Cerita Silat | Ksatria Panji Sakti | oleh Gu Long | Ksatria Panji Sakti | Cersil Sakti | Ksatria Panji Sakti pdf
Roro Centil - Dendam & Cinta Gila Seorang Pendekar Animorphs 18 Petualangan di planet Leera Pengemis Binal - 27. Bidadari Pulau Penyu Pendekar Hina Kelana - 36. Misteri Patung Kematian Pendekar Mata Keranjang - 26. Lembaran Kulit Naga Pertala
Kebetulan Sui Leng-kong sedang menatap ke arahnya, sekalipun suasana sangat redup namun begitu sorot mata mereka berdua saling bertemu, jalan pemikiran kedua belah pihak pun seakan sudah tersambung. Yin Ping Sambil membopong kucing putihnya hanya mengawasi mereka berdua dengan senyuman dikulum, Sementara kawanan gadis lainnya hanya menundukkan kepala mengawasi kaki sendiri yang putih bagaikan bunga salju, tampang mereka mirip orang yang sedang iri. Sementara Suto Siau sekalian sedang berunding, jago pedang berkopiah kuning dan jago pedang rembulan berdiri sedikit dikejauhan tanpa ikut berbicara, hanya suara Lok Put-kun yang kedengaran paling nyaring. Orang ini berperawakan tinggi besar, ketika berdiri diantara rekan lainnya, tubuhnya nampak jauh lebih tinggi dari siapa pun, ketika itu dengan wajah penuh amarah sedang berteriak: “Siapa takut, siapa takut kepadanya!” Suto Siau kelihatan manggut manggut, tiba tia dia berbalik dan menghampiri manusia aneh itu sambil berkata: “Apa yang hendak cianpwee lakukan bila cayhe sekalian enggan melepaskan dirinya?” “Itu mah bisa berakibat fatal” jawab manusia aneh itu Sambil bergendong tangan dan tertawa. Beberapa patah kata itu diucapkan amat santai seolah tak bertenaga, namun setiap patah kata yang terucap kedengaran begitu tajam dan menusuk pendengaran. Berubah hebat paras muka Suto Siau sekalian, dari enam orang yang hadir ada tiga orang diantaranya yang berakal licik, serentak mereka saling bertukar tanda. Sambil menjura Suto Siau segera berkata: “Perempuan itu mempunyai kaitan yang erat dengan kami Semua, bahkan menyangkut sederet persoalan, sekalipun kami semua bersedia membiarkan cianpwee membawanya pergi, tapi bagaimana pertanggungan jawab kami bila kelak orang lain menanyakannya?” Kemudian setelah tertawa tergelak, lanjutnya: “Apalagi cayhe sekalian masih belum tahu siapa nama cianpwee” “Bocah keparat, hebat amat kau” tukas Yin Ping tiba tiba, “bukankah kau ingin tahu dulu namanya kemudian baru dipertimbangkan, kalau bisa dilawan kalian lawan, kalau tak bisa dilawan kalian akan kabur, bukan begit?” “Kalau memang begitu, bagaimana kalau cianpwee tunda dulu selama berapa hari, menunggu cayhe sudah undang semua rekan, agar mereka pun dapat menyaksikan kehebatan cianpwee, kemudian perempuan itu baru diajak pergi dari sini?” Dalam hati dia sudah mengambil keputusan, asal hari ini bisa menggunakan Sui Leng-kong untuk memaksa Thiat Tiong-tong menyerah, apa susahnya untuk serahkan kembali gadis itu kepadanya. Yin Ping yang mendengar perkataan itu segera tertawa terkekeh. “Oooh.... mau pakai siasat mengundang pasukan bantuan? Bertarung setelah bala bantuannya tiba?” Manusia aneh itu berkata pula Sambil menuding ke arah Suto Siau: “Hahahaha.... tidak kusangka dalam dunia persilatan telah muncul seorang tokoh secerdik kau, tampaknya aku mesti membuka mataku lebar lebar” “Tidak berani, tidak berani, entah bagaimana pendapat cianpwee dengan usul tadi?” kata Suto Siau. “Selama hidup aku paling tak suka memaksakan kehendak, bila hari ini aku bersikeras