Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tombak Kecantikan - 3

$
0
0
Cerita Silat | Tombak Kecantikan | oleh Can ID | Tombak Kecantikan | Cersil Sakti | Tombak Kecantikan pdf

Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan

Cahaya golok berkilauan membelah angkasa, bagaikan bintang kejora melintas dan melesat ditengah udara. Tujuh buah kutungan golok, mengancam tujuh arah yang berbeda. Terdengar orang mendengus kesakitan, ada orang melolong kesakitan, ada pula yang roboh terkapar ditengah genangan darah. Kini, dari tiga jago tinggal satu orang ditambah tokoh sakti yang melindungi Cukat Sianseng, dengan satu didepan yang lain di belakang, mereka gencet Ong Siau-sik habis habisan. Menggunakan kesempatan itu Cukat Sianseng melompat ke depan jendela, siap kabur ke jalan raya, bila ia sampai lolos maka bila ingin membunuhnya lagi, jelas akan lebih sulit daripada memanjat ke langit. Tiba tiba Ong Siau-sik menggulung sepasang ujung bajunya, dia gulung kedua musuh tangguh yang menggencetnya hingga ter-pental kearah tubuh Cukat Sianseng. Dalam keadaan begini, andaikata Cukat Sianseng tetap melanjutkan niatnya untuk melompat turun, niscaya badannya akan tertumbuk oleh tubuh kedua orang jagoan tadi. Ditinjau dari begitu kuatnya tenaga lontaran, paling tidak Cukat Sianseng bakal terluka parah atau bahkan tewas. Tak malu Cukat Sianseng disebut jagoan tangguh, mendadak tubuhnya bagaikan seekor ikan leihi melejit ketepi jendela, pung-gungnya segera menempel dinding bangunan. Tidak sempat lagi menjerit tertahan, dua orang jago tangguh itu sudah terlempar keluar dari jendela, terjatuh ke tengah jalan raya. Kembali Ong Siau-sik melompat maju, dengan sekali terjangan ia sudah tiba dihadapan Cukat Sianseng. Yang dipikirkan sekarang adalah secepatnya menghabisi nya-wa Cukat Sianseng. Pada saat itulah, dadanya lagi-lagi termakan sebuah gempuran dahsyat. Gempuran dasyat itu dibarengi suara dengusan tertahan, sam-baran golok yang menyapu keluar ibarat pengharapan yang tiada tara, langsung membacok kearah Cukat Sianseng, meninggalkan guratan cahaya yang mendalam, menampilkan impian yang remang serta tetesan air mata yang pilu. Tiba tiba Cukat Sianseng berpekik nyaring. Dengan satu gerakan cepat dia angkat tangan dan kak inya bersamaan, entah kenapa, tahu tahu bacokan golok yang dilancarkan Ong Siau-sik seolah tertahan oleh sebuah kekuatan dahsyat yang tak berwujud, memaksa gerak bacokannya bergeser dan beralih ke posisi lain. Kendatipun bacokan tersebut mengenai sasaran kosong, namun gerak serangannya tetap menghajar ditubuh lawan. Cukat Sianseng membentak nyaring, dinding ruangan dibe-lakang tubuhnya tiba tiba roboh, dengan satu gerakan cepat dia mun-dur ke kamar nomor tiga. Pada sat itulah, dua orang jago yang dilempar keluar jendela oleh Ong Siau-sik tadi, terbanting mencium tanah. Diiringi suara gaduh di jalan raya, Ong Siau-sik sudah meng-ejar ke dalam kamar nomor tiga. Dari dalam kamar nomor tiga hanya terdengar suara mangkuk cawan yang terbanting hancur diatas lantai, kemudian terdengar ada orang berteriak kaget, ada suara orang terbanting jatuh. Ong Siau-sik tidak melihat apa apa, dia tidak menjumpai kehadiran orang lain disitu. Dia tidak melihat cawan, tidak melihat mangkuk, tidak melihat arak, tidak melihat meja, bangku, bahkan dinding ruangan pun tidak terlihat, hanya satu yang dilihatnya, seorang manusia. Cukat Sianseng! Dia harus membunuhnya. Apapun yang terjadi, dia harus membunuhnya. Pedang segera dicabut keluar. Ketika pedang dicabut keluar dari sarung, dari arah depan, dari belakang, samping kiri maupun kanan, paling tidak bermunculan tujuh orang yang secara serentak melancarkan serangan mematikan kearahnya. Tapi ketika pedangnya telah tercabut keluar, ke tujuh orang itu telah roboh terkapar dilantai, yang tersisa tinggal cahaya pedang. Cahaya pedang yang membawa tiga bagian kecantikan, tiga bagian keseriusan, tiga bagian kepedihan dan satu bagian kekuatan yang tak terbendung. Taraf serangan pedang yang