Cerita Silat | Panah Kekasih | Karya Gu Long | Panah Kekasih | Cersil Sakti | Panah Kekasih pdf
Animorphs 16. Memburu Yeerk kembar Pendekar Slebor - 68. Rantai Naga Siluman Gosebumps 31. Boneka Hidup Beraksi II Si Bungkuk Pendekar Aneh - Boe Beng Giok Pendekar Gila - 13. Kalung Keramat Warisan Iblis
Dalam waktu singkat Yo Seng telah melancarkan tiga jurus serangan, meskipun ilmu silatnya sudah maju pesat, namun dia masih bukan tandingan dari salah satu anggota Tujuh manusia paling ternama ini. Go Jit sendiri ingin secepatnya menyelesaikan pertarungan ini, agar dia bisa segera membuat perhitungan dengan Li Koan-eng serta Beng Li-si, melihat tiga jurus serangan lawan sudah lewat, serunya sambil tertawa kerasw: 'I' n “Bocah keparat, enyah kau Sepasang tangannya langsung menerobos pertahanan toya lawan dan menghantam keras. Dalam serangan ini, dia sudah sertakan kekuatan penuh, tentu saja Yo Seng tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat dia tarik kembali toyanya sambil berkelit. “Mau kabur ke mana kau?" bentak Go Jit. Pergelangan tangannya dibalik, dia cengkeram ujung toya lawan, membentotnya kuat kuat dan setelah itu dia berniat menghabisi nyawa Yo Seng. Siapa sangka belum sempat tenaganya dikerahkan, dari iga sebelah kanan sudah menyambar datang sesosok bayangan toya, bukan saja angin serangannya kuat, jurus serangan yang digunakan pun sangat tepat. Dalam posisi begini, Go Jit harus selamatkan diri sehingga tak sempat lagi melanjutkan niatnya untuk melukai lawan, tubuhnya melejit ke udara lalu berjumpalitan, meski berhasil lolos dari ancaman toya, tak urung hatinya terkejut juga, dia tak menyangka kalau disana hadir jagoan tangguh. Ketika berpaling, terlihat seorang lelaki berjubah hijau yang mengenakan topi caping bambu, berdiri menghadang didepan Yo Seng. Disudut lain, terlihat ada dua orang masih bertempur tiada hentinya, namun karena gerakan tubuh mereka sangat cepat sehingga dia tak sempat melihat wajah aslinya. Go Jit jadi kaget setengah mati, dia tak mengira didalam ruang rumah abu itu bisa berkumpul begitu banyak jago tangguh. Setelah menghimpun tenaga, bentaknya: “Siapa kau, apakah datang untuk mencari balas?" Orang berjubah hijau itu tertawa terbahak bahak. “Hahaha, aku tak punya dendam sakit hati denganmu, hanya pepatah bilang, guru murid sehati, karena kau berhasil mengungguli muridku, terpaksa yang jadi guru harus tampilkan diri." Dalam waktu singkat dia telah lancarkan tiga serangan toya, serangan atas menggunakan jurus Soat-hoa-kay-teng (bunga salju melapisi atap), serangan tengah menggunakan jurus Giok-tay-heng-yau (sabut kumala melintang dipinggang), sedang serangan bawah menggunakan jurus Ku-siu-boan-keng (pohon layu akar melingkar). Meskipun hanya terdiri dari jurus serangan biasa, namun sewaktu digunakan orang berbaju hijau itu, kehebatannya menjadi berlipat ganda. Terlihat bayangan toya menggulung tiada hentinya, tongkat sepanjang dua meter itu tiba tiba berubah seperti sabuk angkin sepanjang ratusan kaki yang melingkar dan menggulung Go Jit dengan ketatnya. Dipihak lain, saat itu si bungkuk baja sedang bertarung dengan asyiknya ketika tiba tiba orang berbaju hijau itu keluar dari arena, serta merta jurus serangan dari Lan Toa-sianseng ikut mengendor. Maka setelah bertarung