Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tombak Kecantikan - 1

$
0
0
Cerita Silat | Tombak Kecantikan | oleh Can ID | Tombak Kecantikan | Cersil Sakti | Tombak Kecantikan pdf

Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan

Tombak Kecantikan Jilid: 1 Oleh: Tjan ID I. Batu dari Ong Siau-sik. Kisah cerita ini mengajarkan kepada kita, untuk memahami manusia seperti apa musuh kita, harus dilihat manusia seperti apa yang menjadi musuhnya. Manusia jenis seperti apakah dia, akan mempunyai musuh seperti apa pula. Mendapatkan seorang sahabat memang sukar, tapi bila dia adalah sahabatmu, maka kau akan menjadi sahabat dia pula. Lagipula macam sahabat pun banyak jenis, ada sahabat dari kaum berandal, sahabat bermoral bejad dan lain sebagainya. Sebaliknya musuh adalah orang yang memiliki bobot yang cukup untuk bermusuhan denganmu, bahkan dia bisa membuat kau lebih maju, lebih berjuang untuk mencapai tingkatan tinggi. Bila musuhmu lemah, artinya kau sendiripun lemah, meman-dang rendah musuh, sama artinya memandang rendah diri sendiri. Oleh sebab itu yang paling cocok sebagai seorang musuh ada-lah orang yang tangguh dan berkedudukan mulia. Musuh dari seorang jago tangguh, biasanya pastilah seorang jago yang tangguh pula. “Membunuh musuh” artinya menghabisi nyawa lawan atau menghajar musuhmu sehingga tak sanggup bangkit berdiri lagi, bila musuhmu tetap hidup, tetap eksis atau masih mempunyai peluang untuk bangkit dan hidup kembali, jangan sekali kali kau berpendapat bahwa kemenangan yang berhasil kau raih saat ini merupakan keme-nangan yang abadi, kemenangan yang tak mungkin terkalahkan. Bagian ke 1. Sianseng. Bab 1. Tujuh perubahan perintah Kerajaan. Coa Keng telah turunkan perintah: menitahkan Ong Siau-sik membunuh Cukat sianseng secara diam-diam. Alasannya: Selama Cukat sianseng belum mati, keamanan negara tak pernah tenang. Maksud lain dari perintah itu: bila dia tidak mati, kaulah yang harus mati. Bila Ong Siau-sik tak mampu menghabisi nyawa Cukat sianseng, Coa Keng akan menggunakan kekuasaan membunuhnya untuk menghabisi perkumpulan Kimrhong-see-yu-lou, mencabut hingga seakar-akarnya. Ong Siau-sik pernah berhutang budi yang besar dari So Bong-seng, loucu perkumpulan Kim-hong-see-yu-lou, bahkan dia masih terhitung saudara angkat ketua maupun wakil ketua perkumpulan. Perkumpulan Kimrhong-see-yu-lou sudah merupakan tempat persinggahan pertama sejenak kehadirannya di kotaraja. Kelihatannya, demi kerajaan, demi rakyat, atas dasar perasaan dan kesetiakawanan, mau tak mau dia harus membunuh Cukat sianseng. Kini, Ong Siau-sik sudah tidak mempunyai pilihan lain. Mau atau tidak, terpaksa atau tidak, dia harus menghabisi nyawa Cukat sianseng. “Dalam tiga hari, kau harus berhasil membunuh Cukat sianseng, kalau gagal, penggal kepala sendiri dan datang mengha-dapku.” Kini dua hari telah lewat. Tinggal satu hari lagi. Nasi yang harus dimakan telah matang ditanak. Bila ingin memperoleh pengetahuan, bacalah banyak buku. Bila ingin membunuh Cukat sianseng, pertama-tama harus mendekati sang korban. Tapi bagaimana cara mendekati Cukat sianseng? Rasanya masalah ini tidak terhitung sulit. Coa Keng maupun Po Tiong-su sengaja memilih Ong Siau-sik sebagai algojo yang melakukan pembunuhan terhadap Cukat sian-seng, hal ini selain karena ilmu silat yang dimiliki pemuda itu amat tinggi, sepak terjangnya tidak terlalu diperhatikan orang, diapun tak punya hubungan maupun sangkut paut dengan urusan pemerin-tahan kerajaan. Disamping alasan tersebut, alasan yang paling penting ada dua, yakni: Kesatu, dia cerdas dan cekatan, hobi serta keahliannya dalam ilmu kaligrafi, melukis, seni serta ilmu pengobatan, kebetulan sangat serasi dengan kegemaran Cukat sianseng. Kedua, dia adalah murid Thian-ih Kisu, sementara Thian-ih Kisu adalah suheng kedua Cukat sianseng, atas dasar hubungan ter-sebut, bila Ong Siau-sik yang terpilih untuk melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Cukat sianseng, maka boleh dibilang dialah pilihan yang paling serasi. Sebab dia mempunyai seratus macam alasan untuk mendekati Cukat sianseng, bahkan seratus persen pasti berhasil mendekati sasarannya. Yang menjadi pertanyaan sekarang tinggal: mampukah dia menghabisi nyawa Cukat sianseng? Ong Siau-sik tak sanggup menjawab pertanyaan ini. Paling tidak hingga sekarang, detik ini, dia masih belum tahu. Ada banyak pertanyaan yang kini belum dapat terjawab, namun asal sudah lewat suatu jangka waktu, secara otomatis jawaban akan muncul dengan sendirinya, tak disangkal, waktu