membawa pergi nona ini, paling tidak peristiwa ini pasti akan mencoreng wajah kalian Semua” Thiat Tiong-tong berkerut kening setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya Suto Siau sekalian berseri, buru buru ia menjura seraya berkata: “Ternyata cianpwee memang bijaksana, boanpwee ucapkan banyak terima kasih” Manusia aneh itu tertawa perlahan, katanya lagi: “Oleh sebab itu . . . . . . . . ..” Ia berhenti sejenak, menunggu perhatian Semua orang sudah tertuju ke arahnya, ia baru melanjutkan: “Oleh sebab itu kuputuskan, hari ini aku akan membuat kalian semua menyerahkan nona itu ke tanganku dengan perasaan rela dan ikhlas . . . . . . ..” Belum selesai perkataan itu diucapkan, paras muka Suto Siau sekalian telah berubah hebat Sementara Yin Ping tertawa terpingkal pingkal. Hek Seng-thian dan Pek Seng-bu saling bertukar pandangan sekejap, Sementara Pek Seng-bu secara diam diam menjawil tubuh Lok Put-kun. Mereka berdua tahu, persoalan yang dihadapi pada malam ini tak mungkin bisa diselesaikan secara damai, tapi mereka sendiripun tak berani bertindak secara gegabah, oleh sebab itu diputuskan untuk mendorong Lok Put—kun agar menjajal terlebih dulu kepandaian silat yang dimiliki manusia aneh itu. Lok Put—kun memang seorang jago yang kasar, berangasan dan bertemperamen tinggi, sejak tadi dia sudah mendongkol sambil menahan diri, maka setelah diberi tanda untuk turun tangan, mana mungkin ia bisa menahan diri? Dengan suara keras kontan hardiknya: “Mengharapkan kami serahkan nona itu kepadamu? Hmm, jangan bermimpi disiang hari bolong!” Dengan langkah lebar dia maju ke muka, begitu tiba didepan manusia aneh itu, sambil merentangkan sepasang tangannya yang besar bagai kipas, bentaknya: “Mari, mari, mari, kalau punya kemampuan, layani dulu berapa juus seranganku!” Dari suara gemerutuk yang dipancarkan dari tulang belulang Lok Put—kun ketika merentangkan telapak tangannya, Thiat Tiong-tong tahu kalau kepandaian gwakang yang dimiliki orang ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa. “Anak muda, kau belum pantas bertarung melawanku” jengek manusia aneh itu Sambil tertawa. “Kentut” bentak Lok Put—kun gusar, “jika takut menghadapiku, lebih baik . . . . ..” “Baiklah” potong manusia aneh itu kemudian, “dalam satu jurus bila aku tak sanggup membuatmu terjungkal, bagaimana kalau anggap saja aku yang kalah?” Ketika kedua orang ini berdiri saling berhadapan, terlihatlah perbedaan mereka yang sangat mencolok, kalau yang satu bertubuh tinggi besar, kekar berotot dan hitam, maka yang lain bertubuh gemuk, putih dengan anggota badan yang lembut halus. Yang satu bicara keras bagai bunyi genta, Sementara yang lain lembut bagai orang bercanda. sekalipun Suto Siau sekalian tahu kalau manusia aneh itu memiliki kungfu yang luar biasa, namun Lok Put-kun pun bukan manusia sembarangan, dia sudah banyak tahun mengembara dalam dunia persilatan, sekalipun cara kerjanya sedikit gegabah namun pengalamannya dalam menghadapi musuh tidak lemah. Kendatipun ilmu silat yang dimiliki manusia aneh itu jauh melebihi lawannya, tapi kalau ingin menghajarnya hingga jatuh terpelanting dalam satu gebrakan saja, jelas lebih susah daripada naik ke langit. Maka Suto Siau sekalian jadi amat girang setelah mendengar orang itu sesumbar dengan tantangannya. Hek Seng—thian kuatir Lok Put—kun tak pandai bicara, maka dengan langkah cepat dia maju ke depan sembari menegaskan: “Cianpwee, kau