Cerita Silat | Pendekar Bunga Cinta | by BBT | Pendekar Bunga Cinta | Cersil Sakti | Pendekar Bunga Cinta pdf
Love Latte - Phoebe Beauty Honey - Phoebe Blind Date - aliaZalea Miss Pesimis - Alia Zalea Cewek - Esti Kinasih
SETELAH tiba di kota Oei—kee tin, Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing merasa heran karena dia tidak langsung diajak menghadap kepada Kim.Lun Hoat—ong, sebaliknya ditempatkan dirumahnya Sie Pek Hong, akan tetapi sebelu dia sempat menanya, maka dikatakan oleh ciangkun yang banyak akalnya itu, bahwa selama berada da1am.keadaan berduka cita, sebaiknya liehiap Liu Giok Ing istirahat dulu dirumah ciangkun itu, untuk kemudian baru diajak menghadap sang pangeran. Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing menurut, terlebih setelah diketahui bahwa Thio Hek juga ikut dipindah tugasnya kerumah ciangkun Sie Pek Hong, ditempatkan dibagian dapur sebagai tukang cuci—piring dan belah-kayu; sehingga tidak banyak kesempatan buat liehiap Liu Giok Ing bertemu dan mengajak Thio Hek bicara. Da1am.suasana berduka—cita dan menyimpan dendam, terlalu banyak liehiap Liu Giok Ing harus berpikir, dan berusaha menyabarkan diri buat melakukan balas—dendam terhadap perbuatan pangeran Gin ong. Terlalu banyak air-mata yang dia keluarkan, kalau dia teringat dengan kasih sayang suaminya. 'Suami yang ma1ang', ini yang seringkali Liu Giok Ing ucapkan seorang diri didalam hati; selagi suaminya masih mendampingi. Tetapi setelah sekarang suaminya tewas, dia benar—benar merasakan kehilangan. Kehilangan orang yang menyintai dia dan kehilangan tempat dia bersandar, sehingga dia merasa sebatang kara. Memiliki seorang adik yang dia tidak ketahui jejaknya, Sedangkan lelaki yang pernah mencuri hatinya, sudah melupakan dia. Terasa terlalu sunyi, terlalu sepi, selagi dia merenungi nasibnya seorang diri. Cuma ciangkun Sie Pek Hong yang kadang- kadang menemani dia; mengajak dia bicara dengan menghibur, melimpahkan kata-kata manis mengandung harapan. Bukankah ciangkun Sie Pek Hong sudah menikah? Mengapa istrinya tidak diperkenalkan dan tidak ditemukan kepada dia? Sekilas terpikir oleh liehiap Liu Giok Ing tentang perwira yang baik hati itu, akan tetapi saat itu dia lebih cenderung memikirkan nasibnya sendiri, sehingga dia merasa tidak perlu memikirkan keadaan keluarga ciangkun Sie Pek Hong. Pagi hari itu, ciangkun Sie Pek Hong mengajak liehiap Liu Giok Ing menghadap kepada pangeran Kim Lun, ada yang ingin dibicarakan oleh pangeran itu, kata ciangkun Sie Pek Hong kepada liehiap Liu Giok Ing. Dan liehiap Liu Giok Ing merasa cukup kaget, ketika menemui sang pangeran dikelilingi oleh segenap perwira dan para pembantunya, ketika Kim Lun Hoat ong menerima kedatangan liehiap Liu Giok Ing. Kim.Lun Hoat ong menyadari tidak ada kemungkinan buat dia mengharapkan kedudukan menjadi raja, sebagai pengganti ayahnya yang sudah tua. Terlalu banyak saudara—saudaranya yang lebih pandai dan lebih banyak kesempatan menjadi ahliwaris; tetapi dia bertekad ingin menjadi raja, sehingga diam—diam.dia merencanakan perbuatan makar, ingin merebut