Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan - 209

$
0
0
Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan - Serial Pelangi Di Langit Singosari 5 - SH Mintardja.jpegCerita Silat | Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan | Serial Pelangi Di Langit Singosari | Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan | SH Mintardja | Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan pdf

Cersil Joko Sableng ~ Jubah Tanpa Jasad Pendekar Rajawali Sakti - 120. Prahara Mahkota Berdarah Cersil Joko Sableng ~ Kidung Maut Bulan Purnama Cersil Joko Sableng ~ Malaikat Penggali Kubur Cersil Trio Detektif ~ Bisnis Kotor

demikian, apa rencanamu?”

Mahisa Bungalan berpikir sejenak. Lalu katanya “Tidak ada pilihan lain kecuali melawan mereka”

Mahisa Bungalan berpikir sejenak. Lalu katanya “Apakah tidak sebaiknya kita mencari satu cara yang paling baik untuk melawan, karena mungkin mereka sudah memperhitungkan kekuatan yang ada pada kita sekarang ini”

Mahisa Agni mengangguk-angguk. Namun katanya “Apakah tidak sebaiknya kita mencari satu cara yang paling baik untuk melawan, karena mungkin mereka sudah memperhitungkan kekuatan yang ada pada kita sekarang ini”

Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Lalu katanya “Bagaimana menurut paman berdua?”

Mahisa Agni memandang Witantra sejenak, lalu katanya “Kita dapat menentukan satu cara yang paling baik untuk menghadapi mereka yang aku yakin, kekuatannya tentu sudah diperhitungkan” Witantra mengangguk-angguk. Katanya “Ya. Kita memang harus mencari cara yang paling baik untuk menghadapi kekuatan yang tentu lebih besar dari kekuatan kita.

Demikianlah, maka untuk sesaat Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan berunding untuk menentukan cara yang paling baik melawan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan mereka, sementara mereka tidak akan dapat mempercayakan diri kepada prajurit Kediri yang agaknya telah terpancing keluar kota menghadapi pasukan Pangeran Kuda Permati yang datang. Agaknya menurut perhitungan, memang lebih baik bertempur yang diluar pintu gerbang dan menghindari kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi jika pertempuran itu terjadi di dalam Kota Raja.

Dalam pada itu, para pengikut Pangeran Kuda Permati yang telah lebih dahulu menyusup kedalam kota telah berkumpul sebagaimana mereka rencanakan. Mereka menerima beberapa penjelasan dari seorang Senopati yang bertanggung jawab untuk memimpin pasukan kecil terpilih yang akan menghancurkan sekelompok utusan dari Singasari itu.

Dengan tegas Senapati itu memerintahkan, bahwa serangan yang akan mereka lakukan merupakan serangan kilat yang tidak boleh gagal.

“Semua orang harus dibinasakan” perintah Senapati itu “kita memang sengaja, memancing persoalan dengan Singasari”

Peringatan itu cukup jelas. Karena itu, tidak seorangpun yang bertanya tentang tugas-tugas mereka. Mereka hanya akan melakukan satu tugas. Membinasakan orang-orang Singasari.

Demikianlah, maka kelompok orang-orang terpilih itupun kemudian dengan segera menuju keistana-orang-orang Singasari yang berada di Kediri, justru pada saat prajurit-prajurit Kediri bertempur untuk menghalau para prajurit yang menjadi pengikut Pangeran Kuda Permati.

Sekelompok orang-orang terpilih itu tidak menemui kesulitan. Mereka berhasil dengan tidak diketahui oleh siapapun juga merayap mendekati istana tempat para utusan dari Singasari tinggal selama mereka berada di Kediri.

Sejenak kemudian orang- orang itu sudah mengepung istana itu. Mereka menunggu isyarat dari Senapati yang memimpin kelompok itu sambil mempersiapkan diri meloncati dinding halaman. Mereka tidak tidak perlu mengetuk pintu, berpura-pura atau dengan paksa memecahkan gerbang. Tetapi mereka akan bersama-sama meloncati dinding ‘jika mereka sudah mendengar isyarat dari pimpinan mereka.

Ternyata mereka tidak menunggu terlalu lama. Segalanya memang harus terjadi dengan cepat. Sebelum orang-orang Kediri menyadari kekeliruannya, maka seisi istana itu harus sudah binasa.

Sesaat kemudian telah terdengar suara suitan bersambut. Ketika Senapati yang memimpin pasukan itu bersuit, maka orang- orang disebelah menyebelah telah menyahut dengan cara yang sama, sehingga beberapa saat kemudian, semua orang yang mengepung istana itu sudah mendengar.

Karena itu, maka dengan serta merta setiap orang yang telah mendengar isyarat itupun segera berdiri dan meloncat memasuki halaman istana yang luas itu.

Tetapi mereka sudah mendapat pengarahan dari pimpinan mereka, bahwa mereka harus melintasi halaman dan mengepung istana itu dengan rapat. Kemudian memasuki istana dan membinasakan semua orang yang ada di istana itu.

“Mungkin kita akan mendapat perlawanan yang gigih” berkata Senapatinya “Kita mengenal sifat para prajurit Singasari. Tetapi jumlah mereka terlalu sedikit untuk dapat bertahan”

Dengan demikian, maka setelah orang-orang Kediri itu berada di halaman, maka merekapun segera mengepung istana yang dihuni oleh utusan dari Singasari itu.

Namun orang-orang Kediri itu sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh. ketika mereka meloncat masuk ke halaman istana, mereka sama sekali tidak menemukan seorangpun dihalaman. Tidak ada prajurit yang bertugas di- regoldan tidak ada kesiagaan sama sekali dari para pengawal.

Menurut perhitungan mereka, setelah orang-orang Singasari itu mendengar suara kentongan yang dibunyikan oleh para petugas di gerbang Kota Raja, maka seharusnya mereka mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.

Tetapi halaman itu sama sekali tidak di jaga oleh seorangpun. Apakah ia petugas dari Kediri yang mendapat perintah untuk mengawal istana itu, maupun prajurit Singasari sendiri.

Tetapi mereka tidak sempat membicarakan dengan para Senapati. Sebagaimana yang diperintahkannya, maka. merekapun telah mengepung istana itu dan dengan satu perintah, maka mereka telah menyerbu masuk lewat beberapa pintu yang ada. Pintu pringgitan, pintu samping dan pintu-pintu butulan. Sebagian dari mereka menerobos memasuki longkangan lewat seketheng sedangkan yang lain menyusup kedalam dapur lewat pintu belakang. Sebagian yang lain telah mendorong dan membuka pintu-pintu gandok dan bangunan-bangunan yang lain yang ada di halaman itu.

Namun mereka benar- benar terkejut. Mereka tidak menemukan seorangpun di halaman manapun didalam istana itu.

Senapati yang memimpin sergapan itupun telah memasuki pintu pringgitan dan langsung masuk keruang tengah. Namun yang mereka ketemukan adalah ruang yang kosong. Beberapa orang prajuritnya yang mamasuki tiga buah sen-thong di bagian dalam istana itupun tidak menemukan seorangpun.

“Gila” geram Senapati itu “Apakah mereka mempunyai Aji penglimunan sehingga mereka dapat melenyapkan diri?”

Beberapa orang perwira pembantunyapun menjadi bingung. Seorang perwira yang bertubuh tinggi tegap dan berjambang lebat telah berteriak “Cari diseluruh halaman. Di kandang, lumbung dan pakiwan”

Para prajurit terpilih itupun telah berlari-larian dari satu bangunan ke bangunan yang lain. Namun mereka benar-benar tidak menemukan sesuatu.

“Anak iblis” Senapati itu mengumpat “Apa yang sebenarnya sudah terjadi?”

Dengan cepat ia memanggil semua perwira yang bertugas untuk membinasakan utusan dari Singasari itu. Mereka dengan jantung yang berdebaran berusaha untuk memecahkan teka-teki yang sedang mereka hadapi.

“Kita tidak mempunyai waktu banyak” geram Senapati yang memimpin pasukan kecil itu.