lagi bergurau atau sungguhan?” “Siapa yang sedang bergurau denganmu” jawab manusia aneh itu Sambil tertawa. “Kalau memang begitu, apa yang hendak cianpwee lakukan bila kalah?” “Kalau kalah, aku akan segera turun gunung dengan merangkak” Semenjak tadi Lok Put—kun sudah mencak mencak kegusaran, mendengar perkataan itu kembali teriaknya penuh amarah: “Kalau aku yang kalah, bukan saja akan turun gunung dengan merangkak, bahkan aku akan menyembah delapan kali kepadamu” “Hahahaha..... aku kuatir sampai waktunya kau sudah tak mampu menyembah lagi” Hek Seng—thian girang sekali setelah mendengar per kataan itu, cepat ujarnya Sambil tertawa: “Saudara Lok tak usah banyak bicara lagi, cepat minta berapa petunjuk dari cianpwee itu, saudara Lok hanya cukup melancarkan satu jurus serangan saja dan ingat, jangan sampai dibuat terjungkal olehnya” “Ayohlah!” kata manusia aneh itu kemudian Sambil menggulung lengan bajunya. Dia berdiri amat santai, tidak menyiapkan diri, tidak pula menghimpun tenaga dalamnya, seakan seorang lelaki dewasa yang siap menghadapi seorang bayi cilik. Lok Put—kun sendiri meski tampil dengan wajah penuh amarah, dihati kecilnya dia pun tak berani gegabah, sesudah mendengus dingin dia silangkan kepalannya di depan dada Sambil bertekuk lutut, kuda kudanya segera diperkuat. Kuda kuda dalam bentuk begini merupakan sebuah kuda kuda yang paling dasar, khususnya bagi orang yang berlatih tenaga gwakang, bhesi semacam ini boleh dibilang sangat kokoh dan sulit digoyang kendatipun didorong oleh dua puluhan orang lelaki kekar. Terlihat ia menarik lambungnya dengan menancapkan sepasang kakinya ke dalam tanah, lalu pikirnya: “Bocah gendut, akan kulihat dengan Cara apa kau akan membuat aku roboh terjungkal” Thiat Tiong-tong sendiripun diam diam bersorak memuji setelah menyaksikan kuda kuda orang itu, disamping kagum diapun merasa terperanjat, ingin diketahui dengan cara apa manusia aneh itu akan membuatnya roboh terjungkal. Diiringi bentakan nyaring Lok Put—kun mulai melontarkan pukulannya, ditengah angin pukulan yang menderu deru dengan jurus Thay-san-ya-teng (bukit thay-san menindih kepala) dia bacok batok kepala orang itu. Jurus serangan ini meski kasar dan sederhana namun terkandung dasar utama dari ilmu pukulan, boleh dibilang Lok Put—kun sangat menguasahinya. Apalagi dengan perawakan tubuhnya yang tinggi besar, seperti nama jurus serangan itu, kekuatannya boleh dibilang bagaikan tindihan dari sebuah bukit Thay—san. Tak urung para jago bersorak memuji juga setelah melihat kehebatan pukulan itu. Manusia aneh itu masih berdiri dengan senyuman diwajah, dia tidak menghindar pun tidak berusaha berkelit. Diam diam Lok Put—kun kegirangan, pikirnya: “sekalipun kau ingin menggunakan tenaga dalammu untuk mentalkan aku, tak nanti tubuhku akan roboh terjungkal” Sambil memperkuat kuda kudanya sekali lagi dia menghujamkan kepalannya ke bawah. “Blaaaam!” sepasang pukulan maut dari Lok Put—kun segera bersarang telak diatas bahu manusia aneh itu. Ternyata orang itu tidak mementalkan tubuh lawannya dengan getaran tenaga dalam, tubuh Lok Put—kun masih tetap berdiri bagaikan sebuah pagoda baja, sebaliknya tubuh manusia aneh itupun terhajar bagaikan sebuah paku yang tertancap ke dalam tanah. Semua orang merasa terkejut bercampur girang, Lok Put—kun sendiripun agak termangu melihat hasil pukulannya itu. Belum sempat ingatan ke dua melintas lewat, mendadak