersebut. Pertama,
keadaan di bawah tebing pasti penuh gejolak; Kedua,
belum tentu ada pijakan yang nyaman jika memang
harus mendarat atau turun dari perahu disana; Tetapi,
justru kesana arah kapal sederhana itu pergi atau
mengarah.
Dan kapal yang susah terlacak karena gelap dan juga
tidak terlihat ada cahaya dan otomatis tak terlihat
adanya bayangan manusia; terus saja mengarah ke
bawah tebing yang sangat terjal itu. Terus dan terus.
Dan ketika kemungkinan tertangkap mata dari tebing
bagian atas nyaris tidak ada lagi, kapal sederhana
yang tadinya oleng kekiri dan kekanan dihajar
gelombang lautan, terlihat menjadi lebih k okoh. Tidak
lagi oleng kekiri dan kekanan tak berdaya, tetapi kini
seperti sedang dikendalikan kekuatan luar biasa untuk
mengakali dan mengungguli gejolak air laut.
Dan hebatnya, kapal sederhana itu seperti tahu
bahwa justru di bawah tebing itu ada terdapat
tempat yang cukup memadai untuk manusia
menginjakkan
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Brethren - John Grisham Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins Balthasar's Odyssey - Nama Tuhan Yang Keseratus - Amin Maalouf Berita Eksklusif - Exclusive - Sandra Brown
Pulau-pulau di depan juga berfungsi sebagai basis
pertahanan Lam Hay Bun. Bahkan di masing-masing
pulau terdapat Barisan Warna-Warni Lam Hay Bun
yang cukup disegani oleh Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay,
Kaypang dan Lembah Pualam Hijau. Barisan di semua
pulau, justru terlatih dengan kemampuan yang sama
hebatnya, kecuali barisan utama yang berada di
Markas Utama. Garis pertahanan Lam Hay Bun bukan
hanya Barisan Warna Warni, tetapi justru pasukan air
yang sangat terlatih baik bertarung di atas air/perahu
atau daratan, maupun dalam air. Pasukan Bajak Laut
Lam Hay Bun dahulu sangat disegani dan pasukan ini
masih tetap dipertahankan meski pekerjaan bajak
laut tidak lagi yang utama. Maka, Lam Hay Bun
adalah kekuatan luar biasa di gugus pulau yang hidup
cukup sejahtera itu.
Karena itu, untuk memasuki Lam Hay Bun atau
menembus Markas Utamanya, adalah pekerjaan yang
luar biasa sulitnya. Hal yang wajar, karena mereka
hidup dari pekerjaan "Nelayan" dan juga pekerjaan
yang menjadi tradisi mereka yakni merampok di
Lautan. Pekerjaan terakhir ini, perlahan mulai
ditinggalkan di masa Lamkiong Bu Sek, terutama
karena mereka bisa menjual ikan dengan harga yang
layak di dunia ramai. Memasuki markas utama,
kekuatan yang terpusat akan datang dari tokoh-tokoh
utama yang memiliki kepandaian luar biasa. Bagi
bajak kebanyakan, kepandaian tokoh Lam Hay Bun
sangatlah ajaib dan mujijat, karena itu nyaris tidak
ada kekuatan di lautan yang berani mendekati Lam
Hay Bun. Itulah sebabnya populasi Lam Hay Bun
justru bertambah dan semakin lama semakin
sejahtera dengan kombinasi hidup sebagai nelayan di
lautan, bercocok tanam di daratan dan sesekali
merampok.
Tocu terkini, Lamkiong Bu Sek sudah berusia sekitar
60 tahunan, mungkin lebih. Dia diasuh lebih banyak
oleh kakeknya dan juga kakek buyutnya, karena
ayahnya meninggal sebelum mencapai usia 40
tahunan. Meski mundur sebagai Tocu, Lamkiong Bouw
justru menemukan kesenangan tersendiri dalam
melatih diri dan terlebih lagi melatih cucu-cucu dan
keponakannya. Kesenangan ini melebihi kesenangan
ayahnya yang sama-sama tidak lagi mencampuri
urusan Lam Hay Bun dalam keseharian mereka. Baru
pada masa menjelang kematiannya Lamkiong Bun
Ouw memutuskan mewariskan kemampuan
utamanya kepada buyutnya, putra dari Lamkiong Bu
Sek, Lamkiong Tiong Hong dan Lamkiong Sian Li.
Benar, Kakek sakti ini juga sempat melatih Putra Liu
Soan Li dan Liu Kong, tetapi warisan tenaga intinya
diperuntukkan bagi Sian Li dan terutama Tiong Hong.
Wajar, karena keduanya adalah pewaris marga
LAMKIONG yang adalah garis keturunan Lam Hay Bun.
Ditinjau dari banyak segi, kehidupan Lam Hay Bun
bagaikan RAJA DIRAJA di daerah mereka. Tak
tersentuh lawan atau bahkan nyaris tidak ada lawan
yang berani masuk dan mendekati daerah mereka.
Belum lagi mencapai markas, lawan-lawan sudah
berhadapan dengan kekuatan luar yang hebat, baik
kekuatan dalam air maupun kekuatan perang Bajak
Laut Lam Hay Bun yang sudah lama merajai dan
menghantui Lautan Selatan. Lautan Selatan adalah
Lam Hay Bun, begitu semboyan semua penghuni Lam
Hay Bun. Semboyan yang selalu ditanamkan kepada
penghuninya, bahkan ketika mereka masih kecil
sekalipun. Kondisi seperti ini sudah berlangsung cukup
lama, sudah puluhan tahun lamanya. Atau bahkan
sudah ratusan tahun. Kondisi yang membuat Lam Hay
Bun melebarkan area kelananya ke daratan karena
tidak ada lawan sepadan di lautan.