Tetapi para perwiranya tidak dapat memberikan jawaban atas peristiwa yang benar-benar diluar perhitungan mereka. Mereka sama sekali tidak mengerti, apa yang telah terjadi dan apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Namun dalam pada itu, dalam ketegangan itu salah seorang dari para perwira itu berdesis ” Agaknya ada pengkhianatan diantara kita. Orang-orang Singasari itu tentu sudah tahu, bahwa kita akan datang. Dengan demikian maka mereka sempat menghindarkan diri”

Wajah Senopati yang memimpin pasukan itu menjadi semakin tegang. Dengan suara bergetar menahan kemarahan yang akan meledakkan dadanya ia berkata “Ya. Aku sependapat. Tentu ada seorang diantara kita yang memasuki istana ini. Tetapi orang lain yang ikut membicarakan rencana ini”

Para perwira itu tiba-tiba saja saling berpandangan diantara mereka. Seakan- akan mereka mencari, sipakah yang paling pantas untuk menjadi pengkhianat itu.

Tetapi mereka tidak menemukan seorangpun yang pantas dicurigai.

Namun sejenak kemudian, Senopati yang memimpin pasukan itupun kemudian berkata ““Tetapi kita tidak dapat berdiam diri dan termangu-mangu seperti ini. Kita harus berbuat sesuatu. Agaknya kehadirannya kita sudah diketahui” berkata salah seorang perwira 8220;karena itu, kita tidak boleh terlambat. Kita harus menghindar dari kemungkinan yang lebih -buruk dari kekecewaan ini. Mumpung di pintu gerbang sebelah Timur terjadi pertempuran. Kita akan dapat menggabungkan diri sehingga kita akan mendapat kesempatan untuk bersama -sama mereka mengundurkan diri”

“Apakah kita akan mengorbankan tugas kita?” bertanya Senopati yang memimpin pasukan itu.

“Apa yang dapat kita lakukan disini? Kita tidak menemukan seorangpun? Jika kita meninggalkan Kota Raja, bukan karena kita genta i- menghadapi tugas ini. Kita sudah sampai di arena. Tetapi kita tidak mendapatkan lawan. Sasaran yang harus kita hadapi sama sekali tidak kita ke- temukan. Lalu apa lagi?” sahut perwira itu.

Senopati yang memimpin pasukan itu mengangguk-angguk. Memang tidak ada pilihan lain. Bukan sebaiknya mereka membunuh diri, dengan menunggu para prajurit Kediri siap mengepung dan menumpas mereka.

Karena itu, maka merekapun kemudian mengambil satu keputusan yang akan mereka pertanggung-jawabkan bersama. Menarik diri dan keluar dari Kota Raja.

Dengan demikian, maka Senopati yang memimpin pasukan itupun kemudian memerintahkan untuk memanggil semua orang di dalam pasukannya.

“Mereka masih bertebaran di setiap bangunan yang ada di halaman ini” berkata seorang perwira.

“Kumpulkan mereka” perintah Senopati itu.

Para perwirapun kemudian menebar. Mereka memberikan isyarat untuk memanggil orang-orang mereka yang bertebaran di halaman dan disetiap bangunan istana yang dipergunakan oleh orang-orang Singasari itu.

Beberapa saat kemudian, maka beberapa bagian dari para prajurit itu sudah berkumpul. Tetapi ada beberapa orang yang masih belum hadir diantara mereka, sehingga para perwira terpaksa memberikan isyarat ulangan.

Sekali lagi para perwira memberikan isyarat agar setiap orang berkumpul di halaman depan. Namun beberapa orang masih tidak segera datang berkumpul bersama kawan- kawannya.

“Cari mereka 8221; bentak seorang perwira “Apakah mereka tertidur?”

Para prajurit yang sudah berkumpul itupun telah menebar lagi untuk memanggil beberapa orang kawan mereka yang belum hadir Namun tiba-tiba para perwira itu terkejut. Dua orang prajurit telah datang berlari-lari menemui para perwira, nafasnya terengah-engah dan wajahnya membayangkan kegelisahan hatinya.

Para perwira itupun menjadi tegang . Jika prajurit terpilih menjadi seperti orang ketakutan maka tentu ada sesuatu yang sangat penting telah terjadi.