terdengar manusia aneh itu berseru Sambil tertawa terbahak—bahak: “Sekarang, berbaringlah kau!” Secepat kilat ia menggetarkan sepasang tangannya mencengkeram ke depan, karena tubuh pendeknya sebagian menancap di tanah, maka arah serangan nya persis mengarah sepasang kaki Lok Put—kun yang tinggi besar. Waktu itu Lok Put—kun sedang memperkokoh sepasang kakinya dengan sepenuh tenaga, mimpi pun dia tak menyangka kalau lawannya akan menggunakan jurus serangan tersebut untuk mengancam kakinya. Dalam keadaan begini sulit baginya untuk menghindarkan diri, tahu tahu sepasang kakinya terasa sakit hingga merasuk tulang, diiringi jeritan kaget tahu tahu badannya sudah terlempar ke udara dan roboh terkapar diatas tanah. Kenyataan semacam ini sungguh diluar dugaan siapa pun, kawann jago yang hadir hanya bisa berdiri melongo dengan mata terbelalak, tak seorangpun mampu mengeluarkan suara jeritan. Diiringi suara tertawa nyaring manusia aneh itu melompat keluar dari dalam tanah, sebuah liang yang cukup dalam segera muncul diatas tanah. Menggunakan tubuh untuk menancap ke dalam tanah yang keras, kepandaian silat semacam ini boleh dibilang belum pernah terdengar dalam dunia persilatan, seandainya tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, siapa pun tak akan percaya dengan kenyataan tersebut. “Kenapa kau belum menyembah kepadaku?” terdengar manusia aneh itu menegur. Lok Put—kun membentak keras, ia berusaha merangkak bangun, siapa sangka bantingan tersebut ternyata kuat sekali, bantingan keras yang membuat sekujur tubuhnya linu dan sakit, baru merangkak setengah jalan, kembali tubuhnya roboh terjengkang. Pek Seng-bu menghela napas panjang, cepat dia membangunkan rekannya itu. Lok Put—kun memandang Hek Seng—thian dan Pek Seng-bu sekejap, kemudian memandang pula ke arah manusia aneh itu, tiba tiba Sambil mendekap dibahu Pek Seng-bu, ia mulai menangis tersed-sedu. Menyaksikan hal ini Suto Siau hanya bisa mendongkol bercampur geli. Manusia aneh itupun tertawa lebar, ujarnya kemudian: “Masih ada lagi yang pingin menjajal kemampuanku?” Semua orang hanya saling berpandangan, siapa pun tak berani menjawab. Manusia aneh itu segera mendongakkan kepalanya tertawa terbahak bahak, serunya lagi: “Jika kalian tidak keberatan, akupun tak akan berlaku sungkan lagi” Sambil berpaling serunya: “Murid muridku, cepat turunkan nona itu” Tampak kawanan nona itu saling mendorong diantara rekan sendiri dengan wajah cemberut, ternyata tak seorangpun yang bersedia turun tangan. Yin Ping yang melihat itu tertawa terkekeh, katanya: “Bila kalian ingin mengikutinya, mulai sekarang harus belajar tidak cemburuan, kalau tidak, tanggung kalian akan mampus duluan karena mendongkol” Kawanan nona itu tertawa geli, akhirnya Sambil dorong mendorong mereka berjalan mendekat. Manusia aneh itu berpaling ke arah Yin Ping kemudian serunya: “Jika Semua wanita didunia mirip kau, aku benar benar tak usah pusing dan bingung” Suto Siau sekalian hanya bisa pasrah dan membiarkan kawanan nona itu merangkak naik ke atas tangga, siapa pun sadar, kepandaian silat yang dimiliki mustahil bisa mencegah niat manusia aneh itu. “Tunggu sebentar!” mendadak terdengar bentakan keras berkumandang dari puncak tangga. Ketika semua orang mendongakkan kepalanya, tampak Sim Sin—pek entah sejak kapan telah berdiri dipuncak tangga. Rupanya perhatian Semua orang waktu itu sedang tertuju pada kehebatan kungfu manusia aneh itu sehingga tak ada yang memperhatikan gerak geriknya.
