Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Cheng Hoa Kiam - 115

$
0
0
Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf

Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun

g.
  Arak yang diminum Kun Hong sebanyak tiga cawan itu bukan arak sembarangan. melainkan arak pilihan yang amat keras dan kuat. Dua cawan pertama tidak dicampuri apa-apa. akan tetapi melihat Kun Hong
  sudah agak pusing, cawan ke tiga dicampuri obat mabok oleh Cin Cin Cu di luar tahu Kun Hong. Biarpun Kun Hong memiliki kepandaian tinggi, lebih tinggi dari pada kepandaian jago tua Go-bi-pai ini, namun Kun
  Hong tetap seorang pemuda yang masih hijau. Ia terlalu percaya kepada Cin Cin Cu dan tidak merasa bahwa ia sedang di "loloh" sampai mabok. Kini ia dilempar ke dalam kamar tahanan dalam keadaan
  terbelenggu dan mabok setengah pingsan. Sampai sehari semalam ia tidak sadar, seperti orang tidur.
  Dapat dibayangkan betapa kaget hatinya ketika ia bangun kembali, ia mendapatkan dirinya terbaring di atas pembaringan bambu dalam keadaan terbelenggu. Ia berusaha mengerahkan tenaga melepaskan
  ikatannya, namun sia-sia belaka. Tambang itu adalah tambang terbuat dari pada benang perak yang amat kuat. Kulit dagingnya akan lebih dulu rusak sebelum ia dapat memutuskan tambang itu. Ia maklum
  bahwa ia telah tertawan oleh orang pandai. Ia mengingat- ingat.
  "Cin Cin Cu manusia curang!" tiba-tiba ia memaki keras setelah ia teringat akan pengalamannya sebelum ia pingsan. "Lepaskan aku dan mari kita bertanding secara jantan kalau kau memang laki-laki!" Biarpun ia
  terikat kaki tangannya, sekali menggerakkan tubuh. Kun Hong sudah melompat ke arah pintu dan begitu saja ia menumbukkan tubuhnya kepada daun pintu.
  "Braakkk!' Pecahlah daun pintu itu dihantam pundaknya. Ia jatuh bergulingan keluar dan ketika ia mengangkat muka memandang, ia melihat banyak tosu tua dengan pedang di tangan sudah mengurungnya,
  dipimpin oleh tosu rambut putih yang masih ia kenal, karena tosu ini bukan lain adalah Pek Mau Sianjin, sucouw-nya atau guru dari ayahnya.
  "Sucouw!" teriaknya girang. "Tolong lepaskan ikatan kaki tangan teecu. Teecu ditipu dan ditawan oleh seorang penjahat bernama Cin Cin Cu yang malam tadi berkeliaran di sini.........!"
  "Cin Cin Cu adalah sahabat pinto (aku) dan yang membelenggumu bukan dia, melainkan pinto sendiri!” jawab Pek Mau Siannjin dengan suaranya yang halus dan sikapnya yang lemah-lembut, namun sungguh-
  sungguh dan keren sekali. Di samping kemarahannya, juga kakek tua ini amat kagum menyaksikan pemuda putera Kam Ceng Swi yang dulu merupakan seorang bocah nakal sekarang telah memiliki
  kepandaian hebat. Bahkan dibelenggu kaki tangannya masih dapat menghancurkan pintu kamar tahanan!
  Adapun Kun Hong ketika mendengar kata-kata ini. seketika melompat bangun saking herannya lupa bahwa kaki tangannya masih dibelenggu sehingga biarpun ia dapat melompat berdiri, namun ia terhuyung-
  huyung dan melompat- lompat seperti seekor monyet untuk menjaga keseimbangan tubuhnya jangan jatuh terguling. Setelah dapat berdiri tegak, ia melihat tosu-tosu tua itu sudah menodongkan ujung pedang