“Ada apa? Katakan” desak salah seorang perwira.

“Kami menemukan dua orang kawan kami terbaring dilumbung dalam keadaan luka-luka. Agaknya keduanya tidak sempat mengadakan perlawanan ketika mereka ditusuk dari belakang” jawab salah seorang diantara mereka.

Wajah perwira itu menjadi merah seperti bara dalam cahaya obor di pendapa. Namun sebelum ia berbuat sesuatu, maka orang lain telah datang dengan gelisah dan memberikan laporan yang hampir sama 8220;Disudut longkangan, seorang kawan kami mengerang kesakitan”

“Dan kau lari terbirit-birit seperti anjing dilempar batu?” perwira itu semakin marah.

“Tidak. Aku mencari seseorang yang mungkin melakukannya. Tetapi aku tidak menemukannya” jawab prajurit itu. p>

Sementara itu, salah seorang dari dua orang prajurit yang terdahulu berkata “Kami sama sekali tidak menjadi ketakutan. Tetapi kami memang tergesa-gesa memberikan laporan. Tentu masih ada lawan di halaman ini yang bersembunyi dengan cara mereka sendiri”

Para perwira dan Senapati yang memimpin pasukan Kediri terpilih yang menjadi pengikut Pengeran Kuda Permati itu termangu-mangu. Namun kemudian Senapati yang memimpin pasukan itu berkata “Ya. Aku sependapat. Tentu masih ada lawan tersembunyi. Jika demikian, kita akan mencari mereka sekali lagi dengan lebih teliti”

Maka perintahpun sekali lagi dijatuhkan. Pasukan terpilih itu harus mencari orang-orang yang telah menyerang kawan-kawan mereka.

“Jangan dungu. Mereka masih ada didalam halaman ini” berkata Senapati itu dengan tegas. Lalu “Kita ternyata adalah orang-orang yang dibayangi oleh perasaan takut dibalik kesombongan kita yang mendapat julukan prajurit terpilih. Dalam suasana seperti ini kita tidak dapat ingkar, sehingga dalam melakukantugas kita di istana ini sangat mengecewakan. Dengan tergesa- gesa kita mengambil kesimpulan bahwa istana ini kosong, karena kita ingin segera meninggalkan tempat yang mungkin dapat membahayakan jiwa kita ini”

Para perwira dan para prajurit itupun merasa betapa mereka dibayangi oleh ketergesa-gesaan sikap karena suasana yang memang mendebarkan itu. Karena itu, maka merekapun berjanji kepada diri sendidri untuk menunjukkan bahwa mereka memang prajurit terpilih.

Demikianlah, maka para perwira itupun telah menyampaikan perintah itu kepada kelompoknya masing-masing dengan penuh kesungguhan.

Sekali lagi dengan dibebani julukan pada diri masing-masing sebagai prajurit pilihan, maka mereka telah menebar diseluruh halaman.

Sebenarnyalah, beberapa orang dianta a mereka telah terbaring dengan luka- luka ditabuh mereka. Bahkan ada diantara mereka yang sudah tidak mungkin lagi untuk ditolong jiwanya.

Para pengikut Pengeran Kuda Permati itu tidak ingin lagi disebut sebagai orang-orang sombong yang pengecut. Karena itu, mereka telah mencari lawan-lawan mereka, orang- orang Singasari dengan lebih teliti.

Ternyata bahwa akhirnya merekapun menemukan orang-orang Singasari itu. Mereka bersembunyi di dalam bangunan-bangunan yang ada, di sudut-sudut ruangan dibelakang geledeg dan bahkan sebagian ada yang bersembunyi diatap yang terlindung oleh kegelapan, karena lampu minyak yang nyalanya tidak cukup memberikan penerangan.

Mereka meloncat dan menikam para prajurit terpilih itu, untuk kemudian bersembunyi lagi, sehingga dengan demikian maka mereka telah berhasil mengurangi jumlah lawan mereka.

Namun ketika sekali lagi para prajurit terpilih dengan marah memasuki setiap bangunan, maka mereka tidak lagi dapat tetap menyembunyikan diri. Para pengikut Pangeran Kuda


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>