Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf
Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun
pikirnya, Eng Lan bukan seperti wanita lain.
Ia mencinta gadis ini dengan murni, penuh kelembutan dan kehormatan. Ia hanya membuka jubahnya untuk diselimutkan kepada tubuh gadis itu dan seekor nyamuk kecil saja yang berani mengganggu Eng
Lan. akan mampus oleh sambaran tangannya.
Demikianlah, berpekan-pekan hubungan mereka makin erat dan makin yakinlah hati Eng Lan bahwa pilihannya tidak keliru. Kun Hong benar-benar seorang laki-laki yang boleh dipercaya. Belum pernah ia
diganggu di sepanjang perjalanan. Hanya beberapa kali, apa bila mereka sedang duduk berhadapan menghadapi api unggun di dalam hutan untuk mengusir dingin, pemuda itu berkata.
"Eng Lan, setelah selesai tugasku menemui Wi Liong, kau harus kembali kepada suhumu. Aku akan mencari obat dan...... dan hanya kalau kelak aku sudah terhindar dari bahaya maut yang mengeram di dalam
tubuhku, aku akan mencarimu, akan meminangmu dari tangan suhumu. Sementara itu kita......... kita tak boleh berkumpul seperti ini........."
"Kenapa, Kun Hong.........?”
"Tidak baik. Eng Lan. Dan....... dan merupakan siksaan bagiku......... semua itu bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan besarnya kekhawatiranku kalau- kalau aku......... tak dapat menahan gelora hatiku......... aku
khawatir sekali........."
Eng Lan tersenyum apa bila mendengar keluhan ini, senyum bangga dan girang. Ia tahu akan perjuangan batin kekasihnya, tahu bahwa pengaruh kehidupan lama yang kotor sedang diperanginya sendiri di
dalam batinnya. Dan ia senang sekali melihat Kun Hong berada di fihak yang menang. Ia mencinta pemuda ini, mencinta sepenuh jiwanya. Kepada Kun Hong seorang ia menggantungkan harapannya. Baik Kun
Hong menjadi sadar maupun tetap jahat, ia tetap mencintanya. Oleh karena itu gadis ini tidak gentar menghadapi bahaya, karena ia yakin betul bahwa melakukan perjalanan bersama seorang pemuda seperti
Kun Hong, merupakan bahaya besar bagi seorang gadis. Sungguhpun ia berkepandaian, namun apa dayanya terhadap Kun Hong? Kalau pemuda itu runtuh pertahanan batinnya, ia akan menjadi korban Dan
andaikata terjadi hal demikian, ia akan mengundurkan diri dari Kun Hong. akan mengundurkan diri dari dunia karena idam-idaman dan cita-citanya berarti sudah hancur. Akan tetapi sebaliknya kalau pemuda itu
lulus dalam "ujian" ini, ia benar-benar akan menemui kebahagiaan sejati.
Demikianlah, setelah melakukan perjalanan cukup lama. dua orang muda-mudl ini akhirnya sainpai di Wuyi-san. Karena Kun Hong sudah pernah mendatangi tempat itu, maka mudah ia mencari jalan mendaki
bukit itu. Hari telah mulai gelap ketika mereka akhirnya tiba di puncak, di mana tempat tinggal Thian Te Cu. sudah kelihatan. Rumah besar dari batu bertumpuk yang kokoh, kuat itu membuat jantung Kun Hong
berdebar lebih keras dari biasanya.
"'Kita berhenti di sini dulu." katanya sambit berhenti dan duduk di atas sebuah batu.
"Kenapa berhenti? Bukankah lebih baik terus langsung menemui Thio Wi Liong?" tanya Eng Lan.
"Tidak. Aku tidak mau mendatangkan keributan. Kalau si tua buta mendengar akan kedatanganku, pasti dia akan marah-marah dan membikin ribut. Lebih baik kita menanti dan sedapat mungkin aku hendak
menjumpai Wi Liong sendiri saja."
Ucapan ini memang sesungguhnya, hanya harus ditambah sedikit bahwa sebetulnya selain alasan di atas, juga Kun Hong jerih sekali kalau sampai kedatangannya diketahui oleh Thian Te Cu dan membuat marah
orang tua itu. Melihat gadis itu memandang heran dan ragu-ragu, ia melanjutkan.
"Eng Lan, kaupun tahu malam ini terang bulan purnama. Kiranya takkan sukar mencari Wi Liong. Dengan pemuda itu mungkin kita bisa bicara secara baik-baik, akan tetapi tidak demikian dengan pamannya yang
keras hati."
Karena Eng Lan sendiri belum pernah bertemu dengan Kwee Sun Tek. dan iapun merasa jerih melihat bangunan yang megah dan kokoh itu, ia menurut saja akan kehendak Kun Hong. Menantilah dua orang
muda-mudi ini agak jauh dari bangunan tempat tinggal Thian Te Cu itu, duduk di atas batu-batu hitam.
Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun
pikirnya, Eng Lan bukan seperti wanita lain.
Ia mencinta gadis ini dengan murni, penuh kelembutan dan kehormatan. Ia hanya membuka jubahnya untuk diselimutkan kepada tubuh gadis itu dan seekor nyamuk kecil saja yang berani mengganggu Eng
Lan. akan mampus oleh sambaran tangannya.
Demikianlah, berpekan-pekan hubungan mereka makin erat dan makin yakinlah hati Eng Lan bahwa pilihannya tidak keliru. Kun Hong benar-benar seorang laki-laki yang boleh dipercaya. Belum pernah ia
diganggu di sepanjang perjalanan. Hanya beberapa kali, apa bila mereka sedang duduk berhadapan menghadapi api unggun di dalam hutan untuk mengusir dingin, pemuda itu berkata.
"Eng Lan, setelah selesai tugasku menemui Wi Liong, kau harus kembali kepada suhumu. Aku akan mencari obat dan...... dan hanya kalau kelak aku sudah terhindar dari bahaya maut yang mengeram di dalam
tubuhku, aku akan mencarimu, akan meminangmu dari tangan suhumu. Sementara itu kita......... kita tak boleh berkumpul seperti ini........."
"Kenapa, Kun Hong.........?”
"Tidak baik. Eng Lan. Dan....... dan merupakan siksaan bagiku......... semua itu bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan besarnya kekhawatiranku kalau- kalau aku......... tak dapat menahan gelora hatiku......... aku
khawatir sekali........."
Eng Lan tersenyum apa bila mendengar keluhan ini, senyum bangga dan girang. Ia tahu akan perjuangan batin kekasihnya, tahu bahwa pengaruh kehidupan lama yang kotor sedang diperanginya sendiri di
dalam batinnya. Dan ia senang sekali melihat Kun Hong berada di fihak yang menang. Ia mencinta pemuda ini, mencinta sepenuh jiwanya. Kepada Kun Hong seorang ia menggantungkan harapannya. Baik Kun
Hong menjadi sadar maupun tetap jahat, ia tetap mencintanya. Oleh karena itu gadis ini tidak gentar menghadapi bahaya, karena ia yakin betul bahwa melakukan perjalanan bersama seorang pemuda seperti
Kun Hong, merupakan bahaya besar bagi seorang gadis. Sungguhpun ia berkepandaian, namun apa dayanya terhadap Kun Hong? Kalau pemuda itu runtuh pertahanan batinnya, ia akan menjadi korban Dan
andaikata terjadi hal demikian, ia akan mengundurkan diri dari Kun Hong. akan mengundurkan diri dari dunia karena idam-idaman dan cita-citanya berarti sudah hancur. Akan tetapi sebaliknya kalau pemuda itu
lulus dalam "ujian" ini, ia benar-benar akan menemui kebahagiaan sejati.
Demikianlah, setelah melakukan perjalanan cukup lama. dua orang muda-mudl ini akhirnya sainpai di Wuyi-san. Karena Kun Hong sudah pernah mendatangi tempat itu, maka mudah ia mencari jalan mendaki
bukit itu. Hari telah mulai gelap ketika mereka akhirnya tiba di puncak, di mana tempat tinggal Thian Te Cu. sudah kelihatan. Rumah besar dari batu bertumpuk yang kokoh, kuat itu membuat jantung Kun Hong
berdebar lebih keras dari biasanya.
"'Kita berhenti di sini dulu." katanya sambit berhenti dan duduk di atas sebuah batu.
"Kenapa berhenti? Bukankah lebih baik terus langsung menemui Thio Wi Liong?" tanya Eng Lan.
"Tidak. Aku tidak mau mendatangkan keributan. Kalau si tua buta mendengar akan kedatanganku, pasti dia akan marah-marah dan membikin ribut. Lebih baik kita menanti dan sedapat mungkin aku hendak
menjumpai Wi Liong sendiri saja."
Ucapan ini memang sesungguhnya, hanya harus ditambah sedikit bahwa sebetulnya selain alasan di atas, juga Kun Hong jerih sekali kalau sampai kedatangannya diketahui oleh Thian Te Cu dan membuat marah
orang tua itu. Melihat gadis itu memandang heran dan ragu-ragu, ia melanjutkan.
"Eng Lan, kaupun tahu malam ini terang bulan purnama. Kiranya takkan sukar mencari Wi Liong. Dengan pemuda itu mungkin kita bisa bicara secara baik-baik, akan tetapi tidak demikian dengan pamannya yang
keras hati."
Karena Eng Lan sendiri belum pernah bertemu dengan Kwee Sun Tek. dan iapun merasa jerih melihat bangunan yang megah dan kokoh itu, ia menurut saja akan kehendak Kun Hong. Menantilah dua orang
muda-mudi ini agak jauh dari bangunan tempat tinggal Thian Te Cu itu, duduk di atas batu-batu hitam.