berapa jurus kemudian, si bungkuk baja kehilangan selera. Sambil tertawa ujar Lan Toa-sianseng: “Lebih baik kita sudahi dulu pertarungan diantara kita berdua, ayoh kita tengok ke sana, coba lihat ilmu silat si golok tanpa sarung lebih canggih atau ilmu silat si Tombak tanpa bayangan yang lebih hebat." “Aaah, betul, betul,” si bungkuk baja berseru tertahan, “dia adalah si Tombak tanpa bayangan Yo Hui, tak heran kalau jurus serangan yang dia gunakan hampir semuanya merupakan jurus ilmu tombak, meski yang digunakan adalah toya panjang." Melihat dirinya telah salah bicara hingga buka rahasia orang, Lan Toa-sianseng ikut tertawa geli, katanya: “Jika dia bepergian dengan membawa tombaknya yang sepanjang dua meter, bukankah sama artinya pasang merek ditubuh sendiri? Manusia mana di dunia persilatan yang tidak kenal dia? Coba kalau dia tidak membawa toya dan berlagak seperti pendeta perantauan, orang pasti akan menebak identitasnya dengan gampang." II “Bagus, bagus sekali, gumam si bungkuk baja kemudian, “golok tanpa sarung, tombak tanpa bayangan, dua dari tujuh manusia ternama sudah muncul disini, tampaknya hari ini aku bakal merasa puas sekali . . . . .." Mendadak dia berjumpalitan dan maju ke depan. Dipihak lain, paras muka Go Jit segera berubah hebat setelah manusia berjubah hijau itu melancarkan berapa jurus serangan, serunya sambil tertawa terbahak-bahak: “Hahaha, aku kira siapa, ternyata saudara Yo, sejak kapan kau ganti memakai toya?” Sebagaimana diketahui, ketika memperebutkan urutan nama tujuh manusia tersohor tempo hari, mereka berdua pernah bertempur sengit selama berapa hari di gunung Hoa-san, tak heran kalau Go Jit segera dapat menebak asal usulnya setelah bertarung berapa jurus. Si Tombak tanpa bayangan Yo Hui ikut tertawa tergelak, katanya: “Hahaha, sudah kuduga, tak bakal bisa mengelabuhi dirimu." Go Jit tahu, pertarungan yang bakal berlangsung berikut sudah jauh berbeda dengan tadi, karena kuatir Li Koan-eng dan Beng Li-si menggunakan kesempatan itu melarikan diri, segera katanya sambil tertawa terkekeh: “Saudara Yo, sudah lama kita tak bersua, masa begitu bertemu langsung bertarung habis habisan? Jangan sampai membuat kaum muda yang melihat mentertawakan kesempitan pikiran kita berdua." “Hahaha,” Yo Hui balas tertawa keras, “sebetulnya aku enggan ribut dengan kau, siapa suruh kau menghajar muridku, jadi paling tidak akupun harus membalas dua tiga pentungan, dengan begitu aku baru bisa memberi pertanggungan jawab kepada sang murid." Waktu itu Go Jit sedang mengeluh karena gagal meloloskan diri dari cengkeraman lawan, siapa tahu pada saat itulah tiba tiba muncul lagi seseorang dari tengah udara. Dia sangka orang itu adalah pembantu Yo Hui, hatinya makin tercekat. Tak disangka orang itu melancarkan serangan secara bertubi tubi, bukan saja ditujukan kepadanya, serangan itupun diarahkan ke tubuh Yo Hui. Dalam gusar dan kagetnya, bentak Go Jit penuh amarah: “Darimana datangnya orang edan, sudah bosan hidup?" Si bungkuk baja tertawa tergelak. “Hahaha, lohu datang untuk ikut meramaikan suasana, Yo Hui, daripada bertarung satu lawan satu, bukankah lebih menarik jika empat orang berlibat pertarungan bersama?" Tiba tiba dia balik tubuh sambil mengirim satu pukulan ke arah Lan Toa-sianseng. “Hahaha, menarik, menarik,” Yo Hui tertawa tergelak, “mari kita berempat tarung bersama, agar angkatan muda terbuka matanya." Sambil berkata dia membalik toyanya, melepaskan serangan pula ke tubuh Lan Toa-sianseng. Menghadapi serangan dua orang jago lihay sekaligus, biar Lan Toa-sianseng tak ingin bertarungpun, kini dia tak bisa menghindar, sahutnya kemudian: “Hahaha, kalau ingin bertarung, ayoh tarung sampai puas!" Dengan cepat diapun terlibat dalam pergumulan. Menyaksikan berapa orang jago tangguh itu kembali terlibat dalam pertarungan sengit, Lim Luan-hong merasa terkejut bercampur tertawa, ia merasa hari ini dirinya benar benar mujur. Begitu empat orang jago lihay itu terlibat dalam pertempuran sengit, angin pukulan, bayangan toya segera memenuhi seluruh ruangan rumah abu, Lim Luan-hong sekalian kini terdesak hingga harus mundur ke sudut ruangan. Beberapa kali Li Koan-eng dan Beng Li-si ingin manfaatkan kesempatan itu untuk kabur, apa mau dikata mereka sudah terkurung disudut ruangan sehingga makin tak berani bertindah gegabah. Terasa hawa dingin menyesakkan napas, angin pukulan membuat baju mereka ikut berkibar. Si Tombak baja Yo Seng tak ikut terlibat dalam pertarungan ini, namun matanya melotot terus kearah Beng Li-si dengan tatapan gusar, sebab dia memperoleh penghinaan dimasa lalu, tak lain gara gara ulah perempuan ini. Tiba tiba terdengar Yo Hui membentak keras: “Buntalan siapa yang menghalangi jalan, bawa pergi!" Tongkatnya langsung mencukil kearah buntalan ditanah. Baru sekarang Lim Luan-hong teringat dengan Chin Ki yang masih terbalut dibalik buntalan. Menyaksikan ayunan toya Yo Hui yang begitu dahsyat, ia sadar, jika pukulan itu dilanjutkan, pasti Chin Ki akan kehilangan nyawa, dalam terperanjatnya, tanpa sadar dia menjerit lengking. Oo0oo Ketika Lan Toa-sianseng, bungkuk baja dan manusia berjubah hijau itu pada awalnya terlibat pertempuran, Tian Mong-pek telah tersadar dari pingsannya. Kejadian ini segera membuat Siau Hui-uh dan Tong Hong jadi terkejut bercampur gembira. Ternyata obat mujarab yang diberikan limlunhong kepada Siau Hui-uh merupakan hasil ramuan dari Chin Siu-ang, meski orang ini tidak berjiwa menolong, namun ilmu pertabiban yang dikuasahi sangat luar biasa. Obat yang diramu ini meski tak punya kemampuan untuk menghidupkan orang mati, namun untuk mengobati luka dalam sudah bukan masalah lagi. Tian Mong-pek yang baru tersadar dan melihat disampingnya ketambahan si burung hong api, dia jadi kaget bercampur keheranan, tentu saja dia tahu kalau selama dirinya tak sadarkan diri, beberapa kali jiwanya berada diujung tanduk, dia semakin tak menyangka kalau obat yang telah mengobati lukanya merupakan hasil ramuan dari Chin Siu-ang. Siau Hui-uh dan Tong Hong segera merubung maju, mereka berdua sama sama melotot, ketika akhirnya Tong Hong berpaling kearah lain, Siau Hui-uh baru bertanya: “Apakah keadaanmu sudah jauh lebih baikan?" Orang yang baru mendusin dari pingsan sudah jelas kondisinya jauh lebih baikan, meski pertanyaan itu omong kosong, tak urung memperhatikan juga perhatiannya yang besar. Tian Mong-pek merasa sangat berterima kasih, setelah tertawa dia meronta untuk duduk. Melihat pemuda itu bisa duduk sendiri, Siau Hui-uh merasa makin kegirangan. Memandang bayangan punggung Tong Hong, tak tahan Tian Mong-pek