pemerintahan dengan cara kekerasan. oleh karena itu Kim Lun Hoat ong merasa perlu menyusun kekuatan dan menyebar pengaruh, dan untuk maksud ini dia sengaja mengundang banyak orang dari kalangan rimba persilatan, khususnya dari golongan hitam yang mau mengabdi karena mengharapkan bayaran dan kedudukan; disamping Kim Lun Hoat—ong menyebar pengaruh dan menempatkan orang—orang kepercayaannya di kota-raja buat mempengaruhi sri baginda maharaja dan memperlemah kedudukan pertahanan serta mengacaukan keadaan keamanan, antara lain dengan Cara membunuhi pejabat pemerintahan yang dianggap setia terhadap sri baginda maharaja, menjadi perintah yang menentang gerakannya. Da1am.usaha menyebar pengaruh, Kim Lun Hoat—ong bahkan menghubungi pihak pemerintah kerajaan Tartar, atau negara Watzu yang berkedudukan disebelah barat daya negeri cina, bahkan juga mendekati pihak pemerintah kerajaan Jepang dibagian tenggara. Mengenai Liu Giok Ing, memang sejak lama Kim.Lun Hoat—ong sudah mendengar tentang kegagahannya dan kecantikannya, akan tetapi Kim.Lun Hoat—ong menjadi kecewa ketika kemudian diketahuinya Liu Giok Ing menikah dengan Giok Lun Hoat-ong yang merupakan salah seorang yang menentang niat Kim Lun Hoat—ong yang hendak merebut kekuasaan negara. Kemudian dengan siasat ciangkun Sie Pek Hong, maka dilakukan berbagai perbuatan pembunuhan dikota raja yang bahkan di dalam istana kerajaan, kemudian dengan menyebar fitnah sebagai perbuatan lie hiap Liu Giok Ing, sehingga menghasilkan tewasnya pangeran Giok Lun tanpa liehiap Liu Giok Ing mengetahui bahwa dalang perbuatan itu justeru adalah Kim Lun Hoat ong. Dipihak liehiap Liu Giok Ing, dia merasa terkejut ketika melihat sekian banyaknya perwira yang menemani Kim Lun Hoat ong, di saat dia menghadap buat memenuhi undangan pangeran itu. Sekilas terpikir oleh liehiap Liu Giok Ing bahwa pangeran Kim Lun merasa khawatir ka1au—kalau dia akan mengacau akan tetapi waktu itu liehiap Liu Giok Ing lebih terpengaruh sebab melihat diantara sekian banyaknya perwira yang mengabdi kepada Kim.Lun Hoat ong, kebanyakan merupakan orang-orang yang sudah dia kenal sebagai orang-orang dari kalangan rimba persilatan golongan hitam, seperti Toan—1o sin-koay Kong Tek Liang, si tongkat sakti yang pernah merajalela sebagai begal tunggal di wilayah propinsi Siamsay sebelah utara, kemudian ada seorang imam yang liehiap Liu Giok Ing cuma kenal dengan nama Kim Wan tauw-to, yang entah dari golongan agama apa akan tetapi yang diketahui memiliki tenaga raksasa sebab dia mahir ilmu 'tay-lek kim—kong chiu'. Jelas Ceng—hwa liehiap Liu Giok Ing tidak menyadari bahwa adalah menjadi maksud Kim.Lun Hoat—ong yang hendak menyaksikan sendiri tentang kegagahan Liu Giok Ing, sehingga sengaja dia mengumpulkan perwira-perwira utama buat menghadiri pertemuan itu, ingin memberikan kesempatan kepada mereka buat 'mencoba' kemampuan Liu Giok Ing. Didepan Ceng—hwa liehiap Liu Gok Ing, sengaja Kim.Lun Hoat—ong mengucap kata-kata yang membakar semangat Liu Giok Ing buat melakukan balas dendam terhadap pangeran Gin Lun dan untuk maksud ini pangeran Kim Lun menugaskan sepasukan tentara berikut beberapa orang perwira, yang akan dipimpin oleh Liu Giok Ing dan secara menyamar melakukan penyerangan ke istana pangeran Gin Lun. Akan tetapi, seperti yang sudah direncanakan, maka Siamsay jie—liong Coa Keng dan Coa Beng yang diperintahkan melaksanakan tugas itu, perlihatkan sikap membangkang, merasa rendah diri melakukan tugas dibawah perintah liehiap Liu Giok Ing yang belum mereka ketahui tentang kemampuannya. Siamsay jie liong Coa Keng berdua Cba-Beng'merupakan lelaki muda yang menjadi keponakan murid Toanlo sin—koay Kong Tek Liang. Mereka memperoleh pekerjaan sebagai perwira muda yang mengabdi pada pangeran Kim.Lun berdasarkan bantuan dari Kong Tek Liang, sehingga pangeran Kim Lun belum pernah menyaksikan tentang kepandaian dua lelaki muda itu. Jelas merupakan suatu kesempatan buat pangeran Kim.Lun membuktikan kegagahan mereka, di samping kemampuan liehiap Liu Giok Ing yang belum.pernah dia lihat sendiri. “Kim Lun ong—ya, untuk membuktikan kegagahanku, sudah tentu aku bersedia melayani bertanding semua perwira yang ada disini,” liehiap Liu Giok Ing memaksa diri untuk bicara dan memakai suatu istilah ‘ong-ya‘, selagi dia membendung rasa marah melihat sikap dua laki—laki muda yang banyak lagak ini; dan kata-kata liehiap Liu Giok Ing itu, sudah tentu membangkitkan rasa tidak puas bagi 'Toan lo sin—koay' Kong Tek Liang, juga Si imam Kim Wan tauw-to, terlebih Siamsay jie liong Coa Keng berdua Coa Beng yang merasa ditantang langsung. Kim.Lun Hoat—ong perdengarkan suara tawa, meskipun didalam hati dia ikut merasa penasaran waktu mendengar kata-kata menantang dari liehiap Liu Giok Ing; segera dia memberikan persetujuan untuk dilakukan semacam pertandingan persahabatan, dan untuk maksud ini segera disiapkan ruangan latihan untuk dijadikan tempat melakukan ‘pie bu‘. Pertandingan 'pie—bu' itu dilakukan tanpa menggunakan senjata tajam, sehingga Siamsay jie—liong Coa Keng berdua Coa Beng mengerahkan ilmu 'siam—say ciang—hoat' yang khas dari golongan Siam-say sebelah utara; masing-masing bergerak dari sebelah kiri dan sebelah kanan liehiap Liu Giok Ing. Akan tetapi dengan pergunakan kegesitan dan kelincahan gerak tubuhnya, dengan mudah liehiap Liu Giok Ing dapat menghindar dan membebaskan diri dari serangan dua—saudara itu. Coa Keng yang kakak Coa Beng merasa gusar. Dengan gerak 'poan—liong jiauw—po' atau naga bertindak, dia bergerak cepat menyusul kearah samping kanan Liu Giok Ing, lalu dengan gerak 'oiw-liong jiauw-cu‘ atau naga hitam melibat tiang, sepasang lengannya bergerak bagaikan ingin merangkul pinggang yang langsing dari Liu Giok Ing, sebab dia bermaksud menghancurkan tulang pinggang Liu Giok Ing. Akan tetapi, sekali lagi Liu Giok Ing bergerak dengan perlihatkan kelincahan gerak tubuhnya menghilangkan Coa Keng yang sedang menyerang, sebaliknya dengan jurus ‘sin chiu pa—houw atau tangan sakti menggempur macan, ditangkis serangan tangan Coa Beng yang ikut melakukan penyerangan, sehingga membikin Coa Beng berteriak kesakitan, sampai tiga langkah dia terdorong mundur kebelakang.