dicapainya tak bisa dilukiskan de-ngan kata kata, tidak dengan lukisan maupun tulisan, bukan saja tidak cepat, tidak aneh, tidak punya kekuatan pamungkas, terlebih bukan hanya keindahan. Tapi tusukan itu memiliki kekuatan yang tak terbendung di-langit, tak tertahan dibumi, satu tusukan maut yang langsung diarah-kan ke tubuh Cukat Sianseng. Tusukan pedang itu benar benar disertai dengan kekuatan dan pengaruh yang luar biasa. (Seandainya didepan sana adalah matahari, dia akan menusuk ke arah matahari itu, jika dihadapannya adalah kematian, dia akan menusuk ke arah kematian; bila orang yang berdiri didepannya adalah diri sendiri, diapun akan menusuk kearah diri sendiri.) Cukat Sianseng hanya melakukan satu hal. Tiba tiba saja dia membelah diri. Seorang manusia yang utuh, mustahil bisa secara tiba-tiba membelah diri. Tapi kepala serta ke empat anggota badannya mendadak mem-belah diri, seakan terbelah jadi empat dan retak jadi lima bagian. Setelah membelah diri, sesaat kemudian segera menyatu kembali, kepala dan anggota badannya kembali menyatu. Tapi justru dengan terjadinya pembelahan diri tadi, Cukat Sianseng berhasil mematahkan serangan maut yang dilancarkan Ong Siau-sik. Ong Siau-sik pernah menyaksikan jurus aneh semacam ini. Kepandaian sakti semacam itu pernah digunakan “Ho-hui-yu-ki” (berjumpa lagi lain kesempatan), ketika terjadi pertarungan sengit dalam markas besar perkumpulan Lak-hun-poan-tong. Waktu itu, dia dapat melepaskan ke empat anggota badannya untuk menyerang musuh dari empat sudut yang berlainan, anggota badannya waktu itu seolah putus, seolah pula memanjang, bahkan sudut sasaran yang diincar pun luar biasa. Sama sekali tak disangka, saat ini, Cukat Sianseng telah meng-gunakan jurus serangan yang sama. Darah segar mulai meleleh keluar membasahi sudut bibir Ong Siau-sik. Setelah menderita luka parah sejak tadi, baru sekarang darah segar mengalir keluar lewat ujung bibir. Begitu berhasil mematahkan ancaman lawan dengan jurus anehnya, Cukat Sianseng enggan bertarung lebih lama, ia segera mengundurkan diri. Kini, meja perjamuan dibelakang tubuhnya sudah roboh ke tanah, sayur arak pun berserakan ke mana-mana. Dalam pada itu, paling tidak ada sebelas orang jago, termasuk kedua malaikat penjaga pintu yang bersiaga diluar rumah makan, telah menyerbu masuk dan menyerang Ong Siau-sik, namun pemuda itu sama sekali bergeming. Sejak menyerbu masuk ke dalam ruang perjamuan, dia belum pernah mundur barang setengah langkah pun, golok dan pedangnya digunakan bersama. Bagaikan seekor bangau putih, Cukat Sianseng melesat ke tengah udara, bagaikan pula sebutir peluru yang dilepas dari katapel berpegas tinggi, ia melejit, ringan bagai seekor capung untuk melentik, lalu kabur dari arena pertarungan. Bersamaan waktu, cambuk emas dan cambuk ular sanca dari kedua malaikat penjaga pintu telah menyerang tiba, langsung menghajar ke tubuh lawan. Ong Siau-sik tidak menghindar, ia biarkan cambuk lemas itu menggulung wajahnya. Seketika satu guratan luka berdarah muncul diatas pipinya. Sementara cambuk emas menghajar bahunya. Ong Siau-sik muntahkan darah segar. Namun ke tiga butir batu yang berada dalam genggamannya telah disambit kearah lutut kiri, lutut kanan serta jidat Cukat Sianseng. Begitu lututnya termakan sambitan, kaki Cukat Sianseng jadi lemas, tubuhnya seketika jatuh terjerembab. Memanfaatkan kesempatan itu Ong Siau-sik mengayunkan pedang dan goloknya, serangan bertubi yang tajam dan akurat segera akan menebas kutung batok kepala Cukat Sianseng. Disaat yang kritis itulah tiba tiba terdengar seseorang memben-tak dengan suara nyaring bagaikan geledek: “Tahanm..!" Bunga api memancar ke empat penjuru, terlihat orang itu melancarkan sebuah sapuan Cian-be-to (golok pembunuh kuda) untuk menangkis bacokan dari golok dan pedangnya. Ketika berpaling, Ong Siau-sik melihat orang itu berbadan kekar, berwajah wibawa dan bermata tajam, dia tak lain adalah perdana menteri saat ini, Po Tiong-siu!

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>