Roro Centil - Dendam & Cinta Gila Seorang Pendekar Animorphs 18 Petualangan di planet Leera Pengemis Binal - 27. Bidadari Pulau Penyu Pendekar Hina Kelana - 36. Misteri Patung Kematian Pendekar Mata Keranjang - 26. Lembaran Kulit Naga Pertala
Kebetulan Sui Leng-kong sedang menatap ke arahnya, sekalipun suasana sangat redup namun begitu sorot mata mereka berdua saling bertemu, jalan pemikiran kedua belah pihak pun seakan sudah tersambung. Yin Ping Sambil membopong kucing putihnya hanya mengawasi mereka berdua dengan senyuman dikulum, Sementara kawanan gadis lainnya hanya menundukkan kepala mengawasi kaki sendiri yang putih bagaikan bunga salju, tampang mereka mirip orang yang sedang iri. Sementara Suto Siau sekalian sedang berunding, jago pedang berkopiah kuning dan jago pedang rembulan berdiri sedikit dikejauhan tanpa ikut berbicara, hanya suara Lok Put-kun yang kedengaran paling nyaring. Orang ini berperawakan tinggi besar, ketika berdiri diantara rekan lainnya, tubuhnya nampak jauh lebih tinggi dari siapa pun, ketika itu dengan wajah penuh amarah sedang berteriak: “Siapa takut, siapa takut kepadanya!” Suto Siau kelihatan manggut manggut, tiba tia dia berbalik dan menghampiri manusia aneh itu sambil berkata: “Apa yang hendak cianpwee lakukan bila cayhe sekalian enggan melepaskan dirinya?” “Itu mah bisa berakibat fatal” jawab manusia aneh itu Sambil bergendong tangan dan tertawa. Beberapa patah kata itu diucapkan amat santai seolah tak bertenaga, namun setiap patah kata yang terucap kedengaran begitu tajam dan menusuk pendengaran. Berubah hebat paras muka Suto Siau sekalian, dari enam orang yang hadir ada tiga orang diantaranya yang berakal licik, serentak mereka saling bertukar tanda. Sambil menjura Suto Siau segera berkata: “Perempuan itu mempunyai kaitan yang erat dengan kami Semua, bahkan menyangkut sederet persoalan, sekalipun kami semua bersedia membiarkan cianpwee membawanya pergi, tapi bagaimana pertanggungan jawab kami bila kelak orang lain menanyakannya?” Kemudian setelah tertawa tergelak, lanjutnya: “Apalagi cayhe sekalian masih belum tahu siapa nama cianpwee” “Bocah keparat, hebat amat kau” tukas Yin Ping tiba tiba, “bukankah kau ingin tahu dulu namanya kemudian baru dipertimbangkan, kalau bisa dilawan kalian lawan, kalau tak bisa dilawan kalian akan kabur, bukan begit?” “Kalau memang begitu, bagaimana kalau cianpwee tunda dulu selama berapa hari, menunggu cayhe sudah undang semua rekan, agar mereka pun dapat menyaksikan kehebatan cianpwee, kemudian perempuan itu baru diajak pergi dari sini?” Dalam hati dia sudah mengambil keputusan, asal hari ini bisa menggunakan Sui Leng-kong untuk memaksa Thiat Tiong-tong menyerah, apa susahnya untuk serahkan kembali gadis itu kepadanya. Yin Ping yang mendengar perkataan itu segera tertawa terkekeh. “Oooh.... mau pakai siasat mengundang pasukan bantuan? Bertarung setelah bala bantuannya tiba?” Manusia aneh itu berkata pula Sambil menuding ke arah Suto Siau: “Hahahaha.... tidak kusangka dalam dunia persilatan telah muncul seorang tokoh secerdik kau, tampaknya aku mesti membuka mataku lebar lebar” “Tidak berani, tidak berani, entah bagaimana pendapat cianpwee dengan usul tadi?” kata Suto Siau. “Selama hidup aku paling tak suka memaksakan kehendak, bila hari ini aku bersikeras membawa pergi nona ini, paling tidak peristiwa ini pasti akan mencoreng wajah kalian Semua” Thiat Tiong-tong berkerut kening setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya Suto Siau sekalian berseri, buru buru ia menjura seraya berkata: “Ternyata cianpwee memang bijaksana, boanpwee ucapkan banyak terima kasih” Manusia aneh itu tertawa perlahan, katanya lagi: “Oleh sebab itu . . . . . . . . ..” Ia berhenti sejenak, menunggu perhatian Semua orang sudah tertuju ke arahnya, ia baru melanjutkan: “Oleh sebab itu kuputuskan, hari ini aku akan membuat kalian semua menyerahkan nona itu ke tanganku dengan perasaan rela dan ikhlas . . . . . . ..” Belum selesai perkataan itu diucapkan, paras muka Suto Siau sekalian telah berubah hebat Sementara Yin Ping tertawa terpingkal pingkal. Hek Seng-thian dan Pek Seng-bu saling bertukar pandangan sekejap, Sementara Pek Seng-bu secara diam diam menjawil tubuh Lok Put-kun. Mereka berdua tahu, persoalan yang dihadapi pada malam ini tak mungkin bisa diselesaikan secara damai, tapi mereka sendiripun tak berani bertindak secara gegabah, oleh sebab itu diputuskan untuk mendorong Lok Put—kun agar menjajal terlebih dulu kepandaian silat yang dimiliki manusia aneh itu. Lok Put—kun memang seorang jago yang kasar, berangasan dan bertemperamen tinggi, sejak tadi dia sudah mendongkol sambil menahan diri, maka setelah diberi tanda untuk turun tangan, mana mungkin ia bisa menahan diri? Dengan suara keras kontan hardiknya: “Mengharapkan kami serahkan nona itu kepadamu? Hmm, jangan bermimpi disiang hari bolong!” Dengan langkah lebar dia maju ke muka, begitu tiba didepan manusia aneh itu, sambil merentangkan sepasang tangannya yang besar bagai kipas, bentaknya: “Mari, mari, mari, kalau punya kemampuan, layani dulu berapa juus seranganku!” Dari suara gemerutuk yang dipancarkan dari tulang belulang Lok Put—kun ketika merentangkan telapak tangannya, Thiat Tiong-tong tahu kalau kepandaian gwakang yang dimiliki orang ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa. “Anak muda, kau belum pantas bertarung melawanku” jengek manusia aneh itu Sambil tertawa. “Kentut” bentak Lok Put—kun gusar, “jika takut menghadapiku, lebih baik . . . . ..” “Baiklah” potong manusia aneh itu kemudian, “dalam satu jurus bila aku tak sanggup membuatmu terjungkal, bagaimana kalau anggap saja aku yang kalah?” Ketika kedua orang ini berdiri saling berhadapan, terlihatlah perbedaan mereka yang sangat mencolok, kalau yang satu bertubuh tinggi besar, kekar berotot dan hitam, maka yang lain bertubuh gemuk, putih dengan anggota badan yang lembut halus. Yang satu bicara keras bagai bunyi genta, Sementara yang lain lembut bagai orang bercanda. sekalipun Suto Siau sekalian tahu kalau manusia aneh itu memiliki kungfu yang luar biasa, namun Lok Put-kun pun bukan manusia sembarangan, dia sudah banyak tahun mengembara dalam dunia persilatan, sekalipun cara kerjanya sedikit gegabah namun pengalamannya dalam menghadapi musuh tidak lemah. Kendatipun ilmu silat yang dimiliki manusia aneh itu jauh melebihi lawannya, tapi kalau ingin menghajarnya hingga jatuh terpelanting dalam satu gebrakan saja, jelas lebih susah daripada naik ke langit. Maka Suto Siau sekalian jadi amat girang setelah mendengar orang itu sesumbar dengan tantangannya. Hek Seng—thian kuatir Lok Put—kun tak pandai bicara, maka dengan langkah cepat dia maju ke depan sembari menegaskan: “Cianpwee, kau lagi bergurau atau sungguhan?” “Siapa yang sedang