Sebagaimana hari-hari biasanya, pantai belakang
yang menghadap Lautan Lepas sedang berkecamuk
angin dengan kecepatan tinggi dan menciptakan
ombak-ombak besar lebih dari 3 meteran. Dilihat dari
jauh, gelombang itu bagai berkejar-kejaran untuk
pecah di pantai. Tetapi, di bagian lain ombak-ombak
besar itu bergantian menghantam secara deras
tebing-tebing pantai pulau utama dan juga pulau-
pulau pelindung lainnya yang lebih kecil. Ombak-
ombak itu datang silih berganti seakan bernafsu untuk
menggedor tebalnya tebing pelindung pulau yang
terdiri atas bebatuan dan karang ya
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
ng terlihat tajam
memutih.
Dan begitulah keseharian di gugus pulau Lam Hay Bun
itu. Angin kencang datang setiap tahun, setiap saat
dan tidak pernah berhenti. Selalu dan selalu demikian
setiap saat. Maka, mencari ombak dan deburan
ombak yang begitu besar tiada hentinya, datanglah
ke bagian belakang pulau utama, karena akan
banyak ditemukan disana. Tergantung kerasnya angin.
Karena semakin keras angin maka semakin besar
pula ombak yang datang memukul tepian dan tebing-
tebing karang pulau. Dan karena demikian setiap hari,
maka debur ombak dan benturannya dengan tebing
menjadi irama keseharian yang seakan tidak pernah
berubah. Jika demikian, siapa pula yang punya
keinginan memasuki pulau dari area itu?
Dengan keadaan Gugus Pulau Lam Hay Bun seperti
itu, siapa pula lawan yang masih berniat menyusup
masuk? Apalagi jika hanya sekelas bajak laut biasa.
Baru menghadapi gelombang laut selatan saja sudah
merupakan persoalan tersendiri. Maka tidak heran
Lam Hay Bun terbiasa dengan keadaan "terlindung"
baik oleh keadaan alam, maupun karena kehebatan
penjagaan mereka. Sejak dahulu kala, yang mampu
masuk hanyalah tokoh-tokoh hebat dari Pulau Naga
Api dan Pulau Awan Putih. Itupun karena adanya
perjanjian antara mereka untuk pibu atau
pertandingan. Dan juga hanya terbatas 1-2 orang
belaka, tidak pernah sanggup banyak orang sampai
masuk. Terus ada juga seorang atau dua orang dari
Tionggoan yang sanggup masuk hingga ke pulau
utama tanpa ketahuan.
Boleh dibilang, Lam Hay Bun memang sangat aman
dan terus merasa aman hingga saat ini. Tapi, apakah
memang demikian seterusnya? Entahlah.
Yang pasti lewat tengah malam terlihat sesuatu yang
sedang mendekat dari arah yang tak akan pernah
diduga siapapun, termasuk diduga oleh tokoh Lam
Hay Bun sekalipun. Sangat jarang, hanya tokoh
bermarga LAMKIONG belaka yang paham bahwa
bagian belakang yang menghadap LAUT LEPAS bukan
hanya mengandalkan penjagaan biasa. Pertama
adalah barisan gelombang tinggi yang sangat besar
dan susah ditembus orang biasa. Penjagaan
selanjutnya dan terutama, justru dilakukan oleh
SESEPUH mereka, Lamkiong Bun Ouw yang bertapa
disana sejak puluhan tahun silam. Selama puluhan
tahun terakhir, bagian belakang sisi kanan diisi oleh
Lamkiong Bun Ouw sementara sebelah sisi kiri diisi
oleh Lamkiong Bouw. Dan sesuatu yang mendekat itu,
justru menuju ke sisi kanan yang diisi Lamkiong Bun
Ouw. Hanya saja, tokoh ini baru beberapa waktu lalu
meninggal.
Mengapa secara sengaja para pendatang itu
menempuh sisi kanan? Dan datang di waktu malam
pekat pula? Dan kelihatannya tahu pula jika sisi itu
sudah ditinggal seseorang yang untuk waktu yang
sangat panjang memberi rasa aman bagi LAM HAY
BUN? Entahlah, kita ikuti saja.
Yang pasti, kapal sederhana yang terombang-ambing
dan tidak terlihat ada orangnya dari luar, terus dan
terus saja menuju ke bagian bawah tebing. Dalam
keadaan yang wajar, tidak akan ada orang yang mau
menuju bagian bawah tebing pulau terluar gugusan
Lam Hay Bun di bagian barat tersebut. Pertama,
keadaan di bawah tebing pasti penuh gejolak; Kedua,
belum tentu ada pijakan yang nyaman jika memang
harus mendarat atau turun dari perahu disana; Tetapi,
justru kesana arah kapal sederhana itu pergi atau
mengarah.
Dan kapal yang susah terlacak karena gelap dan juga
tidak terlihat ada cahaya dan otomatis tak terlihat
adanya bayangan manusia; terus saja mengarah ke
bawah tebing yang sangat terjal itu. Terus dan terus.
Dan ketika kemungkinan tertangkap mata dari tebing
bagian atas nyaris tidak ada lagi, kapal sederhana
yang tadinya oleng kekiri dan kekanan dihajar
gelombang lautan, terlihat menjadi lebih k okoh. Tidak
lagi oleng kekiri dan kekanan tak berdaya, tetapi kini
seperti sedang dikendalikan kekuatan luar biasa untuk
mengakali dan mengungguli gejolak air laut.
Dan hebatnya, kapal sederhana itu seperti tahu
bahwa justru di bawah tebing itu ada terdapat
tempat yang cukup memadai untuk manusia
menginjakkan
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall