Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
putar persoalan dengan Lam Hay Bun dan
setelah itu, kemudian kami semua akan melakukan
perjalanan menuju ke Pantai Selatan. Tetapi, apakah
dengan info To locianpwee kelak kami akan meminta
Lan moi untuk selanjutnya menjaga Gwan Tong ini
….”?
“Siangkoan Lihiap, akupun kurang paham mengapa
selain aku sendiri, kini ada Liang lihiap juga memiliki
pengaruh besar kepada suteku ini. Nona itu adalah
satu-satunya orang selain diriku yang dapat
memerintah suteku tanpa menggunakan tanda
pengenal Hwee Liong To tingkat utama. Apalagi,
tanda pengenal hwee liong to tingkat utama itu sudah
kuserahkan kepada Duta Agung untuk kelak dicarikan
pewarisnya. Karenanya, bisa kupastikan, begitu
bertemu Liang lihiap, suteku ini kupastikan akan
dengan sendirinya bergabung dengannya tanpa
diminta …….”
“Baiklah To Locianpwee, kami cukup memahami …
jika demikian, kami akan langsung mohon diri menuju
Markas Bengkauw ……”
“Baiklah Liang Tayhiap, Siangkoan Lihiap ……. selamat
jalan ..……”, setelah berkata demikian To Hoa Jin berdiri
mengambil sesuatu dari ruangan dalam dan kemudian
menyerahkan sesuatu kepada Tek Hoat sambil
berkata:
“Liang Tayhiap, ini adalah tanda pengenal tingkat
pertama, di bawah Tanda Pengenal Tingkat Utama
milik Tocu Hwee Liong To. Tanda pengenal ini adalah
milik adik perempuanku yang hilang lenyap waktu
bencana di Hwee Liong To dan dia adalah Wakil Tocu
bagian dalam. Karena itu, tanda pengenal ini mewakili
tokoh puncak Hwee Liong To di bawah Tocu,
ayahanda suteku yang berkeras tidak mau
meninngalkan pulau ketika bencana dan akhirnya
meninggal di pulau. Orang-orang yang memegang
tanda pengenal ini berhak mewakili Hwee Liong To,
dan beberapa aturan mengenai Hwee Liong To semua
sudah kutuliskan dalam kitab kecil ini …… Duta Agung
sudah kumintai pertolongan mencarikan pewaris
Hwee Liong To. Tetapi khususnya untuk
mengatasnamakan Hwee Liong To, harap untuk
sementara ini dilakukan oleh Liang Tayhiap bersama
suteku ini sampai suatu saat pewaris sahnya tampil
……..”
Tek Hoat tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena toch,
dia memang mewarisi Pek Lek Sin Jiu yang justru
menjadi ciri khas dan ilmu utama utama dari Hwee
Liong To yang misterius di Lautan Selatan itu bersama
dengan dua pulau lainnya yang sama misterius dan
sama hebatnya: Gugus Pulau Lam Hay Bun dan Pulau
Awan Putih. Lagipula, dia pikir dia hanya akan
bertugas untuk sementara waktu belaka. Dan adalah
sangat mungkin, ada seseorang yang lain yang
memegang lencana pengenal yang sama dengan
dirinya. Bahkan Duta Agung memegang Lencana
Utama Hwee Liong To. Karena itu, dengan khikmat dia
menerima lencana atau tanda pengenal itu, sekaligus
dengan kitab kecil tulisan tangan To Hoa Jin yang
berisikan sejarah, aturan dan kisah lain mengenai
Hwe Liong To. Baru setelah itu, merekapun minta diri
diikuti Gwan Thong yang perlengkapan pribadinya
diatur oleh To Hoa jin.
====================
Jadwal Pertemuan atau Pertarungan 10 Tahunan yang
sudah berkali-kali tertunda dan kini berubah menjadi
Pibu 10 Tahunan dan sudah berganti GENERASI tinggal
15 hari lagi. Tetapi, meskipun tinggal 15 hari,
ketegangan yang mengitari pibu tersebut justru jauh
melebihi ketegangan pada pibu atau pertemuan-
pertemuan sebelumnya. Karena jika pibu atau tarung
10 tahunan hanya diketahui terbatas oleh tokoh
puncak yang bertarung: Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay,
Kay Pang, Lembah Pualam Hijau, Bengkauw, Lam Hay
Bun dan tokoh tersakti Thian Tok, maka sekali ini
beda. Sekali ini sudah melibatkan perguruan masing-
masing dan tidak terbatas pada tokoh puncaknya.
