Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Rahasia Bukit Iblis - 4

$
0
0
Cerita Silat | Rahasia Bukit Iblis | terjmh Kauw Tan Seng | Rahasia Bukit Iblis | Cersil Sakti | Rahasia Bukit Iblis pdf

Pendekar Naga Putih - 82. Tujuh Satria Perkasa Tom Swift - Kekuatan Gaib Pendekar Pedang Siluman Darah - 28. Runtuhnya Samurai Iblis Dewa Linglung - 24. Jeratan Ilmu Iblis Agatha Christie - Mayat Dalam Perpustakaan

"Baiklah !” jawab Lie Tay Heng, yang lantas mengangkat lengannya, suara mendesir keluar dari telapak tangannya, dan menyerang pintu kamar dengan santarnya. Ilmu silat Lim Lam pun sudah ada dasarnya yang kuat, mendengar suara telapak tangan mendesir, maka tahulah ia, bahwa nama Kim Lian Cie Lie Tay Heng benar2 bukan nama yang kosong. Ia tahu bahwa dengan mendesirnya angin telapak tangan yang dapat didengar orang itu, berarti tenaga yang dikerahkan itu, paling sedikit mestinya ada berapa ratus kati beratnya, dan walaupun singa batu yang mengalami serangan itu, kiranyapun akan dirubuhkannya. Tetapi kali ini, pintu itu sedikitpun tidak bergeming setelah menerima pukulan itu. Lie Tay Heng mengeluarkan suara ke—heran2annya. Lie Kie berdua Lim Lam tidak dapat mengerti apa sebabnya, hanya mereka nampak Lie Tay Heng memasukkan tangannya ke dalam saku, belum juga melihat jelas gerakan tangannya, tahu2 sebuah biji teratai dari emas sudah melesat dan menyentuh pintu itu sehingga menerbitkan suara gemerincing, se—akan2 suara beradunya dua benda logam. Maka tahulah mereka apa sebab Lie Tay Heng jadi ter—heran2 kiranya tadi ia mengetahui serangan telapak tangan yang ia lakukan tadi, walaupun tak dapat membuka pesawat rahasia yang dipasang pada pintu itu, tetapi kalau pintu itu terbuat daripada kayu, mestinya pintu itu akan retak oleh tenaga serangan yang dahsyat itu. Tapi keadaan adalah sebaliknya, pintu itu tidak terusakkan, maka mengertilah ia tentunya ada apa2 yang mengherankan orang, dan begitulah ia mencoba dengan biji teratai emasnya, dan akhirnya dapat diketahui bahwa pintu itu terbuat daripada logam. Selama sesaat kemudian, Lie Tay Heng membalikkan tangannya pula, lagi tiga buah biji teratai emas melesat, dan memisah ditengah jalan, masing2 menyentuh pada tempat yang berlainan diatas tembok itu. Maka terdengar pula suara gemerincing tiga kali, kapur yang melekat pada tembok itu pada jatuh kebawah, dan nampaklah tembok yang hitam.warnanya, kiranya tembok itu pun terbuat daripada besi. Maka berserulah Lie Kie karenanya: "Untuk apa Tiat Pie Sian Ko, Si Bidadari Berlengan Besi itu mengurung dirinya sendiri di dalam sangkar besi ini ?" Meskipun Lim Lam adalah puteranya Tiat Pie Sian Ko Si Bidadari Berlengan Besi, tapi ketika nampak keadaan yang demikian itu, matanya membelalak, tak dapat ia ber—kata2 karena rasa herannya. Hal—ha1 yang mereka alami itu memang makin bertambah mengherankan orang ! Lewat beberapa saat, mendadak Lie Tay Heng berseru katanya: "Ha ! Ini tak dapat tidak harus dibikin terang !" Sambil berkata begitu, ia mendekati pintu dan mengamat-amatinya dengan teliti dan cermatnya. Sampai disini Lim Lam jadi merasa gegetun sudah telanjur