dapat menye- lesaikan banyak masalah. Oleh sebab itu Ong Siau-sik pun menunggu. Menunggu waktu yang membantunya menjawab pertanyaan tersebut. Ia sedang menunggu perintah. Menunggu perintah untuk membunuh Cukat sianseng. Mengapa perintah belum juga tiba? Aaah, akhirnya tiba juga. Perintah itu disampaikan oleh orang kepercayaan Liong Pat-thayya. Bisa menjadi kepercayaan Liong Pat thayya, bisa menjadi pejabat yang melaksanakan tugas penguasa tersebut, sudah jelas dia merupakan seorang manusia luar biasa, namun dalam operasi kali ini, mereka tak lebih hanya mendapat tugas sebagai kurir, orang yang menyampaikan berita. Perintah tiba ditengah malam itu. “Pagi ini, sekitar pukul Mao (jam 5- 7) Cukat sianseng akan tiba di gedung Sin-ho-hu untuk bermain catur dengan Jit-jing thaysu, inilah peluang terbaik untuk menjajal kemampuannya!" Ong Siau-sik menerima perintah dan siap melaksanakan. Baru saja merapikan pakaian dan benahi pedang, belum sempat beranjak pergi, tiba tiba datang lagi perintah: “Ada perubahan, Cukat sianseng pindah ke istana Cing-gou-kiong, tengah malam nanti baru bergerak ke istana Cing-gou-kiong untuk melaksanakan tugas." Ong Siau-sik menanggapi perintah tersebut dengan menguap lalu tidur pulas, dia harus menyimpan tenaga dan semangat agar usaha pembunuhan yang akan dilakukan tengah malam nanti berhasil sukses. Sayang belum sempat ia pejamkan mata, perintah berikut telah tiba: tugas membunuh Cukat sementara dibatalkan karena sasaran telah meningkatkan kewaspadaan." Setelah menerima perintah itu, Ong Siau-sik malah tidak jadi tidur, dia menunggu. Betul saja, seputar awal pukul satu dini hari, kembali datang perintah baru: “Untuk menyelidiki sebuah kasus serius, seputar jam satu siang nanti, dia akan muncul di loteng Samrhap-lo untuk mengadakan pertemuan dengan anak muridnya, Leng-hiat serta Tui-mia.” Menyusul kemudian lagi lagi berita berubah: “Sebelum mendatangi loteng Sam-hap-lo untuk melakukan pertemuan, Cukat akan melewati lorong Wa-cu-keng, inilah tempat terbaik dan paling strategis untuk melakukan pembunuhan." Ong Siau-sik mulai menggerakkan sepasang kakinya, mele-maskan ke sepuluh jari tangannya, waktu itu memang memasuki mu-sim dingin yang membekukan. Bagi orang lain yang melihat, paling banter mereka sangka ia sedang kedinginan, bukan karena ketegangan yang memuncak. Benarkah ia mulai tegang? Mulai panik? Ternyata perintah yang datang makin lama semakin gencar dan menegangkan, sudah jelas suasana pun ikut jadi tegang. “Cukat sianseng kena serangan demam, Tabib Siu yang ber-tugas memberi pengobatan. Bunuh tabib Siu lebih dahulu, kemudian menyamar sebagai tabib dan lakukan pembunuhan pada pukul Shin (jam 15-17) .... u" Setelah menerima perintah rahasia ini, tanpa terasa Ong Siau-sik bergumam: “Sungguh sebuah kejadian yang sangat kebetulan!” Menyusul kemudian datang lagi sebuah perintah rahasia: Dalam.sampul surat tertera berapa huruf besar: Perintah rahasia terakhir. “Po siangya mengundang Cukat sianseng bersantap malam, pada awal pukul enam sore akan berkupul di Loteng Khong-ciok-lo. Siangya akan menghancurkan cawan sebagai tanda, laksanakan pembunuhan dengan segera.” Setelah itu, tak ada lagi perintah yang lain. Demi menyampaikan berita terbaru, delapan panglima terbang Liong-shia-oat-hui-ciang dibawah naungan Liong pat thayya telah menggerakkan tujuh orang diantaranya. Ketika secara diam diam Ong Siau-sik melakukan perhitungan, semenjak pukul satu dini hari hingga pukul tiga dini hari, hanya dalam waktu dua jam, dia telah menerima tujuh buah perintah ra-hasia, tempat, waktu, cara untuk melakukan pembunuhan pun sudah tujuh kali dirubah. Bagaimana pun dirubah, ada satu hal yang tak pernah berubah, sasaran! Orang itu tetap harus dibunuh. Apapun perubahan yang dilakukan, Cukat sianseng tetap ha-rus mati. Persoalannya sekarang tinggal: mampukah Ong Siau-sik menghabisi nyawa orang itu? (Mampu atau tak mampu melaksanakan tugas itu, pembu-nuhan tetap harus dilakukan.) Kesatu, bila ia gagal membunuh Cukat sianseng, Coa Keng dan perdana menteri Po Tiong-siu akan membrangus perkumpulan Kimrhong-see-yu-lou, akan memojokkan para jago gagah yang hidup da-lam kotaraja hingga tak punya lagi tempat berpijak, akan memaksa Pui Heng-sau, Tong Po-gou, Thio Tan dan Un Ji sekalian terjerumus ke dalam kerangkeng baja, bahkan mereka pun belum tentu akan me-maafkan dirinya. Maka berbicara dari sudut perasaan serta ikatan batin, dia harus menghabisi nyawa Cukat Sianseng.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>