Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Cersil jepang - Shogun 1 Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api Pendekar Rajawali Sakti - 108. Harga Sebuah Kepala Pendekar Rajawali Sakti - 112. Dendam Datuk Geni Pendekar Rajawali Sakti - 113. Pembalasan Iblis Sesat
Episode 51: Hati Yang Terkoyak (1)
Dengan posisi 2 – 1, dimana pihak Tionggoan beroleh
sebuah kemenangan melalui Tek Hoat, maka nasib
koalisi Lam Hay–Bengkauw-Thian Tok akan ditentukan
oleh Chandra Gupta. Chandra Gupta sendiri adalah
salah seorang murid tokoh Thian Tok Gamal Singh
yang pernah bertarung secara seimbang dengan
generasi 4 Manusia Dewa Tionggoan. Dan sejauh ini,
belum sekalipun ada yang melihat bagaimana
Chandra Gupta bertarung selama diaberada di
Tionggoan.
Dan dengan fakta bahwa 10 Tahun kedepan format
Pibu 10 Tahunan akan berubah, dimana Thian Tok
akan bergabung dengan Persekutuan 3 Pulau dalam
melawan Tionggoan, dimana Bengkauw kelak
bergabung dengan Tionggoan, maka pibu terakhir ini
jelas sangat menentukan. Apakah tetap saja mereka
terus kalah ataukah akan mampu setidaknya
bertarung seimbang?
Semua pertanyaan penuh rasa penasaran itu tentu
saja akan segera terjawab karena Lamkiong Bu Sek
sudah bersuara:
“Pertarungan pada babak terakhir akan berhadapan
Thian Ki Hwesio sebagai wakil dari Siauw Lim Sie.
Thian Ki suhu akan bertanding melawan Chandra
Gupta yang mewakili Thian Tok …. mari, silahkan …..”
“Amitabha …” terdengar pujian kepada sang Budha
ketika Thian Ki Hwesio memasuki arena pertandingan
dan segera diikuti oleh Chandra Gupta yang melayang
ke arena dengan gerakan yang sangat lincah dan
ringan. Cara masuk kedua tokoh itu ke arena sudah
mendatangkan rasa penasaran dan tanda-tanda
pertempuran yang seru dan seimbang. Dan segera
terbukti ketika Chandra Gupta membuka serangan
dengan gaya yang aneh dan asing, namun sangat
cepat dan kuat. Bahkan masih lebih aneh dan bahkan
lebih hebat jika dibandingkan dengan Naga Pattynam
sekalipun. Maklum saja, tokoh yang satu ini selain
masih berusia muda tetapi juga sekaligus sudah
membekal kekuatan yang sangat luar biasa hebatnya.
Tidak kalah dibanding denga Naga Pattynam. Baru
serangan awal saja sudah mendatangkan angin
serangan yang sangat kuat dan keras, bahkan angin
serangan saja sudah menggetarkan sekel ilingnya.
Tetapi Thian Ki Hwesio yang melihat bahwa lawannya
ini justru adalah yang paling hebat dari yang dilawan
oleh kawan-kawannya, dengan segera mengerutkan
keningnya dan juga mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya. Perlu diketahui, dari semua teman-teman
seangkatannya, Kwi Beng yang sudah menjadi Bhiksu
Siauw Lim Sie dengan nama Thian Ki Hwesio memiliki
satu keistimewaan, yakni dalam keseriusan dan
ketekunannya. Sejak awal mulai berlatih, Kwi Beng
memang memiliki daya serap kekuatan yang lebih
kokoh dibandingkan adik kembarnya Kwi Song. Dan
apalagi, ketika memutuskan menjadi Pendeta di Poh
Thian dimana pekerjaan sehari-harinya adalah belajar
keagamaan dan mendalami ilmu silatnya. Tidak heran
jika dalam waktu beberapa bulan, kemajuannya
sudah jauh meninggalkan Kwi Song. Baru setelah Kwi
Song menemuinya lagi di Poh Thian dan berlatih
bersama, maka perlahan kemajuan Kwi Song kembali
pesat menjejeri kakaknya yag sudah menjadi
pendeta itu. Terlebih setelah kedatangan Ceng Liong
menemui mereka berdua di Poh Thian dengan
membawa titipan dari kedua sesepuh Siauw Lim Sie,
maka kemajuan mereka berdua kakak beradik
menjadi semakin menakjubkan. Baik Kwi Song
maupun Thian Ki Hwesio ini melaju kepan daiannya,
bahkan juga kekuatan iweekang mereka semakin
kokoh dan semakin hebat kemajuannya.
