Cerita Silat | Perempuan Jahanam | Serial Pendekar Mabuk | Perempuan Jahanam | Cersil Sakti | Perempuan Jahanam pdf
Pasir Maut - Karl May Si Pemaki Tuhan - Karl May Surat Kecil Untuk Tuhan Perserikatan Naga Api - Stevanus S.P Going to Heaven - Mohammad Ikhsan Kurnia
SEBUAH kedai yang mempunyai dua lantai menjadi kebanggaan masyarakat Desa Cacaban. Kedai itu kedai terbesar dibanding kedal-kedai di empat desa dalam wiiayah Kadipaten Suryatama.
pemiliknya bekas saudagar yang bangkrut akibat perjudian sabung ayam. Saudagar itu bernama
Kopayah. dulu sering dipanggii Tuan Ko. la berdarah campuran: ibunya bakul pecel dari Tanah Jawa
dan ayahnya pengelana dari Tiongkok. Keduanya
sudah meninggal. dan Kopayah tidak ikut meninggal. ia punya pendirian sendiri. sehingga sampai
usia enam puluh lima tahun masih tetap awet muda.
Kedai itu cukup ramai. Setiap hari banyak pengunjung yang berdatangan silih berganti. Selain
memang harga makanan dan minuman dl sini- memang lebih murah dibanding harga pasar', bangunan
tinggi itu ternyata juga bukan untuk usaha kedai
saja. melainkan mempunyai kamar-kamar sewaan.
Lantai atas adalah lantai kamar sewaan, sedangkan
lantai bawah khusus untuk kedai. Jadi bangunan itu
selain kedai juga merangkap penginapan. Lengkap
dengan surat Izinnya yang dipasang di pintu masuk
kedai.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Desa Cacaban murupakan pintu gerbang menuju kadipaten Suryatama. Bukan hal aneh jika usaha
penginapan di desa itu cukup laris Sebab Kadipaten 'Suryatama adalah pusat perdagangan di masa
itu. Para pendatang dari arah laut selalu melewati
desa tersebut. Atau orang yang mau tinggalkan Kadipaten Suryatama untuk menyeberangan pulau selalu
melewati desa itu-
Selain para pendatang yang makan dan bermalam di kedainya Kopayah, para tokoh dunia persilatan pun banyak yang singgah baik hanya sekedar untuk makan dan minum atau untuk bermalam
sekalian.
Salah satu tamu yang duduk di kedai pada hari
itu adalah Pemuda tampan berambut lurus
tapi lemas sepanjang pundak. Rambut itu dilepas
tanpa ikat kepala, sehingga jika nnenunduk sedikit
beberap helai rambut meriap menutupi wajah tanpan tersebut.
Dengan-mengenakan baju tanpa lengan warna
coklat dan. bercelana putih berlilit Ikat pinggang merah,
bentuk tubuh pemuda tersebut kelihatan kekar dan
tegap. Sebatang bambu tempat tunak berada di sampingnya. Bumbang tuak itulah yarg menjadi ciri
khas penampilan si pemuda. sehingga dlkagumi oleh
banyak orang. walaupun sl pemuda Itu sendiri belum tentu mengenal mereka.
Pemuda itu tak lain adalah Pendekar mabuk
alias Suta sinting, muridnya Gila Tuak dan bidadari
Jalang. Sebagian orang menjulukinya” si Tabib Darah Tuak, karena setiap tuak yang masuk dan tersim-
http://cerita-silat.mywapblog.com
pan dl dalam bumbungnya itu akan berubah menjadi
obat mujarab, sehingga dapat untuk sembuhkan
orang sakit; baik sakit karena senjata tajam, pukulan
tenaga dalam, maupun sakit karena racun. Tapi untuk orang menderita sakit hati, jatuh miskin ataupun kanker (kantong kering maksudnya) tak bisa disembuhkan dengan tuak sakti tersebut.
Bumbung tuak sudah terisi penuh, namun Suto
sinting masih memesan sepoci tuak untuk diminum
disitu. Selain minum tuak disitu. Suto juga menyantap ketan bakar, pisang goreng, tahu isi, nasi 'jagung, ubi rebus, singkong goreng. tempe bacem.
kerupuk udang, pepes teri. dan... pokoknya apa saja
yang ada di meja disikatnya, termasuk onde-onde,
bakpau serta kue pancong.
"Rakus -amat ! gerutu seorang pembeli kepada
temannya sambil melirik ke arau Pendekar mabuk.
"mungkin perutnya terbuat dari karet. jadi mampu menampung makanan sebanyak itu," ujar temannya dengan pelan juga.
Persoalannya bukan karena Pendekar Mabuk
adalah pemuda yang rakus. tapi makanan sebanyak
Itu sangat dibutuhkan oleh tubuhnya yang sudah
lima hari tidak menelan makanan apa-apa. Maklum.
Suto habis terserang sakit panas-dingin yang tak
bisa disembuhkan memakai tuak saktinya, sebab
panas-dinginnya itu akibat rasa rindu yang tak tersampaikan.
Rasa rindu kepada kekasihnya; Dyah Sariningrum. yang menjadt ratu di negeri Puri Gerbang Surgawi dengan gelar Gusti mahkota Sejati itu. menim-
http://cerita-silat.mywapblog.com
bulkan kegelisahan besar yang ;melemahkan kesehatannya. Rasa rindu itu juga mengaklbatkan Suto
ingin pergi ke Puri Gerbang Surgawi. tetapi di perjalanan ia bertemu dengan seorang gadis yang wajahnya sangat mirip dengan Dyah Sariningrum. Bahkan
dulu Suto hampir saja jatuh cinta kepada gadis itu
karena kemiripannya dengan Dyah Sarlnlngrum' itu.
Gadis tersebut tak iain adaiah Salju Kelana. la
adalah gadis cantik berpikiran dewasa. Usianya sekitar dua puluh empat tahun. tapi penampilannya
mirip janda genit dan menggairahkan. Salju Kelana
menyukai pakaian jubah putih sutera dengan pinJung penutup dada yang montok itu berwarna ungu.
.Jika tersenyum ada lesung pipit di sudut bibirnya,
persis Dyah Sariningrum, (Baca serial pendekar Mabuk dalam episode: 'Rencong Pemburu Tabib)
Sebelum Suto sinting tiba dl kedainya Kopayah,
ia sempat terilhat perkara dengan Salju Kelana. Perkaranya ringan ringan saja. tapi bikin hati Suto jengkel setengah mati.
Saiju Kelana bertarung dengan dua lelaki bertampang angker. Mreka adaiah Gadaloya dan Paludoya. Kakak-beradik itu mempunyai badan besar
dan perangai yang kasar. Mereka adalah murid-murid Perguruan Sayap Kiri. yang baru saja diwisuda sebagai Ksatria Tanpa Tanding.
Hanya gelarnya saja yang ksatria. tapi sikap dan
perilakunya sama sekali non ksatrla alias brengsek.
ilmunya memang cukup lumayan. Keduanya sama-sama sukar dibunuh. Jika yang satu mati, maka yang
satunya lagi meludahl, dan yang mati itu bisa hidup
http://cerita-silat.mywapblog.com
kembali. Tak heran jika gadaloya dan Paludoya sama-sama sering menyebut diri mereka sebagai
Malaikat Ludah Bacin, dan ternyata sebutan itu lebih
dikenal ketimbang gelar Ksatria Tanpa Tanding-nya.
Melihat Salju Kelana bentrok dengan Malaikat
Ludah Bacin, Suto sinting merasa seperti melihat
kekasihnya; Dyah Sariningrum, diganggu orang.
maka timbullah hawa marah Suto kepada Malaikat
Ludah Bacin.
Dari ketinggian tebing, Suto sinting nekat terjun
ke bawah menggunakan jurus 'Gerak Siluman-nya
yang kecepatannya melebihi anak panah lepas dari
busur itu. Zlaaap...
Padahal tebing itu sangat tinggi. tapi Suto nekat
melompat turun tanpa memikirkan bahaya apa pun.
memang begitulah Suto, sering nekat tanpa pikir
panjang. Sebab kalau tidak berani begitu dan terlalu
banyak perhitungan, bukan 'Suto sinting' namanya,
tapi 'Suto Perhitungan'.
Malaikat Ludah Bacin hampir saja celakakan
nyawa Salju Kelana. Paludoya berhasil menghantam
punggung Salju Kelana dengan toya besi berujung
bundar seperti tiang bendera itu. Toya besi yang
dialiri tenaga dalam menyodok punggung Salju Kelana. ketika gadis itu kerepotan menghadapi tendangan beruntun si Gadaloya.
Duuk....
Begitu ujung bundarnya tersebut menyodok
punggung Salju Kelana, kontan tubuh gadis itu mengepulkan asap putih. tepat di bagian yang terkena
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pasir Maut - Karl May Si Pemaki Tuhan - Karl May Surat Kecil Untuk Tuhan Perserikatan Naga Api - Stevanus S.P Going to Heaven - Mohammad Ikhsan Kurnia
SEBUAH kedai yang mempunyai dua lantai menjadi kebanggaan masyarakat Desa Cacaban. Kedai itu kedai terbesar dibanding kedal-kedai di empat desa dalam wiiayah Kadipaten Suryatama.
pemiliknya bekas saudagar yang bangkrut akibat perjudian sabung ayam. Saudagar itu bernama
Kopayah. dulu sering dipanggii Tuan Ko. la berdarah campuran: ibunya bakul pecel dari Tanah Jawa
dan ayahnya pengelana dari Tiongkok. Keduanya
sudah meninggal. dan Kopayah tidak ikut meninggal. ia punya pendirian sendiri. sehingga sampai
usia enam puluh lima tahun masih tetap awet muda.
Kedai itu cukup ramai. Setiap hari banyak pengunjung yang berdatangan silih berganti. Selain
memang harga makanan dan minuman dl sini- memang lebih murah dibanding harga pasar', bangunan
tinggi itu ternyata juga bukan untuk usaha kedai
saja. melainkan mempunyai kamar-kamar sewaan.
Lantai atas adalah lantai kamar sewaan, sedangkan
lantai bawah khusus untuk kedai. Jadi bangunan itu
selain kedai juga merangkap penginapan. Lengkap
dengan surat Izinnya yang dipasang di pintu masuk
kedai.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pendekar Mabuk - 71. Perempuan Jahanam
Desa Cacaban murupakan pintu gerbang menuju kadipaten Suryatama. Bukan hal aneh jika usaha
penginapan di desa itu cukup laris Sebab Kadipaten 'Suryatama adalah pusat perdagangan di masa
itu. Para pendatang dari arah laut selalu melewati
desa tersebut. Atau orang yang mau tinggalkan Kadipaten Suryatama untuk menyeberangan pulau selalu
melewati desa itu-
Selain para pendatang yang makan dan bermalam di kedainya Kopayah, para tokoh dunia persilatan pun banyak yang singgah baik hanya sekedar untuk makan dan minum atau untuk bermalam
sekalian.
Salah satu tamu yang duduk di kedai pada hari
itu adalah Pemuda tampan berambut lurus
tapi lemas sepanjang pundak. Rambut itu dilepas
tanpa ikat kepala, sehingga jika nnenunduk sedikit
beberap helai rambut meriap menutupi wajah tanpan tersebut.
Dengan-mengenakan baju tanpa lengan warna
coklat dan. bercelana putih berlilit Ikat pinggang merah,
bentuk tubuh pemuda tersebut kelihatan kekar dan
tegap. Sebatang bambu tempat tunak berada di sampingnya. Bumbang tuak itulah yarg menjadi ciri
khas penampilan si pemuda. sehingga dlkagumi oleh
banyak orang. walaupun sl pemuda Itu sendiri belum tentu mengenal mereka.
Pemuda itu tak lain adalah Pendekar mabuk
alias Suta sinting, muridnya Gila Tuak dan bidadari
Jalang. Sebagian orang menjulukinya” si Tabib Darah Tuak, karena setiap tuak yang masuk dan tersim-
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pendekar Mabuk - 71. Perempuan Jahanam
pan dl dalam bumbungnya itu akan berubah menjadi
obat mujarab, sehingga dapat untuk sembuhkan
orang sakit; baik sakit karena senjata tajam, pukulan
tenaga dalam, maupun sakit karena racun. Tapi untuk orang menderita sakit hati, jatuh miskin ataupun kanker (kantong kering maksudnya) tak bisa disembuhkan dengan tuak sakti tersebut.
Bumbung tuak sudah terisi penuh, namun Suto
sinting masih memesan sepoci tuak untuk diminum
disitu. Selain minum tuak disitu. Suto juga menyantap ketan bakar, pisang goreng, tahu isi, nasi 'jagung, ubi rebus, singkong goreng. tempe bacem.
kerupuk udang, pepes teri. dan... pokoknya apa saja
yang ada di meja disikatnya, termasuk onde-onde,
bakpau serta kue pancong.
"Rakus -amat ! gerutu seorang pembeli kepada
temannya sambil melirik ke arau Pendekar mabuk.
"mungkin perutnya terbuat dari karet. jadi mampu menampung makanan sebanyak itu," ujar temannya dengan pelan juga.
Persoalannya bukan karena Pendekar Mabuk
adalah pemuda yang rakus. tapi makanan sebanyak
Itu sangat dibutuhkan oleh tubuhnya yang sudah
lima hari tidak menelan makanan apa-apa. Maklum.
Suto habis terserang sakit panas-dingin yang tak
bisa disembuhkan memakai tuak saktinya, sebab
panas-dinginnya itu akibat rasa rindu yang tak tersampaikan.
Rasa rindu kepada kekasihnya; Dyah Sariningrum. yang menjadt ratu di negeri Puri Gerbang Surgawi dengan gelar Gusti mahkota Sejati itu. menim-
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pendekar Mabuk - 71. Perempuan Jahanam
bulkan kegelisahan besar yang ;melemahkan kesehatannya. Rasa rindu itu juga mengaklbatkan Suto
ingin pergi ke Puri Gerbang Surgawi. tetapi di perjalanan ia bertemu dengan seorang gadis yang wajahnya sangat mirip dengan Dyah Sariningrum. Bahkan
dulu Suto hampir saja jatuh cinta kepada gadis itu
karena kemiripannya dengan Dyah Sarlnlngrum' itu.
Gadis tersebut tak iain adaiah Salju Kelana. la
adalah gadis cantik berpikiran dewasa. Usianya sekitar dua puluh empat tahun. tapi penampilannya
mirip janda genit dan menggairahkan. Salju Kelana
menyukai pakaian jubah putih sutera dengan pinJung penutup dada yang montok itu berwarna ungu.
.Jika tersenyum ada lesung pipit di sudut bibirnya,
persis Dyah Sariningrum, (Baca serial pendekar Mabuk dalam episode: 'Rencong Pemburu Tabib)
Sebelum Suto sinting tiba dl kedainya Kopayah,
ia sempat terilhat perkara dengan Salju Kelana. Perkaranya ringan ringan saja. tapi bikin hati Suto jengkel setengah mati.
Saiju Kelana bertarung dengan dua lelaki bertampang angker. Mreka adaiah Gadaloya dan Paludoya. Kakak-beradik itu mempunyai badan besar
dan perangai yang kasar. Mereka adalah murid-murid Perguruan Sayap Kiri. yang baru saja diwisuda sebagai Ksatria Tanpa Tanding.
Hanya gelarnya saja yang ksatria. tapi sikap dan
perilakunya sama sekali non ksatrla alias brengsek.
ilmunya memang cukup lumayan. Keduanya sama-sama sukar dibunuh. Jika yang satu mati, maka yang
satunya lagi meludahl, dan yang mati itu bisa hidup
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pendekar Mabuk - 71. Perempuan Jahanam
kembali. Tak heran jika gadaloya dan Paludoya sama-sama sering menyebut diri mereka sebagai
Malaikat Ludah Bacin, dan ternyata sebutan itu lebih
dikenal ketimbang gelar Ksatria Tanpa Tanding-nya.
Melihat Salju Kelana bentrok dengan Malaikat
Ludah Bacin, Suto sinting merasa seperti melihat
kekasihnya; Dyah Sariningrum, diganggu orang.
maka timbullah hawa marah Suto kepada Malaikat
Ludah Bacin.
Dari ketinggian tebing, Suto sinting nekat terjun
ke bawah menggunakan jurus 'Gerak Siluman-nya
yang kecepatannya melebihi anak panah lepas dari
busur itu. Zlaaap...
Padahal tebing itu sangat tinggi. tapi Suto nekat
melompat turun tanpa memikirkan bahaya apa pun.
memang begitulah Suto, sering nekat tanpa pikir
panjang. Sebab kalau tidak berani begitu dan terlalu
banyak perhitungan, bukan 'Suto sinting' namanya,
tapi 'Suto Perhitungan'.
Malaikat Ludah Bacin hampir saja celakakan
nyawa Salju Kelana. Paludoya berhasil menghantam
punggung Salju Kelana dengan toya besi berujung
bundar seperti tiang bendera itu. Toya besi yang
dialiri tenaga dalam menyodok punggung Salju Kelana. ketika gadis itu kerepotan menghadapi tendangan beruntun si Gadaloya.
Duuk....
Begitu ujung bundarnya tersebut menyodok
punggung Salju Kelana, kontan tubuh gadis itu mengepulkan asap putih. tepat di bagian yang terkena
http://cerita-silat.mywapblog.com
Pendekar Mabuk - 71. Perempuan Jahanam