Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 260

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I

putar persoalan dengan Lam Hay Bun dan
  setelah itu, kemudian kami semua akan melakukan
  perjalanan menuju ke Pantai Selatan. Tetapi, apakah
  dengan info To locianpwee kelak kami akan meminta
  Lan moi untuk selanjutnya menjaga Gwan Tong ini
  ….”?
  “Siangkoan Lihiap, akupun kurang paham mengapa
  selain aku sendiri, kini ada Liang lihiap juga memiliki
  pengaruh besar kepada suteku ini. Nona itu adalah
  satu-satunya orang selain diriku yang dapat
  memerintah suteku tanpa menggunakan tanda
  pengenal Hwee Liong To tingkat utama. Apalagi,
  tanda pengenal hwee liong to tingkat utama itu sudah
  kuserahkan kepada Duta Agung untuk kelak dicarikan
  pewarisnya. Karenanya, bisa kupastikan, begitu
  bertemu Liang lihiap, suteku ini kupastikan akan
  dengan sendirinya bergabung dengannya tanpa
  diminta …….”
  “Baiklah To Locianpwee, kami cukup memahami …
  jika demikian, kami akan langsung mohon diri menuju
  Markas Bengkauw ……”
  “Baiklah Liang Tayhiap, Siangkoan Lihiap ……. selamat
  jalan ..……”, setelah berkata demikian To Hoa Jin berdiri
  mengambil sesuatu dari ruangan dalam dan kemudian
  menyerahkan sesuatu kepada Tek Hoat sambil
  berkata:
  “Liang Tayhiap, ini adalah tanda pengenal tingkat
  pertama, di bawah Tanda Pengenal Tingkat Utama
  milik Tocu Hwee Liong To. Tanda pengenal ini adalah
  milik adik perempuanku yang hilang lenyap waktu
  bencana di Hwee Liong To dan dia adalah Wakil Tocu
  bagian dalam. Karena itu, tanda pengenal ini mewakili
  tokoh puncak Hwee Liong To di bawah Tocu,
  ayahanda suteku yang berkeras tidak mau
  meninngalkan pulau ketika bencana dan akhirnya
  meninggal di pulau. Orang-orang yang memegang
  tanda pengenal ini berhak mewakili Hwee Liong To,
  dan beberapa aturan mengenai Hwee Liong To semua
  sudah kutuliskan dalam kitab kecil ini …… Duta Agung
  sudah kumintai pertolongan mencarikan pewaris
  Hwee Liong To. Tetapi khususnya untuk
  mengatasnamakan Hwee Liong To, harap untuk
  sementara ini dilakukan oleh Liang Tayhiap bersama
  suteku ini sampai suatu saat pewaris sahnya tampil
  ……..”
  Tek Hoat tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena toch,
  dia memang mewarisi Pek Lek Sin Jiu yang justru
  menjadi ciri khas dan ilmu utama utama dari Hwee
  Liong To yang misterius di Lautan Selatan itu bersama
  dengan dua pulau lainnya yang sama misterius dan
  sama hebatnya: Gugus Pulau Lam Hay Bun dan Pulau
  Awan Putih. Lagipula, dia pikir dia hanya akan
  bertugas untuk sementara waktu belaka. Dan adalah
  sangat mungkin, ada seseorang yang lain yang
  memegang lencana pengenal yang sama dengan
  dirinya. Bahkan Duta Agung memegang Lencana
  Utama Hwee Liong To. Karena itu, dengan khikmat dia
  menerima lencana atau tanda pengenal itu, sekaligus
  dengan kitab kecil tulisan tangan To Hoa Jin yang
  berisikan sejarah, aturan dan kisah lain mengenai
  Hwe Liong To. Baru setelah itu, merekapun minta diri
  diikuti Gwan Thong yang perlengkapan pribadinya
  diatur oleh To Hoa jin.
  ====================
  Jadwal Pertemuan atau Pertarungan 10 Tahunan yang
  sudah berkali-kali tertunda dan kini berubah menjadi
  Pibu 10 Tahunan dan sudah berganti GENERASI tinggal
  15 hari lagi. Tetapi, meskipun tinggal 15 hari,
  ketegangan yang mengitari pibu tersebut justru jauh
  melebihi ketegangan pada pibu atau pertemuan-
  pertemuan sebelumnya. Karena jika pibu atau tarung
  10 tahunan hanya diketahui terbatas oleh tokoh
  puncak yang bertarung: Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay,
  Kay Pang, Lembah Pualam Hijau, Bengkauw, Lam Hay
  Bun dan tokoh tersakti Thian Tok, maka sekali ini
  beda. Sekali ini sudah melibatkan perguruan masing-
  masing dan tidak terbatas pada tokoh puncaknya.
  Masing-masing perguruan boleh disertai atau ditemani
  setidaknya 1 atau 2 orang yang sekaligus menjadi
  saksi pibu yang dimaksud.
  Dan selain itu, persoalan yang dialami TUAN RUMAH
  kali ini, LAM HAY BUN, ternyata juga menyumbang
  ketegangan yang lain. Isue ganyang Lam Hay Bun
  yang terkait dengan “kisruh” dalam perguruan
  tersebut, ikut menggerakkan para Pendekar di
  Tionggoan untuk menye
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall

  rang Lam Hay Bun. Untung
  saja Duta Agung Kiang Ceng Liong mampu
  menyelesaikan persoalan tersebut dan membuat para
  Pendekar Tionggoan tidak jadi berlayar ke Lam Hay
  untuk mencari dan menyerang Lam Hay Bun. Tetapi,
  meskipun demikian, ketegangan masih belum berlalu
  karena para pendekar terus dan terus menunggu
  kabar dari Ceng Liong.
  Persoalan lain yang semakin memperpanas situasi
  adalah mengganasnya Kiang Hauw Lam yang
  membunuhi banyak tokoh persilatan dari semua
  perguruan yang ditemuinya. Bahkanpun termasuk
  tokoh dan anak murid dari perguruan ternama, yakni
  dari Siauw Lim Sie, Bu Tong dan Kay Pang.
  Mengganasnya Hauw Lam ini yang menggerakkan
  para Pendekar Tionggoan untuk menyerbu Lam Hay
  Bun, karena Hauw Lam diketahui berada dalam
  rombongan yang menyerbu Lam Hay Bun di Lautan
  Selatan berdasarkan informasi yang dibawa Lamkiong
  Sian Li ketika mendarat di Tionggoan dan menuju
  Lembah Saldju Bernyanyi.
  Padahal, selain tiga urusan di atas, masih ada
  persoalan lain yang tidak kurang besar perannya
  dalam meningkatkan ketegangan di Tionggoan.
  Urusan tersebut adalah TANTANGAN TERBUKA
  BENGKAUW PERSIA yang ditujukan kepada Duta
  Agung. Benar urusan utamanya adalah uruan
  bengkauw, tetapi menjadi melebar karena tantangan
  ditujukan kepada Duta Agung yang disebutkan dalam
  tantangan itu “mewakili Tionggoan”. Meski masih
  berjarak 3-4 bulan dari Lam Hay, tetapi getar-getar
  ketegangan yang diakibatkan tantangan ini tetap saja
  terasa. Tentu tidak sedikit orang yang menantikan
  pibu bersejarah yang terjadi baru sekali ini dan
  melibatkan tokoh-tokoh besar dari luar Tionggoan.
  Siapa yang akan memenangkannya menjadi topic
  hangat yang dibahas banyak orang dari hari kehari.
  Dan secara tidak sadar menambah ketegangan di
  Tionggoan.
  Siang itu, di Pantai Laut Selatan terlihat beberapa
  orang sudah hadir dan berada disana. Orang-orang
  itupun bukanlah tokoh-tokoh biasa belaka, karena
  terlihat ada Duta Agung Kiang Ceng Liong bersama
  istrinya Liang Mei Lan; Kemudian juga terlihat disana
  sudah tiba Liang Tek Hoat beserta istrinya Siangkoan
  Giok Lian dari bengkauw yang membawa serta Lauw
  Gwan Tong; kemudian juga ada Kauwcu Bengkauw
  SIangkoan Tek dan terakhir adalah 2 orang nona,
  siapa lagi jika bukan Cui Giok Lie yang
  menggemaskan dan Lamkiong Sian Li si dara dari Lam
  Hay Bun dan terakhir Tham Beng Kui, tocu muda dari
  Lembah Saldju Bernyanyi. Kelihatan sekali jika
  mereka sedang bercakap-cakap serius dan sudah
  berlangsung cukup lama. Apa gerangan yang mereka
  percakapkan?:
  “Demikianlah Duta Agung apa yang dapat kusaksikan
  dan kulihat langsung kejadian di Lam Hay Bun. Masih
  untung aku bisa menyelamatkan diri melalui jalan
  rahasia dan memberi tahu kong chouw Lamkiong
  Bouw. Perkembangan terakhir yang kutahu
  menjelang berlayar menuju Tionggoan adalah,
  rombongan penyerang itu dengan menya ndra Ayah
  dan Toako berkeras mengambil alih Lam Hay Bun.
  Padahal, selain menyandera ayah dan toako, mereka
  juga menyandra bibi yang menjadi wakil ayah di Lam
  Hay Bun. Melihat keadaan yang berbahaya itu, dan
  sepengetahuanku kong chouw tidak ingin terlibat jauh
  kedalam urusan Lam Hay Bun lagi, maka
  kemungkinan besar Lam Hay Bun sedang dikuasai
  rombongan penyerbu itu ….………” demikian Lamkiong
  Sian Li menyelesaikan laporannya mengulangi apa
  yang dia ceritakan kepada Tham Beng Kui sewaku
  menemuinya di Lembah Saldju Bernyanyi.
  “Kurang ajar, sungguh berani mereka ……” terdengar
  Siangkoan Tek menggeram. Wajar, karena kakek ini
  memang berteman baik dan bahkan mengangkat
  persaudaraan segi tiga dengan Lamkiong Bouw dan
  Kiang Cun Le dari Lembah Pualam Hijau. Dan mereka
  bertigalah yang berinisiatif meredakan permusuhan
  antara perguruan mereka masing-masing. Dan sejauh
  ini sudah berjalan cukup baik.
  “Sejauh yang kulihat, termasuk juga pembunuhan
  gelap para pendekar yang sedang menuju Lam Hay
  Bun, maka dapat kupastikan, memang mereka sudah
  menguasai Lam Hay Bun. Jika Lamkiong Bu Sek
  locianpwee yang memimpin, bisa kupastikan dia akan
  meminta bantuanku atau bantuan Siangkoan Tek
  locianpwee, tetapi semua itu tidak dilakukan. Karena
  itu, bisa dipastikan Lam Hay Bun sedang dikendalikan
  orang lain …” terdengar Ceng Liong menganalisis.
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>