Maka ketika Chandra Gupta menyerangnya habis-
habisan, Thian Ki Hwesio sama sekali tidak gentar dan
tidak kehilangan pegangan. Sebaliknya dengan
perlahan dan dengan kepercayaan diri yang tinggi dia
menggerakkan kedua tangannya, dan segera
mengepul asap putih pekat dari lengannya: PEK IN
CIANG (Tangan Awan Putih), satu ilmu mujijat
peninggalan gurunya Kian Ti Hosiang. Dan dengan
ilmu tersebut dan tetap menjaga kuda-kudanya agar
kokoh, Thian Ki Hwesio meladeni serangan Chandra
Gupta. Dengan segera mereka terlibat pertarungan
jarak dekat dengan menggunakan kekuatan dan
kecepatan dalam memukul. Tetapi, semakin hebat
http://cerita-silat.mywapblog.com
Chandra Gupta menyerang, semakin hebat dan
semakin kuat perlawanan Thian Ki Hwesio. Dan ketika
akhirnya mereka saling berbenturan, keduanya
dengan cepat menyadari bahwa kekuatan keduanya
sama-sama hebat dan sama-sama kuatnya. Dan kini,
keduanya mulai memandang dan memperlakukan
lawannya sebagai lawan yang luar biasa hebat dan
luar biasa kuatnya.
Kelihatannya Chandra Gupta mulai mengeluarkan
sinkang khas perguruannya, Kim Coa Sian Kang
(Tenaga Sakti Ular Emas). Dan jika lengan, dan tidak
lama kemudian, juga sekujur tubuh Thian Ki Hwesio
mulai diselubungi oleh awan tipis berpijar sebagai
tanda sudah mulai mengerahkan kekuatan hawa
pelindung badan Bu Siang Cheng Khi, maka Chandra
Gupta mulai memancarkan sinar mujijat berwarna
kuning keemasan. Itulah tanda jika keduanya sudah
meningkatkan penggunaan iweekang dan bahkan
khikang pelindung badan. Dan juga berarti, bahwa
keduanya saling sadar jika sedang menghadapi lawan
yang sangat hebat dan luar biasa. Yang luar biasa dari
Chandra Gupta adalah, sinar dan pijar keemasan yang
memancar terlihat seperti lapisan-lapisan yang
tersusun bagai susunan sisik seekor ular besar. Dan
inilah yang dinamakan Ilmu Perisai Sisik Ular Dewa
yang menjadi ilmu khikang mujijat dari perguruannya
di daerah Thian Tok sana itu.
Menyadari lawan sudah meningkatkan kekuatan,
maka kini keduanya mulai bergerak dengan cara
yang berbeda. Jika Chandra Gupta bergerak dengan
Cui Beng Coa Sian Ciang (Tangan Dewa Ular Pengejar
Roh), dan dengan gerakan-gerakan mirip seekor ular
yang cepat, licin dan selalu bergerak dengan gemulai,
maka Kwi Beng bergerak lebih irit dan lebih hemat
namun terkesan sangat kokoh dan kuat. Bahkan,
lengannya terkadang juga menyisipkan totokan khas
Ilmu Budha yang bernama Tam Ci Sin Thong (Lentikan
jemari sakti) dikombinasi dengan Pek In Ciang.
Otomatis terlihatlah betapa Chandra Gupta lebih aktif
bergerak menyerang dengan sejumlah besar variasi
tipuan, sementara di phak lain, Thian Ki Hwesio
terlihat tetap kuat, teguh dan kokoh. Pertahanannya
sungguh hebat dan tetap sulit tertembus oleh
serangan membadai dari Chandra Gupta yang selalu
memburunya itu.