bergurau denganmu” jawab manusia aneh itu Sambil tertawa. “Kalau memang begitu, apa yang hendak cianpwee lakukan bila kalah?” “Kalau kalah, aku akan segera turun gunung dengan merangkak” Semenjak tadi Lok Put—kun sudah mencak mencak kegusaran, mendengar perkataan itu kembali teriaknya penuh amarah: “Kalau aku yang kalah, bukan saja akan turun gunung dengan merangkak, bahkan aku akan menyembah delapan kali kepadamu” “Hahahaha..... aku kuatir sampai waktunya kau sudah tak mampu menyembah lagi” Hek Seng—thian girang sekali setelah mendengar per kataan itu, cepat ujarnya Sambil tertawa: “Saudara Lok tak usah banyak bicara lagi, cepat minta berapa petunjuk dari cianpwee itu, saudara Lok hanya cukup melancarkan satu jurus serangan saja dan ingat, jangan sampai dibuat terjungkal olehnya” “Ayohlah!” kata manusia aneh itu kemudian Sambil menggulung lengan bajunya. Dia berdiri amat santai, tidak menyiapkan diri, tidak pula menghimpun tenaga dalamnya, seakan seorang lelaki dewasa yang siap menghadapi seorang bayi cilik. Lok Put—kun sendiri meski tampil dengan wajah penuh amarah, dihati kecilnya dia pun tak berani gegabah, sesudah mendengus dingin dia silangkan kepalannya di depan dada Sambil bertekuk lutut, kuda kudanya segera diperkuat. Kuda kuda dalam bentuk begini merupakan sebuah kuda kuda yang paling dasar, khususnya bagi orang yang berlatih tenaga gwakang, bhesi semacam ini boleh dibilang sangat kokoh dan sulit digoyang kendatipun didorong oleh dua puluhan orang lelaki kekar. Terlihat ia menarik lambungnya dengan menancapkan sepasang kakinya ke dalam tanah, lalu pikirnya: “Bocah gendut, akan kulihat dengan Cara apa kau akan membuat aku roboh terjungkal” Thiat Tiong-tong sendiripun diam diam bersorak memuji setelah menyaksikan kuda kuda orang itu, disamping kagum diapun merasa terperanjat, ingin diketahui dengan cara apa manusia aneh itu akan membuatnya roboh terjungkal. Diiringi bentakan nyaring Lok Put—kun mulai melontarkan pukulannya, ditengah angin pukulan yang menderu deru dengan jurus Thay-san-ya-teng (bukit thay-san menindih kepala) dia bacok batok kepala orang itu. Jurus serangan ini meski kasar dan sederhana namun terkandung dasar utama dari ilmu pukulan, boleh dibilang Lok Put—kun sangat menguasahinya. Apalagi dengan perawakan tubuhnya yang tinggi besar, seperti nama jurus serangan itu, kekuatannya boleh dibilang bagaikan tindihan dari sebuah bukit Thay—san. Tak urung para jago bersorak memuji juga setelah melihat kehebatan pukulan itu. Manusia aneh itu masih berdiri dengan senyuman diwajah, dia tidak menghindar pun tidak berusaha berkelit. Diam diam Lok Put—kun kegirangan, pikirnya: “sekalipun kau ingin menggunakan tenaga dalammu untuk mentalkan aku, tak nanti tubuhku akan roboh terjungkal” Sambil memperkuat kuda kudanya sekali lagi dia menghujamkan kepalannya ke bawah. “Blaaaam!” sepasang pukulan maut dari Lok Put—kun segera bersarang telak diatas bahu manusia aneh itu. Ternyata orang itu tidak mementalkan tubuh lawannya dengan getaran tenaga dalam, tubuh Lok Put—kun masih tetap berdiri bagaikan sebuah pagoda baja, sebaliknya tubuh manusia aneh itupun terhajar bagaikan sebuah paku yang tertancap ke dalam tanah. Semua orang merasa terkejut bercampur girang, Lok Put—kun sendiripun agak termangu melihat hasil pukulannya itu. Belum sempat ingatan ke dua melintas lewat, mendadak terdengar manusia aneh itu berseru Sambil tertawa terbahak—bahak: “Sekarang, berbaringlah kau!” Secepat kilat ia menggetarkan sepasang tangannya mencengkeram ke depan, karena tubuh pendeknya sebagian menancap di tanah, maka arah serangan nya persis mengarah sepasang kaki Lok Put—kun yang tinggi besar. Waktu itu Lok Put—kun sedang memperkokoh sepasang kakinya dengan sepenuh tenaga, mimpi pun dia tak menyangka kalau lawannya akan menggunakan jurus serangan tersebut untuk mengancam kakinya. Dalam keadaan begini sulit baginya untuk menghindarkan diri, tahu tahu sepasang kakinya terasa sakit hingga merasuk tulang, diiringi jeritan kaget tahu tahu badannya sudah terlempar ke udara dan roboh terkapar diatas tanah. Kenyataan semacam ini sungguh diluar dugaan siapa pun, kawann jago yang hadir hanya bisa berdiri melongo dengan mata terbelalak, tak seorangpun mampu mengeluarkan suara jeritan. Diiringi suara tertawa nyaring manusia aneh itu melompat keluar dari dalam tanah, sebuah liang yang cukup dalam segera muncul diatas tanah. Menggunakan tubuh untuk menancap ke dalam tanah yang keras, kepandaian silat semacam ini boleh dibilang belum pernah terdengar dalam dunia persilatan, seandainya tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, siapa pun tak akan percaya dengan kenyataan tersebut. “Kenapa kau belum menyembah kepadaku?” terdengar manusia aneh itu menegur. Lok Put—kun membentak keras, ia berusaha merangkak bangun, siapa sangka bantingan tersebut ternyata kuat sekali, bantingan keras yang membuat sekujur tubuhnya linu dan sakit, baru merangkak setengah jalan, kembali tubuhnya roboh terjengkang. Pek Seng-bu menghela napas panjang, cepat dia membangunkan rekannya itu. Lok Put—kun memandang Hek Seng—thian dan Pek Seng-bu sekejap, kemudian memandang pula ke arah manusia aneh itu, tiba tiba Sambil mendekap dibahu Pek Seng-bu, ia mulai menangis tersed-sedu. Menyaksikan hal ini Suto Siau hanya bisa mendongkol bercampur geli. Manusia aneh itupun tertawa lebar, ujarnya kemudian: “Masih ada lagi yang pingin menjajal kemampuanku?” Semua orang hanya saling berpandangan, siapa pun tak berani menjawab. Manusia aneh itu segera mendongakkan kepalanya tertawa terbahak bahak, serunya lagi: “Jika kalian tidak keberatan, akupun tak akan berlaku sungkan lagi” Sambil berpaling serunya: “Murid muridku, cepat turunkan nona itu” Tampak kawanan nona itu saling mendorong diantara rekan sendiri dengan wajah cemberut, ternyata tak seorangpun yang bersedia turun tangan. Yin Ping yang melihat itu tertawa terkekeh, katanya: “Bila kalian ingin mengikutinya, mulai sekarang harus belajar tidak cemburuan, kalau tidak, tanggung kalian akan mampus duluan karena mendongkol” Kawanan nona itu tertawa geli, akhirnya Sambil dorong mendorong mereka berjalan mendekat. Manusia aneh itu berpaling ke arah Yin Ping kemudian serunya: “Jika Semua wanita didunia mirip kau, aku benar benar tak usah pusing dan bingung” Suto Siau sekalian hanya bisa pasrah dan membiarkan kawanan nona itu merangkak naik ke atas tangga, siapa pun sadar, kepandaian silat yang dimiliki mustahil bisa mencegah niat manusia aneh itu. “Tunggu sebentar!” mendadak terdengar bentakan keras berkumandang dari puncak tangga. Ketika semua orang mendongakkan kepalanya, tampak Sim Sin—pek entah sejak kapan telah berdiri dipuncak tangga. Rupanya perhatian Semua orang waktu itu sedang tertuju pada kehebatan kungfu manusia aneh itu sehingga tak ada yang memperhatikan gerak geriknya.