Cerita Silat | Manusia Lumpur | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Manusia Lumpur | Cersil Sakti | Manusia Lumpur pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 172. Misteri Tabib Siluman Raja Petir ~ Ajian Duribang Pendekar Kembar ~ Goa Mulut Naga Si Teratai Merah (Ang-lian Li-hiap) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Siluman Darah ~ Cinta Memendam Dendam
angan. Mereka adalah korban kesekian dari Manusia Lumpur. Namun begitu tetap ada yang berusaha melawan sekuat tenaga.
“Graagkhh...!”
Wut! Wut!
Dua orang yang bergerak mendekat, sama sekali tidak membuat Manusia Lumpur gentar. Malah dengan gesit ditangkapnya pergelangan kaki mereka dan dibantingnya dengan keras.
Buk! Prakk!
“Aaa...!”
Salah seorang kepalanya tampak remuk terkena batu saat dibanting. Sedang yang seorang lagi, tak bangun lagi. Mungkin pingsan.
“Keparat!” dengus yang lain.
Jumlah mereka kini tinggal tujuh orang lagi. Namun begitu semangat mereka tampak belum kendor juga.
“Ayo kita serang lagi! Awas, jangan berada dekat-dekat dengannya. Dia mampu bergerak secepat kilat! Pergunakan senjata kalian untuk menyerang bagian-bagian tertentu di tubuhnya!” teriak seseorang, memberi perintah.
“Baik, Ki!”
“Heaaa...!”
Secara serentak mereka kembali menyerang dengan senjata terhunus. Tidak seperti tadi, kali ini mereka menyerang dengan teratur. Begitu melepas serangan, langsung cepat-cepat mundur ke belakang. Pertarungan mendebarkan benar-benar terjadi.
Wut! Wut!
Trak! Bet!
Untuk sesaat, Manusia Lumpur hanya bisa menggeram marah. Tapi selanjutnya, para pengeroyok yang dibuat terkejut. Bukan saja senjata-senjata mereka tidak mampu melukai, tapi juga patah dua begitu menghantam tubuh makhluk ini. Dan yang lebih membuat yang lain semakin geram, ketika kedua tangan Manusia Lumpur menangkap senjata mereka, lalu membetotnya dengan keras. Pada saat itu juga makhluk ini melepas tendangan keras.
Prak! Des!
“Aaa...!”
Dua orang kembali tewas dengan kepala dan dada remuk dihajar tendangan Manusia Lumpur. Dan saat berikutnya, makhluk itu melompat gesit ke depan sambil mengayunkan tendangan.
Praakk...!
“Aaa...!”
Seorang lagi tewas karena kelengahannya. Dia tidak sigap menghindari serangan yang berupa kibasan tangan.
Jumlah para pengeroyok kini tinggal berempat. Dan dua orang kelihatan mulai ragu-ragu untuk meneruskan perlawanan. Namun mereka tidak sempat berpikir, karena serangan Manusia Lumpur telah kembali tiba.
Bet! Bet!
Keempat orang itu serentak melompat ke belakang lalu bergulingan.
Jderr!
Hantaman makhluk itu menghancurkan sebuah rumah yang berada di dekat mereka. Tapi saat itu juga, tubuhnya kembali melenting mengejar dua orang lawan yang berada dekat dengannya.
Wuttt!
Dua orang itu terkesiap, ketika tiba-tiba Manusia Lumpur merenggut kedua kaki mereka lalu menariknya dengan keras. Belum lagi mereka sempat mengadakan perlawanan, mendadak satu hantaman keras menghajar punggung.
Praakk...!
“Aaa...!”
Keduanya memekik keras. Begitu ambruk di tanah, mereka menggelepar tak berdaya.
“Groaaagkh...!”
Seperti yakin kalau kedua lawannya bakal mati, Manusia Lumpur kembali mencelat mengejar dua lawan lainnya yang bersiap akan kabur.
“Celaka! Dia mengejar kita!” desis salah seorang.
Namun sebelum Manusia Lumpur tiba di dekat dua buruannya mendadak berkelebat empat sosok bayangan dari arah depan.
“Yeaaa...!”
Disertai teriakan mengguntur, keempat bayangan ini langsung melepaskan serangan berturut-turut ke tubuh Manusia Lumpur.
Jdueer!
Wuus!
***
Satu hantaman keras mendera dada Manusia Lumpur. Namun sama sekali tidak menggoyahkannya. Namun ketika disusuli oleh pukulan yang berturut-turut dalam waktu yang amat singkat....
Begkh! Derrr...! Dess...!
“Groaaagkh...!”
Disertai geraman buas, tubuh Manusia Lumpur terjungkal beberapa langkah ke belakang. Namun begitu, dia cepat kembali bangkit. Matanya langsung memandang tajam pada empat orang sosok bayangan yang telah berdiri tegak di depannya pada jarak lima langkah.
Seorang dari empat sosok itu adalah pemuda berwajah tampan terbungkus baju rompi putih. Pemuda ini memang Rangga alias Pendekar Rajawali Sakti. Tak heran kalau tatapan Manusia Lumpur terpateri amat tajam ke arah Rangga, karena memang pemuda ini sudah amat dikenalnya setelah beberapa kali bertarung.
Sedang tiga sosok lainnya adalah laki-laki berusia lanjut. Masing-masing telah menggenggam senjata berupa pedang, keris, dan tombak.
“Pendekar Rajawali Sakti! Tak disangka akhirnya kau muncul juga di sini!” seru laki-laki tua yang bersenjata pedang.
“Dewa Pedang! Hm..., agaknya kau peduli juga terhadap peristiwa ini...,” sambut Pendekar Rajawali Sakti.
“Tak ada waktu bagi kita untuk bercakap-cakap!” ujar laki-laki tua yang bersenjata keris dengan nada suara ketus.
“Benar apa yang dikatakan si Iblis Maut!” timpal laki-laki tua yang bersenjata tombak. Namanya Ki Bisma. Dan orang mengenalnya sebagai Malaikat Tangan Seribu, salah seorang pentolan golongan lurus dalam rimba persilatan.
“Coba lihat! Binatang ini sudah tidak sabar ingin merencah kita!” ujar laki-laki tua yang dipanggil si Iblis Maut. Dalam rimba persilatan, dia tergolong datuk sesat berkepandaian amat tinggi.
Memang makhluk itu tengah menggeram buas. Sepasang matanya liar menatap keempat lawannya. Dari pukulan yang tadi didapat, dia merasakan kalau lawan-lawannya memiliki kemampuan hebat.
“Graagkh...!”
Dengan menggeram penuh amarah, Manusia Lumpur melompat mencecar si Iblis Maut.
“Ke sinilah, Iblis Keparat! Biar kutembus j
Pendekar Rajawali Sakti - 172. Misteri Tabib Siluman Raja Petir ~ Ajian Duribang Pendekar Kembar ~ Goa Mulut Naga Si Teratai Merah (Ang-lian Li-hiap) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Siluman Darah ~ Cinta Memendam Dendam
angan. Mereka adalah korban kesekian dari Manusia Lumpur. Namun begitu tetap ada yang berusaha melawan sekuat tenaga.
“Graagkhh...!”
Wut! Wut!
Dua orang yang bergerak mendekat, sama sekali tidak membuat Manusia Lumpur gentar. Malah dengan gesit ditangkapnya pergelangan kaki mereka dan dibantingnya dengan keras.
Buk! Prakk!
“Aaa...!”
Salah seorang kepalanya tampak remuk terkena batu saat dibanting. Sedang yang seorang lagi, tak bangun lagi. Mungkin pingsan.
“Keparat!” dengus yang lain.
Jumlah mereka kini tinggal tujuh orang lagi. Namun begitu semangat mereka tampak belum kendor juga.
“Ayo kita serang lagi! Awas, jangan berada dekat-dekat dengannya. Dia mampu bergerak secepat kilat! Pergunakan senjata kalian untuk menyerang bagian-bagian tertentu di tubuhnya!” teriak seseorang, memberi perintah.
“Baik, Ki!”
“Heaaa...!”
Secara serentak mereka kembali menyerang dengan senjata terhunus. Tidak seperti tadi, kali ini mereka menyerang dengan teratur. Begitu melepas serangan, langsung cepat-cepat mundur ke belakang. Pertarungan mendebarkan benar-benar terjadi.
Wut! Wut!
Trak! Bet!
Untuk sesaat, Manusia Lumpur hanya bisa menggeram marah. Tapi selanjutnya, para pengeroyok yang dibuat terkejut. Bukan saja senjata-senjata mereka tidak mampu melukai, tapi juga patah dua begitu menghantam tubuh makhluk ini. Dan yang lebih membuat yang lain semakin geram, ketika kedua tangan Manusia Lumpur menangkap senjata mereka, lalu membetotnya dengan keras. Pada saat itu juga makhluk ini melepas tendangan keras.