Bahkan dalam pertarungan 50 jurus pertama,
keduanya sudah saling serang dengan ilmu ilmu
mujijat dan membuat keduanya bergerak dengan
pancaran kekuatan iweekang tingkat tinggi. Dan tiba-
tiba Thian Ki Hwesio merubah gerakan-gerakannya
dari bertahan berubah menjadi penyerang dengan Tay
Lo Kim Kong Sin Ciang dan masih diperkuat dengan
Ilmu Kim Kong Ci (Jari Arhat). Kombinasi ilmu pukulan
dan ilmu jari yang mujijat membuat gantian Chandra
Gupta yang harus bertahan dan berganti ilmu dengan
Chit Seng Pat Poh (Delapan Langkah Tujuh Bintang).
Gerakan yang sungguh manis dan mujijat, karena
Thian Ki Hwesio harus berusaha keras untuk
mendapatkan sasaran pukulan yang selalu bergerak
secara aneh dan mujijat. Dengan demikian, jika pada
5 jurus pertama Thian Ki Hwesio banyak bertahan,
maka pada 50 jurus berikutnya, gantian Thian Ki
Hwesio yang mencecar Chandra Gupta dengan
serangan-serangan keras dan dikombinasikan
sekaligus dengan ilmu jari yang mampu menembus
benda keras sekeras batu sekalipun.
Pertarungan dengan demikian menjadi demikian seru
dengan masing-masing keduanya menguasai 50 jurus
dalam 100 jurus pertama. Jika pada awalnya Thian Ki
Hwesio bertarung dengan menitikberatkan pada
pertahanan dan membuat Chandra Gupta mampu
lebih banyak menyerang, maka pada 50 jurus
berikutnya, adalah Thian Ki Hwesio yang gantian lebih
banyak berinisiatif menyerang. Meksipun demikian,
sampai mendekati 100 jurus pertama, tetap saja
perimbangan antara keduanya sangat kentara. Meski
Chandra Gupta menguasai limapuluh jurus pertama
dan Thian Ki Hwesio menguasai lima puluh jurus
kedua, tetapi tidak ada satu pihakpun yang dapat
dikatakan lebih menguasai dan mendominasi
pertempuran tersebut. Baik dalam hal tenaga atau
kegesitan, keduanya menunjukkan tingkat yang
sama. Jikapun berbeda, maka adalah Thian Ki Hw
Cersil jepang - Shogun 1 Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api Pendekar Rajawali Sakti - 108. Harga Sebuah Kepala Pendekar Rajawali Sakti - 112. Dendam Datuk Geni Pendekar Rajawali Sakti - 113. Pembalasan Iblis Sesat
Episode 51: Hati Yang Terkoyak (1)
Dengan posisi 2 – 1, dimana pihak Tionggoan beroleh
sebuah kemenangan melalui Tek Hoat, maka nasib
koalisi Lam Hay–Bengkauw-Thian Tok akan ditentukan
oleh Chandra Gupta. Chandra Gupta sendiri adalah
salah seorang murid tokoh Thian Tok Gamal Singh
yang pernah bertarung secara seimbang dengan
generasi 4 Manusia Dewa Tionggoan. Dan sejauh ini,
belum sekalipun ada yang melihat bagaimana
Chandra Gupta bertarung selama diaberada di
Tionggoan.
Dan dengan fakta bahwa 10 Tahun kedepan format
Pibu 10 Tahunan akan berubah, dimana Thian Tok
akan bergabung dengan Persekutuan 3 Pulau dalam
melawan Tionggoan, dimana Bengkauw kelak
bergabung dengan Tionggoan, maka pibu terakhir ini
jelas sangat menentukan. Apakah tetap saja mereka
terus kalah ataukah akan mampu setidaknya
bertarung seimbang?
Semua pertanyaan penuh rasa penasaran itu tentu
saja akan segera terjawab karena Lamkiong Bu Sek
sudah bersuara:
“Pertarungan pada babak terakhir akan berhadapan
Thian Ki Hwesio sebagai wakil dari Siauw Lim Sie.
Thian Ki suhu akan bertanding melawan Chandra
Gupta yang mewakili Thian Tok …. mari, silahkan …..”