Masing-masing perguruan boleh disertai atau ditemani
setidaknya 1 atau 2 orang yang sekaligus menjadi
saksi pibu yang dimaksud.
Dan selain itu, persoalan yang dialami TUAN RUMAH
kali ini, LAM HAY BUN, ternyata juga menyumbang
ketegangan yang lain. Isue ganyang Lam Hay Bun
yang terkait dengan “kisruh” dalam perguruan
tersebut, ikut menggerakkan para Pendekar di
Tionggoan untuk menye
http://cerita-silat.mywapblog.com
rang Lam Hay Bun. Untung
saja Duta Agung Kiang Ceng Liong mampu
menyelesaikan persoalan tersebut dan membuat para
Pendekar Tionggoan tidak jadi berlayar ke Lam Hay
untuk mencari dan menyerang Lam Hay Bun. Tetapi,
meskipun demikian, ketegangan masih belum berlalu
karena para pendekar terus dan terus menunggu
kabar dari Ceng Liong.
Persoalan lain yang semakin memperpanas situasi
adalah mengganasnya Kiang Hauw Lam yang
membunuhi banyak tokoh persilatan dari semua
perguruan yang ditemuinya. Bahkanpun termasuk
tokoh dan anak murid dari perguruan ternama, yakni
dari Siauw Lim Sie, Bu Tong dan Kay Pang.
Mengganasnya Hauw Lam ini yang menggerakkan
para Pendekar Tionggoan untuk menyerbu Lam Hay
Bun, karena Hauw Lam diketahui berada dalam
rombongan yang menyerbu Lam Hay Bun di Lautan
Selatan berdasarkan informasi yang dibawa Lamkiong
Sian Li ketika mendarat di Tionggoan dan menuju
Lembah Saldju Bernyanyi.
Padahal, selain tiga urusan di atas, masih ada
persoalan lain yang tidak kurang besar perannya
dalam meningkatkan ketegangan di Tionggoan.
Urusan tersebut adalah TANTANGAN TERBUKA
BENGKAUW PERSIA yang ditujukan kepada Duta
Agung. Benar urusan utamanya adalah uruan
bengkauw, tetapi menjadi melebar karena tantangan
ditujukan kepada Duta Agung yang disebutkan dalam
tantangan itu “mewakili Tionggoan”. Meski masih
berjarak 3-4 bulan dari Lam Hay, tetapi getar-getar
ketegangan yang diakibatkan tantangan ini tetap saja
terasa. Tentu tidak sedikit orang yang menantikan
pibu bersejarah yang terjadi baru sekali ini dan
melibatkan tokoh-tokoh besar dari luar Tionggoan.
Siapa yang akan memenangkannya menjadi topic
hangat yang dibahas banyak orang dari hari kehari.
Dan secara tidak sadar menambah ketegangan di
Tionggoan.
Siang itu, di Pantai Laut Selatan terlihat beberapa
orang sudah hadir dan berada disana. Orang-orang
itupun bukanlah tokoh-tokoh biasa belaka, karena
terlihat ada Duta Agung Kiang Ceng Liong bersama
istrinya Liang Mei Lan; Kemudian juga terlihat disana
sudah tiba Liang Tek Hoat beserta istrinya Siangkoan
Giok Lian dari bengkauw yang membawa serta Lauw
Gwan Tong; kemudian juga ada Kauwcu Bengkauw
SIangkoan Tek dan terakhir adalah 2 orang nona,
siapa lagi jika bukan Cui Giok Lie yang
menggemaskan dan Lamkiong Sian Li si dara dari Lam
Hay Bun dan terakhir Tham Beng Kui, tocu muda dari
Lembah Saldju Bernyanyi. Kelihatan sekali jika
mereka sedang bercakap-cakap serius dan sudah
berlangsung cukup lama. Apa gerangan yang mereka
percakapkan?:
“Demikianlah Duta Agung apa yang dapat kusaksikan
dan kulihat langsung kejadian di Lam Hay Bun. Masih
untung aku bisa menyelamatkan diri melalui jalan
rahasia dan memberi tahu kong chouw Lamkiong
Bouw. Perkembangan terakhir yang kutahu
menjelang berlayar menuju Tionggoan adalah,
rombongan penyerang itu dengan menya ndra Ayah
dan Toako berkeras mengambil alih Lam Hay Bun.