Prak! Des!
“Aaa...!”
Dua orang kembali tewas dengan kepala dan dada remuk dihajar tendangan Manusia Lumpur. Dan saat berikutnya, makhluk itu melompat gesit ke depan sambil mengayunkan tendangan.
Praakk...!
“Aaa...!”
Seorang lagi tewas karena kelengahannya. Dia tidak sigap menghindari serangan yang berupa kibasan tangan.
Jumlah para pengeroyok kini tinggal berempat. Dan dua orang kelihatan mulai ragu-ragu untuk meneruskan perlawanan. Namun mereka tidak sempat berpikir, karena serangan Manusia Lumpur telah kembali tiba.
Bet! Bet!
Keempat orang itu serentak melompat ke belakang lalu bergulingan.
Jderr!
Hantaman makhluk itu menghancurkan sebuah rumah yang berada di dekat mereka. Tapi saat itu juga, tubuhnya kembali melenting mengejar dua orang lawan yang berada dekat dengannya.
Wuttt!
Dua orang itu terkesiap, ketika tiba-tiba Manusia Lumpur merenggut kedua kaki mereka lalu menariknya dengan keras. Belum lagi mereka sempat mengadakan perlawanan, mendadak satu hantaman keras menghajar punggung.
Praakk...!
“Aaa...!”
Keduanya memekik keras. Begitu ambruk di tanah, mereka menggelepar tak berdaya.
“Groaaagkh...!”
Seperti yakin kalau kedua lawannya bakal mati, Manusia Lumpur kembali mencelat mengejar dua lawan lainnya yang bersiap akan kabur.
“Celaka! Dia mengejar kita!” desis salah seorang.
Namun sebelum Manusia Lumpur tiba di dekat dua buruannya mendadak berkelebat empat sosok bayangan dari arah depan.
“Yeaaa...!”
Disertai teriakan mengguntur, keempat bayangan ini langsung melepaskan serangan berturut-turut ke tubuh Manusia Lumpur.
Jdueer!
Wuus!
***
Satu hantaman keras mendera dada Manusia Lumpur. Namun sama sekali tidak menggoyahkannya. Namun ketika disusuli oleh pukulan yang berturut-turut dalam waktu yang amat singkat....
Begkh! Derrr...! Dess...!
“Groaaagkh...!”
Disertai geraman buas, tubuh Manusia Lumpur terjungkal beberapa langkah ke belakang. Namun begitu, dia cepat kembali bangkit. Matanya langsung memandang tajam pada empat orang sosok bayangan yang telah berdiri tegak di depannya pada jarak lima langkah.
Seorang dari empat sosok itu adalah pemuda berwajah tampan terbungkus baju rompi putih. Pemuda ini memang Rangga alias Pendekar Rajawali Sakti. Tak heran kalau tatapan Manusia Lumpur terpateri amat tajam ke arah Rangga, karena memang pemuda ini sudah amat dikenalnya setelah beberapa kali bertarung.
Sedang tiga sosok lainnya adalah laki-laki berusia lanjut. Masing-masing telah menggenggam senjata berupa pedang, keris, dan tombak.
“Pendekar Rajawali Sakti! Tak disangka akhirnya kau muncul juga di sini!” seru laki-laki tua yang bersenjata pedang.
“Dewa Pedang! Hm..., agaknya kau peduli juga terhadap peristiwa ini...,” sambut Pendekar Rajawali Sakti.
“Tak ada waktu bagi kita untuk bercakap-cakap!” ujar laki-laki tua yang bersenjata keris dengan nada suara ketus.
“Benar apa yang dikatakan si Iblis Maut!” timpal laki-laki tua yang bersenjata tombak. Namanya Ki Bisma. Dan orang mengenalnya sebagai Malaikat Tangan Seribu, salah seorang pentolan golongan lurus dalam rimba persilatan.
“Coba lihat! Binatang ini sudah tidak sabar ingin merencah kita!” ujar laki-laki tua yang dipanggil si Iblis Maut. Dalam rimba persilatan, dia tergolong datuk sesat berkepandaian amat tinggi.
Memang makhluk itu tengah menggeram buas. Sepasang matanya liar menatap keempat lawannya. Dari pukulan yang tadi didapat, dia merasakan kalau lawan-lawannya memiliki kemampuan hebat.
“Graagkh...!”
Dengan menggeram penuh amarah, Manusia Lumpur melompat mencecar si Iblis Maut.
“Ke sinilah, Iblis Keparat! Biar kutembus j