Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Unforgiven Hero - 23

$
0
0
Cerita Dewasa | Unforgiven Hero | by Santhy Agatha | Unforgiven Hero | Cersil Sakti | Unforgiven Hero pdf

Pasir Maut - Karl May Si Pemaki Tuhan - Karl May Surat Kecil Untuk Tuhan Perserikatan Naga Api - Stevanus S.P Going to Heaven - Mohammad Ikhsan Kurnia

ikahi Rafael secara impulsif karena kebetulan dia bernama Elena?
  Dengan gemas, dicolokkannya rokoknya ke wajah Elena di foto itu. Menghancurkan wajah Elena di foto itu dengan kejam. Siapapun perempuan itu, dia membencinya. Dan setiap orang yang dibencinya akan hancur!
  Dia harus menyadarkan Rafael akan kesalahannya, sebelum terlambat. Dia harus membuat Rafael menyesal karena telah berani-beraninya meninggalkannya dan memilih perempuan yang sangat jauh di bawah levelnya.
  Jemarinya meraih ponsel keemasan di mejanya, sebuah suara menyahut di sana, dan Luna bergumam dengan suara serak dan seksinya
  "Aku perlu pergi ke sebuah tempat. Kau bisa mengatur perjalananku ke sana?
 
  ***
 
  Unforgiven Hero Bab 8
 
 
 
  "Lihat, Alfred menggila, dia memasak begitu banyak kue untuk sarapan." Rafael mengoleskan mentega lembut ke permukaan muffin panas, membuatnya meleleh dan berkilauan dengan aroma manis yang harum ke seluruh penjuru dapur.
  Alfred yang sedang mengaduk sesuatu di dalam panci hanya tersenyum mencela dan melanjutkan kegiatan memasaknya. Mereka sarapan di dapur yang menghadap ke timur, tempat sinar matahari pagi langsung masuk dan menghangatkan mereka. Menu sarapan mereka luar biasa, Muffin madu, biskuit kacang dan kelapa, telur orak-arik yang rasanya fantastic dan satu Loyang besar pie apel hangat yang baru dikeluarkan dari oven. Memang benar kata Rafael, Alfted menggila dalam memasak. Sepertinya dia terlalu senang karena tuannya datang, dan akhirnya ada yang bisa dia buatkan masakan istimewa.
  Pagi ini seindah pagi-pagi yang lain. Elena sampai tidak sadar bahwa mereka sudah melewatkan beberapa hari di pulau indah ini. Berbulan madu. Begitu kata orang-orang. Dan memang itulah yang terjadi. Mereka benar-benar bersenang-senang sepanjang hari, makan, mengobrol, membaca, bercanda, dan bercinta dengan begitu panas di malam harinya.
  Pipi Elena memerah, mengingat malam-malam panas mereka. Rafael benar-benar lelaki yang sangat bergairah. Di pagi hari, saat mereka sudah bercinta semalaman, lelaki itu masih bangun dengan kejantanan mengeras dan mereka bercinta lagi. Seperti kata Rafael kepadanya dulu, lelaki itu memang selalu bergairah kepadanya.
  "Alfred tampaknya sedang memasak besar hari ini." Elena berbisik pelan sambil melirik ke arah Alfred yang tampak sibuk.
  Rafael tersenyum simpul, "Memang, aku memintanya untuk menyiapkan makanan kita untuk seharian."
  "Seharian?" Elena mengernyit. Alfred biasanya selalu ada setiap saat di rumah ini. Begitu juga dengan para pelayan lainnya. Mereka selalu ada untuk mempersiapkan seluruh kebutuhan mereka, setiap saat.
  "Aku meliburkan semua pelayan mulai nanti siang sampai besok pagi mereka baru kembali. Alfred juga. Karena itu Alfred memasakkan kita makan siang dan makan malam untuk dihangatkan nanti malam."
  " "Kenapa kau meliburkan semua pelayan?"
  Rafael tersenyum nakal, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Elena dan berbisik menggoda, "Karena aku ingin hari ini kita di rumah seharian, hanya berdua."
  Pipi Elena memerah. Apa sebenarnya yang direncanakan oleh Rafael?
 
  ***
 
  Rumah benar-benar benar sepi ketika para pelayan tidak ada di rumah, biasanya setiap saat Elena akan berpapasan dengan para pelayan yang lalu lalang mengerjakan sesuatu di rumah ini. Sekarang suasana hening, tidak ada suara percakapan di lorong, kesibukan di dapur maupun suara langkah kaki orang-orang yang lewat.
  Elena dan Rafael menghabiskan hari itu dengan di perpustakaan. Rafael mengatakan akan menyeselesaikan beberapa perkerjaan sedangkan Elena memilih untuk membaca. Perpustakaan di rumah pantai itu cukup lengkap, dengan berbagai bacaan ringan di sana, koleksi milik ayah Rafael. Sepertinya ayah Rafael benar-benar berniat untuk bersantai ketika mengisi buku-buku untuk perpustakaan ini.
  Tanpa sadar hari sudah siang ketika Rafael mengangkat kepalanya dan bergumam, mengalihkan Elena dari bacaannya yang menarik.
  "Aku lapar."
  Elena menutup bukunya dan tersenyum lembut, "Aku akan menyiapkan makanan."
  Alfred telah menyiapkan semuanya dan meberitahu Elena cara menghangatkan makanannya. Elena mencampur salad dengan
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Unforgiven Hero - Santhy Agatha

