Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Keris Iblis - 4

$
0
0
Cerita Silat | Keris Iblis | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Keris Iblis | Cersil Sakti | Keris Iblis pdf

Cersil Wiro Sableng 85 - Wasiat Sang Ratu Pendekar Rajawali Sakti - 157. Dendam Pendekar-Pendekar Gila Cersil Wiro Sableng 89 - Geger di Pangandaran Pendekar Rajawali Sakti - 158. Pasukan Alis Kuning Pendekar Rajawali Sakti - Penyair Maut


 
  2
 
  Namun sesaat lagi ujung golok itu akan menebas leher lawan, pada saat itu muncul sesosok bayangan yang bergerak cepat menyambar ke arah kepala desa itu. Suteja bukanlah orang sembarangan. Sekilas saja dia bisa mengetahui bahwa seseorang yang baru datang berkepandaian tak rendah. Dengan tiba-tiba goloknya berputar dan menyambar bayangan yang baru datang itu.
  “Yeaaa...!”
  “Bet!”
  “Hup!”
  Dengan gerakan manis sesosok bayangan itu melompat ke atas menghindar dari serangan golok lawan. Suteja merasa tubuhnya bergoyang ketika suatu sambaran angin menerpa dirinya.
  “Huh!”
  “Hiyaaa...!”
  Belum lagi dia sempat menegaskan siapa orang yang baru datang itu, sosok bayangan tadi telah bergerak kembali sambil berteriak nyaring.
  “Uts!”
  “Trang!”
  Darah Suteja tersirap melihat serangan lawan. Baru saja dia lolos dari maut ketika ujung kulitnya terasa perih terkena angin sambaran senjata lawan. Ketika goloknya bergerak menebas, lawan telah menangkis. Tangannya terasa kesemutan luar biasa bercampur perih. Suteja jungkir balik menghindari serangan susulan yang begitu cepat. Tubuhnya bersalto beberapa kali ke belakang. Kemudian tegak berdiri memperhatikan sesosok tubuh yang tidak lagi mengejarnya itu.
  “Ha-ha-ha...! Hebat juga kau punya kepandaian orang tua. Tapi mencoba untuk melawan orang-orang Golok Setan kau akan mampus sendiri!” ujar seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan sepasang mata agak sipit.
  “Siapa kau?!” bentak Suteja garang.
  “Hmm... rupanya kau belum kenal padaku? Baiklah, buka telingamu lebar-lebar. Aku adalah pemimpin dari orang-orang Golok Setan. Nah, kini kau kenal denganku bukan?”
  “Keparat! Jadi kau yang bernama Kolo Menjing?”
  “Rupanya ingatanmu belum lamur, Suteja!”
  “Hmm... rupanya kaupun kenal namaku. Bagus! Nah, Kisanak suruh orang-orangmu untuk menyingkir dari desaku ini!”
  “Ha-ha-ha...! Suteja, dulu namamu amat ditakuti oleh sebagian orang. Menurut kabar kau memiliki ilmu silat tinggi. Tapi jangan harap kau bisa menakut-nakuti Kolo Menjing. Kalau aku telah berniat menghancurkan desa ini tak seorang pun boleh menghalangi,” sahut Kolo Menjing sambil tertawa keras.
  “Kolo Menjing, diantara kita tak ada permusuhan apa-apa. Kenapa kau berniat menghancurkan desa ini?”
  “Aku tak musti bermusuhan dengan seseorang bila ingin menghancurkan dan merampok harta benda kalian.”
  “Jahanam! Kau lebih terkutuk dari iblis!” desis Suteja sambil mengayunkan goloknya.
  “He-he-he...! Percuma saja kau melawanku, Suteja. Lebih baik kau sarungkan golok itu dan berlututlah minta ampun, siapa tahu aku sudi mengampunimu,” sahut Kolo Menjing dengan suara yang amat merendahkan kepala Desa Kahuripan itu.
  “Keparat!” dengus Suteja geram.
  Tanpa berpikir panjang lagi dia langsung menyerang lawan sambil menyabetkan golok.
  “Hiyaaat...!”
  “Hmm... bandel!”
  Kolo Menjing cuma menggeser sedikit tubuhnya. Kaki kanannya bergerak menyapu pinggang lawan. Tapi dengan gerakan meliuk tubuh Suteja menghindarinya sambil melompat ke atas dan menebas leher Kolo Menjing dengan cepat.
  “Trang!”
  “Des!”
  “Bet!”
  “Akh...!”
  Suteja mengeluh kesakitan ketika satu tendangan menghantam dadanya. Masih untung dia bisa menghindar sambil bergulingan ketika satu tebasan golok lawan menderu deras menghantam perutnya. Tapi tangannya sendiri terasa perih ketika golok mereka beradu.
  Sementara itu melihat bahwa ketua mereka telah ikut campur, Kimun dan Cangklong lebih leluasa meneruskan niatnya tadi. Dengan sekali sentak Ningsih telah kembali dalam dekapan Cangklong. Perempuan itu berteriak-teriak ketakutan bercampur marah.
  “Lepaskan aku! Lepaskaaaan...!”
  “Bajingan keparat! Lepaskan ibuku, atau kubunuh kalian!” teriak Layang Seta kalap sambil mengayunkan goloknya.
  “Yeaaa...!”
  “Budak keparat! Mampuslah kau sekarang!” desis Kimun geram sambil mengayunkan goloknya.
  “Jangan bunuh anakku!” teriak Ningsih cemas.
  “Akh...!” Cangklong menjerit ketika tangannya digigit perempuan itu.
  Cekalan tangannya mengendur, dan hal itu dimanfaatkan oleh perempuan itu untuk melepaskan diri sambil menubruk anaknya. Namun pada saat yang bersamaan golok Kimun tak tertahan lagi dan dengan cepat menebas leher perempuan itu. Ningsih tak sempat menjerit ketika lehernya nyaris putus.
  “Ibu...!” teriak Layang Seta terkejut sambil menubruk tubuh perempuan itu yang ambruk ke tanah.
  “Brengsek kau, Kimun!” dengus Cangklong marah.
  “Maaf, Cangklong. Aku tak sengaja....”
  “Sudahlah. Bereskan anak celaka ini secepatnya!”
  ***
  Namun sebelum Kimun bertindak, terdengar bentakan nyaring yang mengingatkan Layang Seta.
  “Layang Seta, cepat tinggalkan tempat ini! Selamatkan dirimu!”
  “Heh?!”
  “Yeaaa...!”
  Pemuda itu terkejut. Dengan tiba-tiba saja tubuh Suteja melesat ke arahnya dengan maksud melindungi dari serangan Kimun.
  “Hiyaaat...!”
  “Cras!”
  “Aaaa...!”
  “Hei?!”
  Layang Seta terkejut mendengar jerit kematian Kepala Desa Kahuripan, karena pada saat tubuhnya bergerak, tubuh Kolo Menjing pun melesat sambil menyabetkan golok ke punggung lawan.
  “Lari Layang Seta! Larii...!”
  “Huh! Mampuslah kau!” geram Cangklong sambil menyabetkan goloknya ke tubuh Suteja.
  Kepala Desa Kahuripan itu cuma mengeluh pendek. Nyawanya langsung lepas dari tubuh ketika lehernya putus. Layang Seta semakin bimbang be

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

Trending Articles

<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>