Padahal, selain menyandera ayah dan toako, mereka
juga menyandra bibi yang menjadi wakil ayah di Lam
Hay Bun. Melihat keadaan yang berbahaya itu, dan
sepengetahuanku kong chouw tidak ingin terlibat jauh
kedalam urusan Lam Hay Bun lagi, maka
kemungkinan besar Lam Hay Bun sedang dikuasai
rombongan penyerbu itu ….………” demikian Lamkiong
Sian Li menyelesaikan laporannya mengulangi apa
yang dia ceritakan kepada Tham Beng Kui sewaku
menemuinya di Lembah Saldju Bernyanyi.
“Kurang ajar, sungguh berani mereka ……” terdengar
Siangkoan Tek menggeram. Wajar, karena kakek ini
memang berteman baik dan bahkan mengangkat
persaudaraan segi tiga dengan Lamkiong Bouw dan
Kiang Cun Le dari Lembah Pualam Hijau. Dan mereka
bertigalah yang berinisiatif meredakan permusuhan
antara perguruan mereka masing-masing. Dan sejauh
ini sudah berjalan cukup baik.
“Sejauh yang kulihat, termasuk juga pembunuhan
gelap para pendekar yang sedang menuju Lam Hay
Bun, maka dapat kupastikan, memang mereka sudah
menguasai Lam Hay Bun. Jika Lamkiong Bu Sek
locianpwee yang memimpin, bisa kupastikan dia akan
meminta bantuanku atau bantuan Siangkoan Tek
locianpwee, tetapi semua itu tidak dilakukan. Karena
itu, bisa dipastikan Lam Hay Bun sedang dikendalikan
orang lain …” terdengar Ceng Liong menganalisis.
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
putar persoalan dengan Lam Hay Bun dan
setelah itu, kemudian kami semua akan melakukan
perjalanan menuju ke Pantai Selatan. Tetapi, apakah
dengan info To locianpwee kelak kami akan meminta
Lan moi untuk selanjutnya menjaga Gwan Tong ini
….”?
“Siangkoan Lihiap, akupun kurang paham mengapa
selain aku sendiri, kini ada Liang lihiap juga memiliki
pengaruh besar kepada suteku ini. Nona itu adalah
satu-satunya orang selain diriku yang dapat
memerintah suteku tanpa menggunakan tanda
pengenal Hwee Liong To tingkat utama. Apalagi,
tanda pengenal hwee liong to tingkat utama itu sudah
kuserahkan kepada Duta Agung untuk kelak dicarikan
pewarisnya. Karenanya, bisa kupastikan, begitu
bertemu Liang lihiap, suteku ini kupastikan akan
dengan sendirinya bergabung dengannya tanpa
diminta …….”
“Baiklah To Locianpwee, kami cukup memahami …
jika demikian, kami akan langsung mohon diri menuju
Markas Bengkauw ……”
“Baiklah Liang Tayhiap, Siangkoan Lihiap ……. selamat
jalan ..……”, setelah berkata demikian To Hoa Jin berdiri
mengambil sesuatu dari ruangan dalam dan kemudian
menyerahkan sesuatu kepada Tek Hoat sambil
berkata:
“Liang Tayhiap, ini adalah tanda pengenal tingkat
pertama, di bawah Tanda Pengenal Tingkat Utama
milik Tocu Hwee Liong To. Tanda pengenal ini adalah
milik adik perempuanku yang hilang lenyap waktu
bencana di Hwee Liong To dan dia adalah Wakil Tocu
bagian dalam. Karena itu, tanda pengenal ini mewakili
tokoh puncak Hwee Liong To di bawah Tocu,
ayahanda suteku yang berkeras tidak mau
meninngalkan pulau ketika bencana dan akhirnya
meninggal di pulau. Orang-orang yang memegang
tanda pengenal ini berhak mewakili Hwee Liong To,
dan beberapa aturan mengenai Hwee Liong To semua
sudah kutuliskan dalam kitab kecil ini …… Duta Agung
sudah kumintai pertolongan mencarikan pewaris
Hwee Liong To. Tetapi khususnya untuk
mengatasnamakan Hwee Liong To, harap untuk
sementara ini dilakukan oleh Liang Tayhiap bersama
suteku ini sampai suatu saat pewaris sahnya tampil
……..”