bercampur rasa takut. Nampak bahwa Lie Tay Heng jalan mendekati pintu, maka terlepaslah serunya: "Lopek !" Lie Tay Heng menoleh kebelakang dan menanya: "Sie—heng, ada apa 0?" Jawab Lim Lam katanya: "Lopek, kini kita akan mengetahui apa yang tersembunyi di dalam.kamar, soa1—nya malah kecil sekali, yang menjadi soal pokok ialah, bagaimana tanggung jawabnya, bilamana ibu pulang ?" Lie Tay Heng berdehem be-runtun2, kemudian berkata : "Hal ini mudah saja, membohong kepadanya pun dapat . . . . . . . . . . .. Nah, ada ide !" "Ide apakah ?" tanya Lim Lam Lie Tay Heng berkata: "Pat Pie Lo Han Teng Khong Jin yang bergelar Lohan yang berlengan delapan, tiada banyak muridnya. Lagi pula setelah ia berusia setengah tua, tak terkecuali yang baik maupun yang buruk, kesemuanya diusir dari rumah perguruannya. Pat Pie Lo—han bukan saja paham akan membuat senjata rahasia, pun pula sangat luas pengetahuannya tentang pesawat2 rahasia. Diantara murid2nya, yang dapat melebihi paham dari gurunya itu hanya seorang . . . . . . . . . . .." Mendengar akan penuturan ayahnya itu, Lie Kie segera menyeletuk katanya: "Ayah, bukankah orang itu Hwat Louw Pan Lo Gek namanya ?Il Lim Lam pun mengeluarkan seruan "Oh !", kiranya iapun pernah mendengar akan nama orang ini. Lie Tay Heng menyawabz, "Benar !" Lim.Lam meneruskan katanya: "Meskipun demikian, apakah gunanya akan dia ?" Lie Tay Heng berkata: "Jika ia berada disini bukan saja memudahkan kita dapat memasuki kamar ini, dan juga dengan mudah kita dapat meninggalkan kamar dengan tiada meninggalkan bekas apa2 !" Mendengar akan hal itu, Lim Lam jadi riang sekali, katanya: "Dimanakah Si Louw Pan Hidup itu sekarang berada ?" Lie Tay Heng berkata: "Menurut cerita orang, ia berdiam di kota Siang Yang. Kota itu jaraknya dari sini tidak terlampau jauh, tak usah dua hari perjalanan sudah dapat tiba kembali di sini. Esok pagi2 aku segera berangkat kesana, malam ini cukup begini saja." Lim.Lam mengantarkan mereka berdua, kemudian iapun kembali kekamarnya untuk beristirahat. Tapi bagaimana pun ia tak dapat memejamkan matanya, ia berbolak—balik, balik sana balik kesini, tapi senantiasa tidak dapat tidur. Begitulah dengan susah payah ia dapat menantikan sampai fajar menyingsing, dengan sembarang ia makan sedikit barang makanan, ia pun lantas meninggalkan rumahnya. Lewat hutan bambu itu tidak jauh sudah tiba di jalan besar. Ujung jalan besar itu terletak rumah tinggal Kim.Lian Cie Lie Tay Heng berdua puterinya. Pagi hari di jalan tiada orang satupun, di tambah pula Lim Lam yang sangat ter-buru2, maka digunakannya ilmu mengentengkan tubuh untuk berjalan cepat, Yang Cu Sam Tiauw Sui atau burung walet tiga kali menyambar air, tiga kali naik dan turun maka tibalah sudah ia di ambang pintu keluarga Lie Tay Heng, sambil berseru katanya: "Apa Lopek ada dirumah ?" Terdengarlah suara lagu yang empuk menyahutinya: "Hari sebelum fajar ayah sudah berangkat, masuklah kau ke dalam !" "Mengapa kau tak juga membuka pintu ? Apakah kau menghendaki aku menjadi tamu yang melangkahi pagar ?" kata Si Lim Lam. Dengan dikeluarkannya kata2: "melangkahi pagar" ini, mendadak