  udang dan saus alpukat yang telah disediakan oleh Alfred, lalu menghangatkan daging saus manis yang sudah disiapkan Alfred di panci.
  Ketika Elena sedang menuang kotak-kotak es batu ke dalam picher berisi es teh manis. Rafael datang ke dapur dan tersenyum. Dia mengendus ruangan dan mendekati Elena dengan menggoda,
  "Aku bisa memperkerjakanmu sebagai koki pribadiku. Baunya harum, seharum masakan Alfred."
  Elena tertawa, "Alfred memang yang memasak semuanya, aku hanya mempersiapkannya." Dengan cekatan dia mengaduk saus manis untuk daging di panci.
  Rafael mendekat dan memeluknya dari belakang dengan mesra. Mengecup Elena dengan menggoda.
  "Hentikan Rafael Alexander. Atau kau akan terciprat kuah yang sedang mendidih ini." Elena mengingatkan Rafael, tetapi tidak ada penolakan dari tubuhnya. Rafael melingkarkan lengannya makin erat, jamarinya bergerak menggoda, mengusap puncak payudara Elena sambil lalu. Membuat Elena mengerang, Kuah itu telah mendidih, dan Elena mematikannya.
  "Rafael mengajak Elena mundur dari kompor, masih memeluknya, dia bersandar di meja dapur dan membawa Elena yang masih di peluknya dari belakang. "Kita bisa telanjang seharian di rumah, karena tidak ada orang lain di sini.:"
  "Rafael!" Elena berseru dengan pipi memerah malu, membuat Rafael tertawa dan mengecupi leher Elena penuh gairah.
  "Atau kita bisa bercinta di atas meja dapur." Rafael setengah menggigit leher Elena, meninggalkan bekas kecil kemerahan di sana. Seperti pejantan yang menandai betinanya. Jemarinya meraba lembut payudara Elena dan meremasnya dari belakang. "Bagaimana menurutmu?"
  "Jadi ini yang ada di benakmu ketika meliburkan semua pelayan?" Elena berbisik lirih, untuk kemudian membiarkan bibirnya dilumat oleh Rafael dengan penuh gairah. Lelaki itu duduk di atas meja dapur, lalu mendongakkan kepala Elena ke belakang, dia lalu menunduk ke atas Elena dan melumat bibirnya, dengan cara terbalik, Menciptakan sensasi yang berbeda. Membuat dia bisa mencecap, dan merasakan bibir Rafael dengan cara yang lebih sensual.
  Tubuh Elena melemas akibat ciuman itu sehingga Rafael harus menopangnya, dia bersandar sepenuhnya di tubuh Rafael, dan merasakan kejantanan Rafael mulai mengeras, menekan tubuh belakangnya. Dengan lembut, Rafael kemudian membalikkan tubuh Elena dan beranjak turun dari meja dapur. Dia mengangkat tubuh Elena hingga terduduk di atas meja dapur itu. Dikecupnya dahi Elena lembut, hidungnya, pipinya dan kemudian kembali ke bibirnya lagi. Setiap kecupan Rafael membuat tubuh Elena panas membara. Lelaki itu lalu membuka kemeja Elena dan menurunkannya, payudara Elena yang tidak terlindungi bra - karena Rafael melarangnya mengenakannya setelah para pelayan pergi tadi - terpampang indah di depan Rafael.
  Lelaki itu memuja payudaranya. Mengelusnya lembut, mengusap ujung putingnya dengan penuh gairah hingga mengeras dan siap di tangannya. Lalu setelah puting itu memenuhi keinginannya, Rafael mengecupnya lembut, dan menjilatnya dengan menggoda. Membuat Elena mengerang, merindukan hisapan Rafael di putingnya yang membuatnya melayang. Lelaki itu tidak membuat Elena menunggu lama, disesapnya payudara Elena dengan penuh pemujaan, membuat tubuh Elena lemas dan terbaring di atas meja dapur itu, dengan kaki menjuntai ke bawah.
  Posisi Rafael sangat pas, karena tubuhnya tinggi, meja dapur itu pas setinggi pinggangnya. Dan sekarang dihadapannya, isterinya terbaring dengan kaki menjuntai ke bawah, pahanya terbuka, siap menerimanya. Rafael menurunkan celana dalam Elena, dan membukanya. Lalu dengan penuh gairah, tanpa peringatan apapun, karena Rafael tahu Elena sudah sangat siap untuknya, Rafael menyatukan tubuhnya ke dalam kelembutan yang panas dan basah, yang sudah siap untuk menerimanya.
  Kaki Elena langsung melingkar di pinggang Rafael. Kemudian, ketika gerakan Rafael makin cepat dan bergairah, dia berdiri dan menumpukan tangannya di tepi meja dapur, membuat Elena terbaring di sana penuh gairah, menerima desakan-desakan Rafael jauh di dalam tubuhnya yang menimbulkan gelenyar panas tak tertahankan. Rafael lalu mengangkat kaki Elena yang semula melingka
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Unforgiven Hero - Santhy Agatha

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>