bertanya: “Bagaimana ceritanya kita bisa sampai disini? Kenapa nona Tong berada disini juga?" Biarpun duduk membelakangi mereka, Tong Hong dapat mendengar semua pembicaraan itu dengan jelas. Mendengar kemesraan yang diperlihatkan Siau Hui-uh kepada Tian Mong-pek, Il apalagi menyebut mereka sebagai “kita dan menyebut dia sebagai “nona Tong", gadis itu merasa hatinya kecut, meski menggigit bibir kencang kencang, tak urung air matanya jatuh bercucuran. Siau Hui-uh merasa hatinya hangat, setelah melempar senyuman manis, sahutnya: “Panjang untuk menceritakan hal ini, mari kita tengok dulu keramaian diluar sana." Ketika melihat kondisi luka Tian Mong-pek sudah membaik, tentu saja gadis ini tak tega untuk beritahu kalau mereka sudah tiada harapan keluar dari ruang rahasia ini. Sementar itu, diapun mulai tertarik untuk menyaksikan kelanjutan pertarungan antara Lan Toa-sianseng bertiga, maka sambil memayang Tian Mong-pek ke depan kaca kristal, katanya sambil tertawa: “Coba kau intip keluar, tanggung setelah itu tak bakalan mau berpindah tempat lagi.” Begitu melihat keadaan diluar, benar saja, Tian Mong-pek jadi kegirangan. Suasana terasa hening, suara bentakan maupun angin pukulan yang ramai diluar sana sama sekali tak terdengar di ruang bawah, biarpun Tian Mong-pek merasa agak kecewa, namun segera dia sudah melupakan hal itu. Tampak jurus serangan yang digunakan Lan Toa-sianseng sekalian banyak variasi dan luar biasa, kalau dihari biasa Tian Mong-pek tak mungkin akan memperhatikan secara detil, namun sekarang, dalam suasana yang sepi, dengan cepat ia sudah dibikin mabuk kepayang dan lupa daratan. Pepatah mengatakan: Yang menonton biasanya yang jelas. Biarpun Lan Toa-sianseng sekalian merupakan tokoh persilatan, namun karena mereka secara pribadi terlibat dalam pertarungan itu, tak urung perasaannya ikut terpengaruh. Terkadang dalam jurus lawan meski tampak ada titik kelemahan, mereka justru tidak melihatnya, berbeda dengan Tian Mong-pek yang mengikuti jalannya pertempuran dengan hati tenang, hampir semua kelemahan itu terlihat dengan jelas. Dengan menonton pertarungan ini, bukan saja Tian Mong-pek berhasil memahami perubahan jurus dari ke tiga orang jagoan itu, bahkan sangat menguasahi setiap titik kelemahan yang ada. Sampai kemudian Li Koan-eng dan Beng Li-si menerjang masuk, meski tak terdengar apa yang mereka katakan, namun dari mimik muka mereka yang gelisah dan panik, pemuda itu tahu kalau Go Jit telah menyusul tiba. Namun kemudian dia tak menyangka kalau si Tombak baja Yo Seng akan muncul disitu, pertarungan sengit yang kemudian melibatkan ke empat jagoan lihay ini membuat anak muda ini semakin mabuk. Kemudian ketika melihat orang berbaju hijau itu mencongkel buntalan dilantai dan Lim Luan-hong melompat bangun dengan kaget, Tian Mong-pek pun berpikir dengan keheranan: “Apa gerangan isi buntalan itu?" Jika Tian Mong-pek tahu kalau isi buntalan itu adalah Chin Ki, sudah pasti dia akan menjerit sekeras kerasnya. Sebab Chin Ki adalah putri kesayangan Chin Siu-ang, sedikit banyak dia seharusnya tahu urusan tentang ayahnya, kini Chin Siu-ang sudah mati, itu berarti kunci paling utama untuk membongkar rahasia panah kekasih berada ditangan Chin Ki. Bila sekarang dia tewas oleh tongkat si Tombak tanpa bayangan, bukankah akan ada banyak rahasia yang terkubur bersamanya?