Love Latte - Phoebe Beauty Honey - Phoebe Blind Date - aliaZalea Miss Pesimis - Alia Zalea Cewek - Esti Kinasih
SETELAH tiba di kota Oei—kee tin, Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing merasa heran karena dia tidak langsung diajak menghadap kepada Kim.Lun Hoat—ong, sebaliknya ditempatkan dirumahnya Sie Pek Hong, akan tetapi sebelu dia sempat menanya, maka dikatakan oleh ciangkun yang banyak akalnya itu, bahwa selama berada da1am.keadaan berduka cita, sebaiknya liehiap Liu Giok Ing istirahat dulu dirumah ciangkun itu, untuk kemudian baru diajak menghadap sang pangeran. Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing menurut, terlebih setelah diketahui bahwa Thio Hek juga ikut dipindah tugasnya kerumah ciangkun Sie Pek Hong, ditempatkan dibagian dapur sebagai tukang cuci—piring dan belah-kayu; sehingga tidak banyak kesempatan buat liehiap Liu Giok Ing bertemu dan mengajak Thio Hek bicara. Da1am.suasana berduka—cita dan menyimpan dendam, terlalu banyak liehiap Liu Giok Ing harus berpikir, dan berusaha menyabarkan diri buat melakukan balas—dendam terhadap perbuatan pangeran Gin ong. Terlalu banyak air-mata yang dia keluarkan, kalau dia teringat dengan kasih sayang suaminya. 'Suami yang ma1ang', ini yang seringkali Liu Giok Ing ucapkan seorang diri didalam hati; selagi suaminya masih mendampingi. Tetapi setelah sekarang suaminya tewas, dia benar—benar merasakan kehilangan. Kehilangan orang yang menyintai dia dan kehilangan tempat dia bersandar, sehingga dia merasa sebatang kara. Memiliki seorang adik yang dia tidak ketahui jejaknya, Sedangkan lelaki yang pernah mencuri hatinya, sudah melupakan dia. Terasa terlalu sunyi, terlalu sepi, selagi dia merenungi nasibnya seorang diri. Cuma ciangkun Sie Pek Hong yang kadang- kadang menemani dia; mengajak dia bicara dengan menghibur, melimpahkan kata-kata manis mengandung harapan. Bukankah ciangkun Sie Pek Hong sudah menikah? Mengapa istrinya tidak diperkenalkan dan tidak ditemukan kepada dia? Sekilas terpikir oleh liehiap Liu Giok Ing tentang perwira yang baik hati itu, akan tetapi saat itu dia lebih cenderung memikirkan nasibnya sendiri, sehingga dia merasa tidak perlu memikirkan keadaan keluarga ciangkun Sie Pek Hong. Pagi hari itu, ciangkun Sie Pek Hong mengajak liehiap Liu Giok Ing menghadap kepada pangeran Kim Lun, ada yang ingin dibicarakan oleh pangeran itu, kata ciangkun Sie Pek Hong kepada liehiap Liu Giok Ing. Dan liehiap Liu Giok Ing merasa cukup kaget, ketika menemui sang pangeran dikelilingi oleh segenap perwira dan para pembantunya, ketika Kim Lun Hoat ong menerima kedatangan liehiap Liu Giok Ing. Kim.Lun Hoat ong menyadari tidak ada kemungkinan buat dia mengharapkan kedudukan menjadi raja, sebagai pengganti ayahnya yang sudah tua. Terlalu banyak saudara—saudaranya yang lebih pandai dan lebih banyak kesempatan menjadi ahliwaris; tetapi dia bertekad ingin menjadi raja, sehingga diam—diam.dia merencanakan perbuatan makar, ingin merebut pemerintahan dengan cara kekerasan. oleh karena itu Kim Lun Hoat ong merasa perlu menyusun kekuatan dan menyebar pengaruh, dan untuk maksud ini dia sengaja mengundang banyak orang dari kalangan rimba persilatan, khususnya dari golongan hitam yang mau mengabdi karena mengharapkan bayaran dan kedudukan; disamping Kim Lun Hoat—ong menyebar pengaruh dan menempatkan orang—orang kepercayaannya di kota-raja buat mempengaruhi sri baginda maharaja dan memperlemah kedudukan pertahanan serta mengacaukan keadaan keamanan, antara lain dengan Cara membunuhi pejabat pemerintahan yang dianggap setia terhadap sri baginda maharaja, menjadi perintah yang menentang gerakannya. Da1am.usaha menyebar pengaruh, Kim Lun Hoat—ong bahkan menghubungi pihak pemerintah kerajaan Tartar, atau negara Watzu yang berkedudukan disebelah barat daya negeri cina, bahkan juga mendekati pihak pemerintah kerajaan Jepang dibagian tenggara. Mengenai Liu Giok Ing, memang sejak lama Kim.Lun Hoat—ong