Tek Hoat tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena toch,
dia memang mewarisi Pek Lek Sin Jiu yang justru
menjadi ciri khas dan ilmu utama utama dari Hwee
Liong To yang misterius di Lautan Selatan itu bersama
dengan dua pulau lainnya yang sama misterius dan
sama hebatnya: Gugus Pulau Lam Hay Bun dan Pulau
Awan Putih. Lagipula, dia pikir dia hanya akan
bertugas untuk sementara waktu belaka. Dan adalah
sangat mungkin, ada seseorang yang lain yang
memegang lencana pengenal yang sama dengan
dirinya. Bahkan Duta Agung memegang Lencana
Utama Hwee Liong To. Karena itu, dengan khikmat dia
menerima lencana atau tanda pengenal itu, sekaligus
dengan kitab kecil tulisan tangan To Hoa Jin yang
berisikan sejarah, aturan dan kisah lain mengenai
Hwe Liong To. Baru setelah itu, merekapun minta diri
diikuti Gwan Thong yang perlengkapan pribadinya
diatur oleh To Hoa jin.
====================
Jadwal Pertemuan atau Pertarungan 10 Tahunan yang
sudah berkali-kali tertunda dan kini berubah menjadi
Pibu 10 Tahunan dan sudah berganti GENERASI tinggal
15 hari lagi. Tetapi, meskipun tinggal 15 hari,
ketegangan yang mengitari pibu tersebut justru jauh
melebihi ketegangan pada pibu atau pertemuan-
pertemuan sebelumnya. Karena jika pibu atau tarung
10 tahunan hanya diketahui terbatas oleh tokoh
puncak yang bertarung: Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay,
Kay Pang, Lembah Pualam Hijau, Bengkauw, Lam Hay
Bun dan tokoh tersakti Thian Tok, maka sekali ini
beda. Sekali ini sudah melibatkan perguruan masing-
masing dan tidak terbatas pada tokoh puncaknya.
Masing-masing perguruan boleh disertai atau ditemani
setidaknya 1 atau 2 orang yang sekaligus menjadi
saksi pibu yang dimaksud.
Dan selain itu, persoalan yang dialami TUAN RUMAH
kali ini, LAM HAY BUN, ternyata juga menyumbang
ketegangan yang lain. Isue ganyang Lam Hay Bun
yang terkait dengan “kisruh” dalam perguruan
tersebut, ikut menggerakkan para Pendekar di
Tionggoan untuk menye
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
rang Lam Hay Bun. Untung
saja Duta Agung Kiang Ceng Liong mampu
menyelesaikan persoalan tersebut dan membuat para
Pendekar Tionggoan tidak jadi berlayar ke Lam Hay
untuk mencari dan menyerang Lam Hay Bun. Tetapi,
meskipun demikian, ketegangan masih belum berlalu
karena para pendekar terus dan terus menunggu
kabar dari Ceng Liong.
Persoalan lain yang semakin memperpanas situasi
adalah mengganasnya Kiang Hauw Lam yang
membunuhi banyak tokoh persilatan dari semua
perguruan yang ditemuinya. Bahkanpun termasuk
tokoh dan anak murid dari perguruan ternama, yakni
dari Siauw Lim Sie, Bu Tong dan Kay Pang.
Mengganasnya Hauw Lam ini yang menggerakkan
para Pendekar Tionggoan untuk menyerbu Lam Hay
Bun, karena Hauw Lam diketahui berada dalam
rombongan yang menyerbu Lam Hay Bun di Lautan
Selatan berdasarkan informasi yang dibawa Lamkiong
Sian Li ketika mendarat di Tionggoan dan menuju
Lembah Saldju Bernyanyi.