Animorphs 16. Memburu Yeerk kembar Pendekar Slebor - 68. Rantai Naga Siluman Gosebumps 31. Boneka Hidup Beraksi II Si Bungkuk Pendekar Aneh - Boe Beng Giok Pendekar Gila - 13. Kalung Keramat Warisan Iblis
Dalam waktu singkat Yo Seng telah melancarkan tiga jurus serangan, meskipun ilmu silatnya sudah maju pesat, namun dia masih bukan tandingan dari salah satu anggota Tujuh manusia paling ternama ini. Go Jit sendiri ingin secepatnya menyelesaikan pertarungan ini, agar dia bisa segera membuat perhitungan dengan Li Koan-eng serta Beng Li-si, melihat tiga jurus serangan lawan sudah lewat, serunya sambil tertawa kerasw: 'I' n “Bocah keparat, enyah kau Sepasang tangannya langsung menerobos pertahanan toya lawan dan menghantam keras. Dalam serangan ini, dia sudah sertakan kekuatan penuh, tentu saja Yo Seng tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat dia tarik kembali toyanya sambil berkelit. “Mau kabur ke mana kau?" bentak Go Jit. Pergelangan tangannya dibalik, dia cengkeram ujung toya lawan, membentotnya kuat kuat dan setelah itu dia berniat menghabisi nyawa Yo Seng. Siapa sangka belum sempat tenaganya dikerahkan, dari iga sebelah kanan sudah menyambar datang sesosok bayangan toya, bukan saja angin serangannya kuat, jurus serangan yang digunakan pun sangat tepat. Dalam posisi begini, Go Jit harus selamatkan diri sehingga tak sempat lagi melanjutkan niatnya untuk melukai lawan, tubuhnya melejit ke udara lalu berjumpalitan, meski berhasil lolos dari ancaman toya, tak urung hatinya terkejut juga, dia tak menyangka kalau disana hadir jagoan tangguh. Ketika berpaling, terlihat seorang lelaki berjubah hijau yang mengenakan topi caping bambu, berdiri menghadang didepan Yo Seng. Disudut lain, terlihat ada dua orang masih bertempur tiada hentinya, namun karena gerakan tubuh mereka sangat cepat sehingga dia tak sempat melihat wajah aslinya. Go Jit jadi kaget setengah mati, dia tak mengira didalam ruang rumah abu itu bisa berkumpul begitu banyak jago tangguh. Setelah menghimpun tenaga, bentaknya: “Siapa kau, apakah datang untuk mencari balas?" Orang berjubah hijau itu tertawa terbahak bahak. “Hahaha, aku tak punya dendam sakit hati denganmu, hanya pepatah bilang, guru murid sehati, karena kau berhasil mengungguli muridku, terpaksa yang jadi guru harus tampilkan diri." Dalam waktu singkat dia telah lancarkan tiga serangan toya, serangan atas menggunakan jurus Soat-hoa-kay-teng (bunga salju melapisi atap), serangan tengah menggunakan jurus Giok-tay-heng-yau (sabut kumala melintang dipinggang), sedang serangan bawah menggunakan jurus Ku-siu-boan-keng (pohon layu akar melingkar). Meskipun hanya terdiri dari jurus serangan biasa, namun sewaktu digunakan orang berbaju hijau itu, kehebatannya menjadi berlipat ganda. Terlihat bayangan toya menggulung tiada hentinya, tongkat sepanjang dua meter itu tiba tiba berubah seperti sabuk angkin sepanjang ratusan kaki yang melingkar dan menggulung Go Jit dengan ketatnya. Dipihak lain, saat itu si bungkuk baja sedang bertarung dengan asyiknya ketika tiba tiba orang berbaju hijau itu keluar dari arena, serta merta jurus serangan dari Lan Toa-sianseng ikut mengendor. Maka setelah bertarung berapa jurus kemudian, si bungkuk baja kehilangan