  kepadanya. Pedangnya sendiri. Cheng-hoa-kiam. ternyata telah dirampas.
  "Apa....... apa artinya ini? Mana ayah,mengapa Kun-lun-pai memusuhiku?"
  "Kam Kun Hong. tak perlu menyeret nama baik ayahmu. Jawablah, apakah kau benar menjadi murid Thai Khek Sian?” tanya Pek Mau Sianjin.
  "Kalau betul mengapa? Berdosakah menjadi muridnya!” Kun Hong mulai penasaran dan suaranya tidak menghormat lagi. Ia mulai memandang rendah kepada sucouwnya yang telah menangkap dia secara
  curang.
  Kun-lun Lojin atau Pek Mau Sianjin. ketua Kun-lun-pai itu menarik napas panjang. "Jadi kau betul murid Thai Khek Sian? Dan kau menjadi wakil gurumu itu untuk membantu para penghianat bangsa dan para
  bangsawan penjajah Bangsa Mongol?”
  "Memang aku mewakili suhu untuk membantu penjagaan keamanan kota raja dari para pengacau. Apa salahnya pula?" jawab Kun Hong berani.
  "Memang tidak salah, kalau saja kau bukan anak Kam Ceng Swi." kata ketua Kun-lun-pai itu. "Akan tetapi sebagai keturunan seorang tokoh Kun-lun-pai. perbuatanmu itu tidak saja berarti merusak nama baik
  ayahmu, malah kau telah merusak nama baik Kun-lun-pai di dunia kang-ouw. Oleh karena kau putera Kam Ceng Swi. kau terhitung cucu murid pinto dan karenanya kau juga seorang anak murid Kun-lun-pai.
  Oleh karena inilah maka pinto harus menangkapmu dan menghabiskan riwayat sepak-terjangmu yang benar-benar memalukan itu."
  "Susiok, dia telah bercampur gaul dengan orang-orang Mo-kauw. dengan perempuan-perempuan cabul seperti Tok-sim Sian-li, itu saja sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Apa lagi
  ditambah dengan peristiwa-peristiwa yang timbul akibat sepak-terjangnya yang sudah seperti iblis Mo-kauw, suka mengganggu wanita dan sebagainya.........!" kata seorang tosu yang sudah gatal-gatal tangannya
  untuk segera menjatuhkan hukuman itu.
  Ketua Kun-lun-pai itu menarik napas panjang. "Sungguh pinto menyesal sekali. Kau seorang berbakat baik sekarang telah memiliki kepandaian tinggi sekali. Akan tetapi ilmu sesat yang kaumiliki hanya akan
  menjerumuskan kau ke dalam lembah kehinaan, menyeret nama baik orang tua dan partai. Karena itu. dengan hati berat terpaksa pinto menjatuhkan hukuman mati kepadamu. Kam Kun Hong!"
  "Nanti dulu!" teriak Kun Hong marah sekali.
  "Hemm, apa kau takut mampus!" bentak tosu keponakan Pek Mau Sianjin yang tadi memperingatkan susioknya tentang keburukan watak Kun Hong.
  "Kalian yang takut mampus, masih tanya lagi kepadaku? Kalau kalian gagah dan tidak takut mampus hayo lepaskan aku dan boleh kalian keroyok. Hendak kulihat sampai di mana sih kehebatan Kun-lun-pai.
  Masa nama besar Kun-lun-pai ternyata sekarang hanya terbukti dengan menawan seorang, pemuda secara curang kemudian membunuhnya seperti orang membunuh ayam? Cih. tidak malukah kalian?”
  "Bocah ingusan besar mulut! Berani kau menghina Kun-lun-pai?" teriak tosu tadi yang bernama Ban Heng Tosu. murid keponakan Pek Mau Sianjin. Guru dari Ban. Heng Tosu ini adalah seorang suheng dari ketua
  Kun-lun-pai itu. atau kakak seperguruannya, yang suka merantau.
  Akhirnya suheng ini meninggal di perantauan, meninggalkan surat untuk Pek Mau Si

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>