ia jadi merasa jengah sendiri. Maka terdengarlah suara orang membuka pintu, pada wayahnya walaupun rupanya orang mengambek, tapi sebaliknya tak dapat ia ber—kata2. Segera suara tawa tertahan keluar dari mulut si manis itu, di sambung dengan katanya: "Angsa tolol, masih juga kau tak mau masuk ke dalam.?" Makin merah wajah Lim Lam nampaknya, terpaksa sambil tersenyum bercampur jengah ia berkata: "Entah mengapa semalam suntuk aku tak dapat tidur", sambil berkata begitu ia masuk kedalam. Lie Kie pun berkata: "Siapapun tak dapat tidur, aku bersama ayah semalam suntuk me-nebak2, dan menerka, tak dapat juga kami mengetahui apa kiranya yang berada di dalam kamar itu. Eh, mengapa selama beberapa tahun kau tinggal dalam rumah itu, kau tidak ketahui juga bahwa kamar ibumu itu terbuat dari besi ?" Lim.Lam menjawab: "Kamar bagian luar dikapuri dengan kapur putih, akupun belum pernah memasuki kamar itu, bagaimana aku dapat mengetahuinya ?" Lie Kie tersenyum seraya katanya: "Nampaknya sangat logis katazmu ini !" Senyumnya itu sangat menarik sehingga tergeraklah hati Lim Lam, dan berkatalah ia: "Adik Lie, kelak kau paham mempelajari ilmu silat Cit So Kiam Hoat (ilmu pedang tujuh tambang) dan aku paham mempelajari senjata biji teratai emas, kita berdua bersama menjelajah dunia Kang—ouw." Wajah muka Lie Kie berubah ke merah2an dan berkatalah ia: "Masih kau membicarakan urusan hal kemudian hari, be1um.tahu lagi, kalau kakakmu yang ketiga tahun ini tidak kembali, lain tahun kau harus mengantar ibumu pergi, dikuatirkan kau juga seperti perkedel daging di sambitkan kemulut anjing, ada pergi tiada kembali." Lim Lam berkata: "Jangan melantur ! Belajar dengan sembunyi2 senantiasa tidak enak rasanya, mulai hari ini, pagi hari ku ajarkan kau ilmu pedang, sore hari kau ajarkan aku Kim Lian Cie, kau setuju atau tidak ?" "Baiklah !" jawabnya Lie Kie. Rupanya mereka semenjak berkenalan sudah saling mengajarkah ilmu kepandaian leluhurnya satu kepada lainnya. Demikianlah dua hari telah lampau. Keesokan sore hari—nya tengah mereka berlatih ilmu silat, terdengarlah oleh mereka suara derap kaki kuda mendatangi. Dibukanya pintu, maka tertampaklah Lie Tay Heng bersama seorang yang berusia kira2 lima puluh tahun sudah turun dari tunggangannya. Lim.Lam merasa bahwa roman orang itu tidak asing baginya. Dan orang itu tersenyum terhadap—nya seraya berkata: "Apakah kau Si anak keempat ? Ah sudah begini besar!" Lie Tay Heng berkata: "Lo Heng masuklah beristirahat sebentar, nanti baru kita bercakap2 lagi. Sie—heng, keadaan justru kebetulan sekali, rumah ibumu itu justru Lo Heng yang membangunnya !" Demi kata2 ini Lim Lam baru teringat bahwa setelah rumah itu selesai di bangun barulah ia dengan ibu dan kakakznya pindah tinggal disitu. Ia teringat pernah melihat orang itu berada di rumah nenek luarnya. Maka ia bersama Lie Kie lalu memberi hormat terhadapnya selaku orang tingkatan muda. Si Louw Pan Hidup itu berkata: "Hal hilangnya Lim Heng, aku pun tidak mengetahui seluk—be1uknya. Sewaktu Suci meminta aku membangun rumah itu, karena aku tahu tabiatnya, maka bagaimanapun aku tak berani menanyanya. Menurut