selera. Sambil tertawa ujar Lan Toa-sianseng: “Lebih baik kita sudahi dulu pertarungan diantara kita berdua, ayoh kita tengok ke sana, coba lihat ilmu silat si golok tanpa sarung lebih canggih atau ilmu silat si Tombak tanpa bayangan yang lebih hebat." “Aaah, betul, betul,” si bungkuk baja berseru tertahan, “dia adalah si Tombak tanpa bayangan Yo Hui, tak heran kalau jurus serangan yang dia gunakan hampir semuanya merupakan jurus ilmu tombak, meski yang digunakan adalah toya panjang." Melihat dirinya telah salah bicara hingga buka rahasia orang, Lan Toa-sianseng ikut tertawa geli, katanya: “Jika dia bepergian dengan membawa tombaknya yang sepanjang dua meter, bukankah sama artinya pasang merek ditubuh sendiri? Manusia mana di dunia persilatan yang tidak kenal dia? Coba kalau dia tidak membawa toya dan berlagak seperti pendeta perantauan, orang pasti akan menebak identitasnya dengan gampang." II “Bagus, bagus sekali, gumam si bungkuk baja kemudian, “golok tanpa sarung, tombak tanpa bayangan, dua dari tujuh manusia ternama sudah muncul disini, tampaknya hari ini aku bakal merasa puas sekali . . . . .." Mendadak dia berjumpalitan dan maju ke depan. Dipihak lain, paras muka Go Jit segera berubah hebat setelah manusia berjubah hijau itu melancarkan berapa jurus serangan, serunya sambil tertawa terbahak-bahak: “Hahaha, aku kira siapa, ternyata saudara Yo, sejak kapan kau ganti memakai toya?” Sebagaimana diketahui, ketika memperebutkan urutan nama tujuh manusia tersohor tempo hari, mereka berdua pernah bertempur sengit selama berapa hari di gunung Hoa-san, tak heran kalau Go Jit segera dapat menebak asal usulnya setelah bertarung berapa jurus. Si Tombak tanpa bayangan Yo Hui ikut tertawa tergelak, katanya: “Hahaha, sudah kuduga, tak bakal bisa mengelabuhi dirimu." Go Jit tahu, pertarungan yang bakal berlangsung berikut sudah jauh berbeda dengan tadi, karena kuatir Li Koan-eng dan Beng Li-si menggunakan kesempatan itu melarikan diri, segera katanya sambil tertawa terkekeh: “Saudara Yo, sudah lama kita tak bersua, masa begitu bertemu langsung bertarung habis habisan? Jangan sampai membuat kaum muda yang melihat mentertawakan kesempitan pikiran kita berdua." “Hahaha,” Yo Hui balas tertawa keras, “sebetulnya aku enggan ribut dengan kau, siapa suruh kau menghajar muridku, jadi paling tidak akupun harus membalas dua tiga pentungan, dengan begitu aku baru bisa memberi pertanggungan jawab kepada sang murid." Waktu itu Go Jit sedang mengeluh karena gagal meloloskan diri dari cengkeraman lawan, siapa tahu pada saat itulah tiba tiba muncul lagi seseorang dari tengah udara. Dia sangka orang itu adalah pembantu Yo Hui, hatinya makin tercekat. Tak disangka orang itu melancarkan serangan secara bertubi tubi, bukan saja ditujukan kepadanya, serangan itupun diarahkan ke tubuh Yo Hui. Dalam gusar dan kagetnya, bentak Go Jit penuh amarah: “Darimana datangnya orang edan, sudah bosan hidup?" Si bungkuk baja tertawa tergelak. “Hahaha, lohu datang untuk ikut meramaikan suasana, Yo Hui, daripada bertarung satu lawan satu, bukankah lebih menarik jika empat orang berlibat pertarungan bersama?" Tiba tiba dia balik tubuh sambil mengirim satu pukulan ke arah Lan Toa-sianseng. “Hahaha, menarik, menarik,” Yo Hui tertawa tergelak, “mari kita berempat