“Amitabha …” terdengar pujian kepada sang Budha
ketika Thian Ki Hwesio memasuki arena pertandingan
dan segera diikuti oleh Chandra Gupta yang melayang
ke arena dengan gerakan yang sangat lincah dan
ringan. Cara masuk kedua tokoh itu ke arena sudah
mendatangkan rasa penasaran dan tanda-tanda
pertempuran yang seru dan seimbang. Dan segera
terbukti ketika Chandra Gupta membuka serangan
dengan gaya yang aneh dan asing, namun sangat
cepat dan kuat. Bahkan masih lebih aneh dan bahkan
lebih hebat jika dibandingkan dengan Naga Pattynam
sekalipun. Maklum saja, tokoh yang satu ini selain
masih berusia muda tetapi juga sekaligus sudah
membekal kekuatan yang sangat luar biasa hebatnya.
Tidak kalah dibanding denga Naga Pattynam. Baru
serangan awal saja sudah mendatangkan angin
serangan yang sangat kuat dan keras, bahkan angin
serangan saja sudah menggetarkan sekel ilingnya.
Tetapi Thian Ki Hwesio yang melihat bahwa lawannya
ini justru adalah yang paling hebat dari yang dilawan
oleh kawan-kawannya, dengan segera mengerutkan
keningnya dan juga mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya. Perlu diketahui, dari semua teman-teman
seangkatannya, Kwi Beng yang sudah menjadi Bhiksu
Siauw Lim Sie dengan nama Thian Ki Hwesio memiliki
satu keistimewaan, yakni dalam keseriusan dan
ketekunannya. Sejak awal mulai berlatih, Kwi Beng
memang memiliki daya serap kekuatan yang lebih
kokoh dibandingkan adik kembarnya Kwi Song. Dan
apalagi, ketika memutuskan menjadi Pendeta di Poh
Thian dimana pekerjaan sehari-harinya adalah belajar
keagamaan dan mendalami ilmu silatnya. Tidak heran
jika dalam waktu beberapa bulan, kemajuannya
sudah jauh meninggalkan Kwi Song. Baru setelah Kwi
Song menemuinya lagi di Poh Thian dan berlatih
bersama, maka perlahan kemajuan Kwi Song kembali
pesat menjejeri kakaknya yag sudah menjadi
pendeta itu. Terlebih setelah kedatangan Ceng Liong
menemui mereka berdua di Poh Thian dengan
membawa titipan dari kedua sesepuh Siauw Lim Sie,
maka kemajuan mereka berdua kakak beradik
menjadi semakin menakjubkan. Baik Kwi Song
maupun Thian Ki Hwesio ini melaju kepan daiannya,
bahkan juga kekuatan iweekang mereka semakin
kokoh dan semakin hebat kemajuannya.
Maka ketika Chandra Gupta menyerangnya habis-
habisan, Thian Ki Hwesio sama sekali tidak gentar dan
tidak kehilangan pegangan. Sebaliknya dengan
perlahan dan dengan kepercayaan diri yang tinggi dia
menggerakkan kedua tangannya, dan segera
mengepul asap putih pekat dari lengannya: PEK IN
CIANG (Tangan Awan Putih), satu ilmu mujijat
peninggalan gurunya Kian Ti Hosiang. Dan dengan
ilmu tersebut dan tetap menjaga kuda-kudanya agar
kokoh, Thian Ki Hwesio meladeni serangan Chandra
Gupta. Dengan segera mereka terlibat pertarungan
jarak dekat dengan menggunakan kekuatan dan
kecepatan dalam memukul. Tetapi, semakin hebat
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
Chandra Gupta menyerang, semakin hebat dan
semakin kuat perlawanan Thian Ki Hwesio. Dan ketika
akhirnya mereka saling berbenturan, keduanya
dengan cepat menyadari bahwa kekuatan keduanya
sama-sama hebat dan sama-sama kuatnya. Dan kini,
keduanya mulai memandang dan memperlakukan
lawannya sebagai lawan yang luar biasa hebat dan
luar biasa kuatnya.