Padahal, selain tiga urusan di atas, masih ada
persoalan lain yang tidak kurang besar perannya
dalam meningkatkan ketegangan di Tionggoan.
Urusan tersebut adalah TANTANGAN TERBUKA
BENGKAUW PERSIA yang ditujukan kepada Duta
Agung. Benar urusan utamanya adalah uruan
bengkauw, tetapi menjadi melebar karena tantangan
ditujukan kepada Duta Agung yang disebutkan dalam
tantangan itu “mewakili Tionggoan”. Meski masih
berjarak 3-4 bulan dari Lam Hay, tetapi getar-getar
ketegangan yang diakibatkan tantangan ini tetap saja
terasa. Tentu tidak sedikit orang yang menantikan
pibu bersejarah yang terjadi baru sekali ini dan
melibatkan tokoh-tokoh besar dari luar Tionggoan.
Siapa yang akan memenangkannya menjadi topic
hangat yang dibahas banyak orang dari hari kehari.
Dan secara tidak sadar menambah ketegangan di
Tionggoan.
Siang itu, di Pantai Laut Selatan terlihat beberapa
orang sudah hadir dan berada disana. Orang-orang
itupun bukanlah tokoh-tokoh biasa belaka, karena
terlihat ada Duta Agung Kiang Ceng Liong bersama
istrinya Liang Mei Lan; Kemudian juga terlihat disana
sudah tiba Liang Tek Hoat beserta istrinya Siangkoan
Giok Lian dari bengkauw yang membawa serta Lauw
Gwan Tong; kemudian juga ada Kauwcu Bengkauw
SIangkoan Tek dan terakhir adalah 2 orang nona,
siapa lagi jika bukan Cui Giok Lie yang
menggemaskan dan Lamkiong Sian Li si dara dari Lam
Hay Bun dan terakhir Tham Beng Kui, tocu muda dari
Lembah Saldju Bernyanyi. Kelihatan sekali jika
mereka sedang bercakap-cakap serius dan sudah
berlangsung cukup lama. Apa gerangan yang mereka
percakapkan?:
“Demikianlah Duta Agung apa yang dapat kusaksikan
dan kulihat langsung kejadian di Lam Hay Bun. Masih
untung aku bisa menyelamatkan diri melalui jalan
rahasia dan memberi tahu kong chouw Lamkiong
Bouw. Perkembangan terakhir yang kutahu
menjelang berlayar menuju Tionggoan adalah,
rombongan penyerang itu dengan menya ndra Ayah
dan Toako berkeras mengambil alih Lam Hay Bun.
Padahal, selain menyandera ayah dan toako, mereka
juga menyandra bibi yang menjadi wakil ayah di Lam
Hay Bun. Melihat keadaan yang berbahaya itu, dan
sepengetahuanku kong chouw tidak ingin terlibat jauh
kedalam urusan Lam Hay Bun lagi, maka
kemungkinan besar Lam Hay Bun sedang dikuasai
rombongan penyerbu itu ….………” demikian Lamkiong
Sian Li menyelesaikan laporannya mengulangi apa
yang dia ceritakan kepada Tham Beng Kui sewaku
menemuinya di Lembah Saldju Bernyanyi.
“Kurang ajar, sungguh berani mereka ……” terdengar
Siangkoan Tek menggeram. Wajar, karena kakek ini
memang berteman baik dan bahkan mengangkat
persaudaraan segi tiga dengan Lamkiong Bouw dan
Kiang Cun Le dari Lembah Pualam Hijau. Dan mereka
bertigalah yang berinisiatif meredakan permusuhan
antara perguruan mereka masing-masing. Dan sejauh
ini sudah berjalan cukup baik.
“Sejauh yang kulihat, termasuk juga pembunuhan
gelap para pendekar yang sedang menuju Lam Hay
Bun, maka dapat kupastikan, memang mereka sudah
menguasai Lam Hay Bun. Jika Lamkiong Bu Sek
locianpwee yang memimpin, bisa kupastikan dia akan
meminta bantuanku atau bantuan Siangkoan Tek
locianpwee, tetapi semua itu tidak dilakukan. Karena
itu, bisa dipastikan Lam Hay Bun sedang dikendalikan
orang lain …” terdengar Ceng Liong menganalisis.