penuturannya Lie Heng, setelah paku tiga persegi sudah meleset maka pintu itu menutup sendiri, inilah memang sudah semestinya begitu. Jika hendak dibuka kembali pun tidak sukar, hanya setelah itu aku harap kelak jangan mengatakan bahwa ini perbuatanku !" Lie Tay Heng berkata: "Mengenai ini Lo Heng boleh tetapkan hatimu." Lo Gek berkata: "Malam panjang banyak bermimpi, maka sebaiknya sekarang saja kita pergi kesana !" Begitulah mereka berempat ber—sama2 meninggalkan rumah keluarga Lie menuju kerumah Lim Lam. Lo Gek berjalan didepan, dibukanya pintu pagar, tiga orang lainnya mengikutinya dari belakang, dan terus menuju sampai di sekitar pintu besi itu. Lo Gek mengambil beberapa pahat dari kantong kulit yang terikat di pinggangnya, ia mem—buka2 dari celah2 pintu untuk herannya berkata: "Eh, mengapa tidak juga terbuka ?" Ketiga orang lainnya jadi bergelisah semuanya. "Kiranya Suci tidak sepenuhnya mempercayai aku, ia menambahkan sendiri suatu pesawat rahasia." Menerangkan Lo Gek sambil berkata begitu, ia mengutik—ngutik keatas dan kebawah untuk beberapa saat lamanya. Hari makin menggelap, dipasangnya obor oleh Lim Lam untuk meneranginya. Kira2 lagi lewat setengah jam, air peluh memenuhi kepala Lo Gek, tengah hendak meletakkan pahatnya, tiba2 terdengar suara " Krek " dan pintu besi itu perlahan2 terbuka sendirinya. Lo Gek buru2 berkelit kesamping seraa berkata: "Hati-hatil ah !" Lie Tay Heng bertiga mengerti apa maksudnya, maka segera merekapun berkelit masing2 kesamping. Pintu telah terbuka lebar, tetapi tidak ada senjata rahasia menyambar, Lim Lam tak sabar menanti, dengan terang—nya obor ia menengok kedalam. Akan tetapi segera juga ia menjadi kaget dan seluruh badannya lemas, mulutnya ternganga, lidahnya membeku, sepatah katapun tak dapat ia mengatakannya. Lie Tay Heng bertiga lainnya ikut menengok kedalam, juga semuanya terkesima. Lo Gek paling waspada, dengan tidak membalikkan tubuhnya ia menotolkan kakinya melompat mundur hingga sepuluh kaki lebih, setelah mana ia memutar badannya segera lari tunggang langgang, Lie Kie menyandar kepada ayahnya, kedua mata—nya membelalak lebar2, mengawasi Lim Lam yang lengan-nya gemetaran, sinar obor di tangannya pun ber—goyang2. Mengingat akan ilmu kepandaian Hwat Louw Pan Lo Gek yang tidak dapat di bilang biasa saja, telah terlintang—pukang lari bukanmain kagetnya, apa lagi Lim Lam dan Lie Kie, ter—lebih2 lagi ketakutannya. Diantara beberapa orang ini, masih terhitung Kim.Lian Cie Lie Tay Heng yang pengalaman serta nyalinya jauh lebih besar, maka setelah kaget untuk sesaat, karena ia kuatir akan terjadi sesuatu atas diri Lie Kie dan Lim Lam, maka kedua lengannya memanjang, di jambaknya belakang baju kedua pemuda pemudi itu, berbareng dengan itu ia melompat ke belakang kira2 tiga kaki jauhnya dan berlindung di sudut tembok. Baru sesudah itu ia dapat berkata: "Tiat Pie Sian K0 Si Bidadari Berlengan Besi, aku si orang tua bangka tidak mengetahui bahwa kau berada didalam.rumah, aku telah berlaku sembrono. Kuharap kau suka memaafkan akan kesalahanku ini !"

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles