Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Panasnya Bunga Mekar - 268

$
0
0
Panasnya Bunga Mekar - Serial Pelangi Di Langit Singosari 4 - SH Mintardja.jpegCerita Silat | Panasnya Bunga Mekar | Serial Pelangi Di Langit Singosari | Panasnya Bunga Mekar | SH Mintardja | Panasnya Bunga Mekar pdf

Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I

pengawal berusaha untuk menyusun gelar diluar padukuhan. Beberapa orang memanjat gumuk dan yang lain berada di balik tanggul. Bagian yang terdepan dari pasukan Mahisa Bungalan adalah pasukan yang akan menghampar laju gelar lawan, pasukan berpanah.

Dengan busur-busur terentang, para pengawal yang berada di paling depan itupun telah siap menyambut kedatangan pengawal dari Watu Mas, Sementara itu, para pengawal yang berada di padukuhan-padukuhan lain dengan tergesa-gesa berusaha untuk segera mencapai padukuhan yang telah memberikan isyarat memanggil mereka.

Ketika sebagian dari mereka telah memasuki padukuhan yang menjadi sasaran, maka para pengawal itupun segera menyesuaikan diri dengan persiapan sebelumnya.

Ternyata bahwa usaha memancing pasukan lawan itupun berhasil. Para pengawal yang menampakkan diri itupun segera mundur kedaerah pertahanan kawan-kawannya.

Tetapi para pengawal dari Watu Maspun tidak terlalu bodoh. Mendekati pertahanan pasukan pengawal di Kabanaran, maka mereka yang berperisai di tempatkan di paruh gelar. p>

Tetapi para pengawal Watu Mas yang berada di gumuk-gumuk dan di balik tanggul, belum menerima isyarat perintah untuk menyerang ketika paruh pasukan lawan melalui pertahanan mereka langsung menuju ke padukuhan. Namun demikian ujung paruh itu lewat, Mahisa Bungalan baru memberikan isyarat untuk menyerang, justru pada lambung pasukan lawan.

Serangan itu memang mengejutkan. Para pengawal dari Watu Mas menganggap bahwa mereka belum memasuki daerah pertahanan lawan. Namun ternyata mereka sudah melampaui lapis pertama yang dengan sengaja melepaskan pasukan Seperisai untuk memasuki pertahanan pada lapisan berikutnya.

Anak panah yang menghunjang pada lambung pasukan dari arah sebelah menyebelah, menyebabkan laju pasukan lawan terhambat. Para pengawal dari Watu Mas itu terpaksa melawan hujan anak panah dengan senjata mereka. Namun bagaimanapun juga, anak panah itu telah menyusup diantara senjata-senjata yang berputaran mematuk tubuh-tubuh mereka.

Beberapa orang dari para pengawal Watu Mas telah terluka sebelum pasukan itu berbenturan.

Dalam pada itu, pasukan yang berperisai, yang sebelumnya justru telah melampaui pertahanan pada lapisan pertama itu, harus menarik mundur, melindungi lambung yang terserang oleh pasukan pengawal Kabanaran pada lapis pertama.

JILID 29

NAMUN para pengawal itu tidak sekedar melindungi di tempat mereka berhenti. Tetapi dengan berani pasukan berperisi itu justru telah maju sambil melindungi diri mereka mendekati para pengawal di lapisan pertama yang bersenjata anak panah itu, diikuti oleh para pengawal yang berada di lambung pasukan.

“Luar biasa” desis Mahisa Bungalan “mereka adalah pengawal yang berani. Namun sementara itu, Mahisa Bungalan tidak tergesa- gesa menarik diri. Pasukan di lapis pertama itu masih tetap menyerang. Mahisa Bungalan mengharap bahwa seorang Senopati di induk pasukan akan dapat mengambil sikap yang cepat dan tepat.

Ternyata bahwa pasukan di lapis berikutnya melihat bahwa ujung pasukan lawan telah menyimpang dari garis serangan untuk mendekati pasukan pengawal yang bersenjata anak panah itu.

Karena itulah, maka ia harus cepat mengambil sikap sebelum pasukan di lapis pertama itu mengalami kesulitan. Apalagi para pengawal di Watu Mas, benar-benar telah dibakar oleh kemarahan karena pada sentuhan pertama, beberapa orang diantara mereka telah menjadi korban.

Senopati itupun segera memerintahkan pasukan yang ada di padukuhan yang menjadi sasaran itu untuk bergerak dalam gelar yang sudah di tentukan. Gelar yang tidak terlalu lebar, karena jumlah mereka memang tidak terlalu banyak. Namun dengan para pengawal dari padukuhan- padukuhan sebelah menyebelah yang masih akan datang kemudian. Senopati itu berharap akan dapat menghadapi pasukan dari Watu Mas itu.

Tanpa menghubungi Mahisa Bungalan lebih dahulu, maka Senopati dari Kabanaran itu telah memerintahkan pasukannya dengan cepat bergerak maju. Sehingga dengan demikian, maka perhatian lawanpun mulai terpecah. p>

Tetapi Senopati yang memimpin pasukan dari Watu Mas itu ternyata tidak menarik kembali pasukannya yang dengan sengaja mendekati pasukan di lapis pertama. Mereka mulai mendaki gumuk-gumuk dengan perisi di tangan, sementara yang lain telah mendekati tanggul-tanggul. Sementara itu, justru lambung pasukannyalah yang kemudian bergeser dalam kesatuan gelar untuk menyongsong pasukan dari Kabanaran yang datang menyerang.

Mahisa Bungalan tidak dapat mengambil kebijaksanaan lain. Dengan tegas ia menjatuhkan perintah pada pasukan berpanah itu “Lepaskan sejauh dapat kalian lepaskan anak panah yang kalian bawa. Kalian akan bertempur dengan pedang di jarak jangkau senjata pendek itu” Seperti yang dipesankan itulah, maka para pengawal itu telah menghamburkan anak panah mereka semakin banyak. Tidak saja terarah kepada orang- oranh berperisai yang mendekat, tetapi juga melampaui pasukan itu menghujani lambung pasukannya yang sudah siap menghadapi serangan para pengawal di Kabanaran. Sementara itu, para pengawal yang bersenjata panah itupun tidak menyerang membabi buta. Mereka membidik bagian tubuh lawan yang nampak disela-sela perisai mereka. Bahkan mereka sempat membidik kaki lawan yang, dengan demikian dapat membuat mereka menjadi lumpuh.

Benturan kedua pasukan itu benar-benar menggetarkan. Bukan saja dilapis pertama, tetapi induk pasukan Kabanaranpun lelah membentur induk pasukan pengawal dari Watu Mas.

Dengan demikian, pertempuran diantara kedua pasukan pengawal itupun telah berkobar. Kedua belah pihak adalah pengawal-pengawal yang terlatih. Sehingga dengan demikian maka pertempuran itupun segera meningkat menjadi semakin sengit.

Dalam pada itu, jumlah pasukan pengawal dari Kabanaran tidak cukup banyak untuk mengimbangi pasukan dari Watu Mas. Karena itu, maka gelar dari pasukan pengawal dari Kabanaran itupun segera telah terdesak mundur.

Namun dalam pada itu, mereka yang bertempur melawan pasukan pengawal di lapis pertama, ternyata telah terkejut mengalami perlawanan yang sangat berat. Pasukan itu adalah pasukan yang telah dibentuk oleh Mahisa Agni untuk menamakan diri mereka perampok dari perbatasan yang sering memasuki Pakuwon di Watu Mas. Karena itu mereka adalah para pengawal yang telah mendapat latihan-latihan khusus untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Karena itulan, maka ketrampilan bermain senjata dari para a pengawal di lapis pertama itu telah melampaui kemampuan lawan-lawannya. Dibawah pimpinan Mahisa Bungalan sendiri, mereka telah melawan para pengawal dari Watu Mas dengan sepenuh kemampuan. Mereka telah meletakkan busur di tangan, dan menggantinya dengan pedang dan yang lain dengan tombak-tombak pendek.

Karena itulah, maka pertempuran menjadi semakin lama semakin dahsyat. Bahkan Mahisa Bungalan yang ikut langsung dalam pertempuran itu telah berhasil mendesak lawannya. p>

Tetapi sementara itu, induk pasukan pengawal Watu Mas ternyata telah menguasai medan. Pasukan pengawal dari Kabanaran yang jumlahnya tidak sebanyak lawannya lelah terdesak.

Namun dalam pada itu, pasukan Mahisa Bungalan yang mendesak lawannya telah mendorong mereka kembali ke induk pasukan. Dengan demikian, maka Mahisa Bungalan dan pasukannya telah berhasil mengganggu pasukan lawan dari arah lambung, sehingga dengan demikian, pasukan Mahisa Bungalan itu telah menghambat laju pasukan Watu Mas.

“Cegah mereka“ berkata Senopati dari Watu Mas “dan hancurkan mereka lebih dahulu agar mereka tidak mengganggu laju pasukan kita. Kita akan segera memasuki padukuhan- padukuhan itu. Kita akan menjadikan padukuhan- padukuhan itu karang abang. Baru kemudian kita kembali ke Watu Mas, setelah kita menghancurkan landasan pertahanan dan landasan para pengawal yang merampok ke Pakuwon Watu Mas”

Beberapa orang pemimpin kelompok dari para pengawal di Watu Mas telah memerintahkan pasukannya untuk berada di lambung. Mereka pun segera memperkuat diri untuk menghancurkan Mahisa Bungalan dan pasukannya. p>

Sebenarnyalah jumlah yang lebih banyak itu ikut menentukan. Namun para pemimpin dari Kabanaran telah meneriakkan aba-aba “Tanah ini adalah tanah kalian. Jangan biarkan orang lain mengunjak-injaknya”

Teriakan itu telah membakar jantung setiap pengawal dari Kabanaran. Merekapun kemudian mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk penghalau orang-orang Watu Mas yang telah memasuki tlatah mereka.

Tetapi bagaimanapun juga, kemampuan mereka sangat terbatas. Jumlah orang-orang Watu Mas masih terlalu banyak.

Namun dalam pada itu, ternyata pasukan pengawal Kabanaran masih juga mengalir dri padukuhan-padukuhan disekitarnya. Mereka yang begegas datang dari tempat yang agak jauh ternyata memerlukan waktu yang agak panjang. Sehingga karena itu, maka mereka tidak dapat datang bersama dengan


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>