tarung bersama, agar angkatan muda terbuka matanya." Sambil berkata dia membalik toyanya, melepaskan serangan pula ke tubuh Lan Toa-sianseng. Menghadapi serangan dua orang jago lihay sekaligus, biar Lan Toa-sianseng tak ingin bertarungpun, kini dia tak bisa menghindar, sahutnya kemudian: “Hahaha, kalau ingin bertarung, ayoh tarung sampai puas!" Dengan cepat diapun terlibat dalam pergumulan. Menyaksikan berapa orang jago tangguh itu kembali terlibat dalam pertarungan sengit, Lim Luan-hong merasa terkejut bercampur tertawa, ia merasa hari ini dirinya benar benar mujur. Begitu empat orang jago lihay itu terlibat dalam pertempuran sengit, angin pukulan, bayangan toya segera memenuhi seluruh ruangan rumah abu, Lim Luan-hong sekalian kini terdesak hingga harus mundur ke sudut ruangan. Beberapa kali Li Koan-eng dan Beng Li-si ingin manfaatkan kesempatan itu untuk kabur, apa mau dikata mereka sudah terkurung disudut ruangan sehingga makin tak berani bertindah gegabah. Terasa hawa dingin menyesakkan napas, angin pukulan membuat baju mereka ikut berkibar. Si Tombak baja Yo Seng tak ikut terlibat dalam pertarungan ini, namun matanya melotot terus kearah Beng Li-si dengan tatapan gusar, sebab dia memperoleh penghinaan dimasa lalu, tak lain gara gara ulah perempuan ini. Tiba tiba terdengar Yo Hui membentak keras: “Buntalan siapa yang menghalangi jalan, bawa pergi!" Tongkatnya langsung mencukil kearah buntalan ditanah. Baru sekarang Lim Luan-hong teringat dengan Chin Ki yang masih terbalut dibalik buntalan. Menyaksikan ayunan toya Yo Hui yang begitu dahsyat, ia sadar, jika pukulan itu dilanjutkan, pasti Chin Ki akan kehilangan nyawa, dalam terperanjatnya, tanpa sadar dia menjerit lengking. Oo0oo Ketika Lan Toa-sianseng, bungkuk baja dan manusia berjubah hijau itu pada awalnya terlibat pertempuran, Tian Mong-pek telah tersadar dari pingsannya. Kejadian ini segera membuat Siau Hui-uh dan Tong Hong jadi terkejut bercampur gembira. Ternyata obat mujarab yang diberikan limlunhong kepada Siau Hui-uh merupakan hasil ramuan dari Chin Siu-ang, meski orang ini tidak berjiwa menolong, namun ilmu pertabiban yang dikuasahi sangat luar biasa. Obat yang diramu ini meski tak punya kemampuan untuk menghidupkan orang mati, namun untuk mengobati luka dalam sudah bukan masalah lagi. Tian Mong-pek yang baru tersadar dan melihat disampingnya ketambahan si burung hong api, dia jadi kaget bercampur keheranan, tentu saja dia tahu kalau selama dirinya tak sadarkan diri, beberapa kali jiwanya berada diujung tanduk, dia semakin tak menyangka kalau obat yang telah mengobati lukanya merupakan hasil ramuan dari Chin Siu-ang. Siau Hui-uh dan Tong Hong segera merubung maju, mereka berdua sama sama melotot, ketika akhirnya Tong Hong berpaling kearah lain, Siau Hui-uh baru bertanya: “Apakah keadaanmu sudah jauh lebih baikan?" Orang yang baru mendusin dari pingsan sudah jelas kondisinya jauh lebih baikan, meski pertanyaan itu omong kosong, tak urung memperhatikan juga perhatiannya yang besar. Tian Mong-pek merasa sangat berterima kasih, setelah tertawa dia meronta untuk duduk. Melihat pemuda itu bisa duduk sendiri, Siau Hui-uh merasa makin kegirangan. Memandang bayangan punggung Tong Hong, tak tahan Tian Mong-pek bertanya: “Bagaimana ceritanya kita bisa sampai