Kelihatannya Chandra Gupta mulai mengeluarkan
sinkang khas perguruannya, Kim Coa Sian Kang
(Tenaga Sakti Ular Emas). Dan jika lengan, dan tidak
lama kemudian, juga sekujur tubuh Thian Ki Hwesio
mulai diselubungi oleh awan tipis berpijar sebagai
tanda sudah mulai mengerahkan kekuatan hawa
pelindung badan Bu Siang Cheng Khi, maka Chandra
Gupta mulai memancarkan sinar mujijat berwarna
kuning keemasan. Itulah tanda jika keduanya sudah
meningkatkan penggunaan iweekang dan bahkan
khikang pelindung badan. Dan juga berarti, bahwa
keduanya saling sadar jika sedang menghadapi lawan
yang sangat hebat dan luar biasa. Yang luar biasa dari
Chandra Gupta adalah, sinar dan pijar keemasan yang
memancar terlihat seperti lapisan-lapisan yang
tersusun bagai susunan sisik seekor ular besar. Dan
inilah yang dinamakan Ilmu Perisai Sisik Ular Dewa
yang menjadi ilmu khikang mujijat dari perguruannya
di daerah Thian Tok sana itu.
Menyadari lawan sudah meningkatkan kekuatan,
maka kini keduanya mulai bergerak dengan cara
yang berbeda. Jika Chandra Gupta bergerak dengan
Cui Beng Coa Sian Ciang (Tangan Dewa Ular Pengejar
Roh), dan dengan gerakan-gerakan mirip seekor ular
yang cepat, licin dan selalu bergerak dengan gemulai,
maka Kwi Beng bergerak lebih irit dan lebih hemat
namun terkesan sangat kokoh dan kuat. Bahkan,
lengannya terkadang juga menyisipkan totokan khas
Ilmu Budha yang bernama Tam Ci Sin Thong (Lentikan
jemari sakti) dikombinasi dengan Pek In Ciang.
Otomatis terlihatlah betapa Chandra Gupta lebih aktif
bergerak menyerang dengan sejumlah besar variasi
tipuan, sementara di phak lain, Thian Ki Hwesio
terlihat tetap kuat, teguh dan kokoh. Pertahanannya
sungguh hebat dan tetap sulit tertembus oleh
serangan membadai dari Chandra Gupta yang selalu
memburunya itu.
Bahkan dalam pertarungan 50 jurus pertama,
keduanya sudah saling serang dengan ilmu ilmu
mujijat dan membuat keduanya bergerak dengan
pancaran kekuatan iweekang tingkat tinggi. Dan tiba-
tiba Thian Ki Hwesio merubah gerakan-gerakannya
dari bertahan berubah menjadi penyerang dengan Tay
Lo Kim Kong Sin Ciang dan masih diperkuat dengan
Ilmu Kim Kong Ci (Jari Arhat). Kombinasi ilmu pukulan
dan ilmu jari yang mujijat membuat gantian Chandra
Gupta yang harus bertahan dan berganti ilmu dengan
Chit Seng Pat Poh (Delapan Langkah Tujuh Bintang).
Gerakan yang sungguh manis dan mujijat, karena
Thian Ki Hwesio harus berusaha keras untuk
mendapatkan sasaran pukulan yang selalu bergerak
secara aneh dan mujijat. Dengan demikian, jika pada
5 jurus pertama Thian Ki Hwesio banyak bertahan,
maka pada 50 jurus berikutnya, gantian Thian Ki
Hwesio yang mencecar Chandra Gupta dengan
serangan-serangan keras dan dikombinasikan
sekaligus dengan ilmu jari yang mampu menembus
benda keras sekeras batu sekalipun.
Pertarungan dengan demikian menjadi demikian seru
dengan masing-masing keduanya menguasai 50 jurus
dalam 100 jurus pertama. Jika pada awalnya Thian Ki
Hwesio bertarung dengan menitikberatkan pada
pertahanan dan membuat Chandra Gupta mampu
lebih banyak menyerang, maka pada 50 jurus
berikutnya, adalah Thian Ki Hwesio yang gantian lebih
banyak berinisiatif menyerang. Meksipun demikian,
sampai mendekati 100 jurus pertama, tetap saja
perimbangan antara keduanya sangat kentara. Meski
Chandra Gupta menguasai limapuluh jurus pertama
dan Thian Ki Hwesio menguasai lima puluh jurus
kedua, tetapi tidak ada satu pihakpun yang dapat
dikatakan lebih menguasai dan mendominasi
pertempuran tersebut. Baik dalam hal tenaga atau
kegesitan, keduanya menunjukkan tingkat yang
sama. Jikapun berbeda, maka adalah Thian Ki Hw