disini? Kenapa nona Tong berada disini juga?" Biarpun duduk membelakangi mereka, Tong Hong dapat mendengar semua pembicaraan itu dengan jelas. Mendengar kemesraan yang diperlihatkan Siau Hui-uh kepada Tian Mong-pek, Il apalagi menyebut mereka sebagai “kita dan menyebut dia sebagai “nona Tong", gadis itu merasa hatinya kecut, meski menggigit bibir kencang kencang, tak urung air matanya jatuh bercucuran. Siau Hui-uh merasa hatinya hangat, setelah melempar senyuman manis, sahutnya: “Panjang untuk menceritakan hal ini, mari kita tengok dulu keramaian diluar sana." Ketika melihat kondisi luka Tian Mong-pek sudah membaik, tentu saja gadis ini tak tega untuk beritahu kalau mereka sudah tiada harapan keluar dari ruang rahasia ini. Sementar itu, diapun mulai tertarik untuk menyaksikan kelanjutan pertarungan antara Lan Toa-sianseng bertiga, maka sambil memayang Tian Mong-pek ke depan kaca kristal, katanya sambil tertawa: “Coba kau intip keluar, tanggung setelah itu tak bakalan mau berpindah tempat lagi.” Begitu melihat keadaan diluar, benar saja, Tian Mong-pek jadi kegirangan. Suasana terasa hening, suara bentakan maupun angin pukulan yang ramai diluar sana sama sekali tak terdengar di ruang bawah, biarpun Tian Mong-pek merasa agak kecewa, namun segera dia sudah melupakan hal itu. Tampak jurus serangan yang digunakan Lan Toa-sianseng sekalian banyak variasi dan luar biasa, kalau dihari biasa Tian Mong-pek tak mungkin akan memperhatikan secara detil, namun sekarang, dalam suasana yang sepi, dengan cepat ia sudah dibikin mabuk kepayang dan lupa daratan. Pepatah mengatakan: Yang menonton biasanya yang jelas. Biarpun Lan Toa-sianseng sekalian merupakan tokoh persilatan, namun karena mereka secara pribadi terlibat dalam pertarungan itu, tak urung perasaannya ikut terpengaruh. Terkadang dalam jurus lawan meski tampak ada titik kelemahan, mereka justru tidak melihatnya, berbeda dengan Tian Mong-pek yang mengikuti jalannya pertempuran dengan hati tenang, hampir semua kelemahan itu terlihat dengan jelas. Dengan menonton pertarungan ini, bukan saja Tian Mong-pek berhasil memahami perubahan jurus dari ke tiga orang jagoan itu, bahkan sangat menguasahi setiap titik kelemahan yang ada. Sampai kemudian Li Koan-eng dan Beng Li-si menerjang masuk, meski tak terdengar apa yang mereka katakan, namun dari mimik muka mereka yang gelisah dan panik, pemuda itu tahu kalau Go Jit telah menyusul tiba. Namun kemudian dia tak menyangka kalau si Tombak baja Yo Seng akan muncul disitu, pertarungan sengit yang kemudian melibatkan ke empat jagoan lihay ini membuat anak muda ini semakin mabuk. Kemudian ketika melihat orang berbaju hijau itu mencongkel buntalan dilantai dan Lim Luan-hong melompat bangun dengan kaget, Tian Mong-pek pun berpikir dengan keheranan: “Apa gerangan isi buntalan itu?" Jika Tian Mong-pek tahu kalau isi buntalan itu adalah Chin Ki, sudah pasti dia akan menjerit sekeras kerasnya. Sebab Chin Ki adalah putri kesayangan Chin Siu-ang, sedikit banyak dia seharusnya tahu urusan tentang ayahnya, kini Chin Siu-ang sudah mati, itu berarti kunci paling utama untuk membongkar rahasia panah kekasih berada ditangan Chin Ki. Bila sekarang dia tewas oleh tongkat si Tombak tanpa bayangan, bukankah akan ada banyak rahasia yang terkubur bersamanya?