sudah mendengar tentang kegagahannya dan kecantikannya, akan tetapi Kim.Lun Hoat—ong menjadi kecewa ketika kemudian diketahuinya Liu Giok Ing menikah dengan Giok Lun Hoat-ong yang merupakan salah seorang yang menentang niat Kim Lun Hoat—ong yang hendak merebut kekuasaan negara. Kemudian dengan siasat ciangkun Sie Pek Hong, maka dilakukan berbagai perbuatan pembunuhan dikota raja yang bahkan di dalam istana kerajaan, kemudian dengan menyebar fitnah sebagai perbuatan lie hiap Liu Giok Ing, sehingga menghasilkan tewasnya pangeran Giok Lun tanpa liehiap Liu Giok Ing mengetahui bahwa dalang perbuatan itu justeru adalah Kim Lun Hoat ong. Dipihak liehiap Liu Giok Ing, dia merasa terkejut ketika melihat sekian banyaknya perwira yang menemani Kim Lun Hoat ong, di saat dia menghadap buat memenuhi undangan pangeran itu. Sekilas terpikir oleh liehiap Liu Giok Ing bahwa pangeran Kim Lun merasa khawatir ka1au—kalau dia akan mengacau akan tetapi waktu itu liehiap Liu Giok Ing lebih terpengaruh sebab melihat diantara sekian banyaknya perwira yang mengabdi kepada Kim.Lun Hoat ong, kebanyakan merupakan orang-orang yang sudah dia kenal sebagai orang-orang dari kalangan rimba persilatan golongan hitam, seperti Toan—1o sin-koay Kong Tek Liang, si tongkat sakti yang pernah merajalela sebagai begal tunggal di wilayah propinsi Siamsay sebelah utara, kemudian ada seorang imam yang liehiap Liu Giok Ing cuma kenal dengan nama Kim Wan tauw-to, yang entah dari golongan agama apa akan tetapi yang diketahui memiliki tenaga raksasa sebab dia mahir ilmu 'tay-lek kim—kong chiu'. Jelas Ceng—hwa liehiap Liu Giok Ing tidak menyadari bahwa adalah menjadi maksud Kim.Lun Hoat—ong yang hendak menyaksikan sendiri tentang kegagahan Liu Giok Ing, sehingga sengaja dia mengumpulkan perwira-perwira utama buat menghadiri pertemuan itu, ingin memberikan kesempatan kepada mereka buat 'mencoba' kemampuan Liu Giok Ing. Didepan Ceng—hwa liehiap Liu Gok Ing, sengaja Kim.Lun Hoat—ong mengucap kata-kata yang membakar semangat Liu Giok Ing buat melakukan balas dendam terhadap pangeran Gin Lun dan untuk maksud ini pangeran Kim Lun menugaskan sepasukan tentara berikut beberapa orang perwira, yang akan dipimpin oleh Liu Giok Ing dan secara menyamar melakukan penyerangan ke istana pangeran Gin Lun. Akan tetapi, seperti yang sudah direncanakan, maka Siamsay jie—liong Coa Keng dan Coa Beng yang diperintahkan melaksanakan tugas itu, perlihatkan sikap membangkang, merasa rendah diri melakukan tugas dibawah perintah liehiap Liu Giok Ing yang belum mereka ketahui tentang kemampuannya. Siamsay jie liong Coa Keng berdua Cba-Beng'merupakan lelaki muda yang menjadi keponakan murid Toanlo sin—koay Kong Tek Liang. Mereka memperoleh pekerjaan sebagai perwira muda yang mengabdi pada pangeran Kim.Lun berdasarkan bantuan dari Kong Tek Liang, sehingga pangeran Kim Lun belum pernah menyaksikan tentang kepandaian dua lelaki muda itu. Jelas merupakan suatu kesempatan buat pangeran Kim.Lun membuktikan kegagahan mereka, di samping kemampuan liehiap Liu Giok Ing yang belum.pernah dia lihat sendiri. “Kim Lun ong—ya, untuk membuktikan kegagahanku, sudah tentu aku bersedia melayani bertanding semua perwira yang ada disini,” liehiap Liu Giok Ing memaksa diri untuk bicara dan memakai suatu istilah ‘ong-ya‘, selagi dia membendung rasa marah melihat sikap dua laki—laki muda yang banyak lagak ini; dan kata-kata liehiap Liu Giok Ing itu, sudah tentu membangkitkan rasa tidak puas bagi 'Toan lo sin—koay' Kong Tek Liang, juga Si imam Kim Wan tauw-to, terlebih Siamsay jie liong Coa Keng berdua Coa Beng yang merasa ditantang langsung. Kim.Lun Hoat—ong perdengarkan suara tawa, meskipun didalam hati dia ikut merasa penasaran waktu mendengar kata-kata menantang dari liehiap Liu Giok Ing; segera dia memberikan persetujuan untuk dilakukan semacam pertandingan persahabatan, dan untuk maksud ini segera disiapkan ruangan latihan untuk dijadikan tempat melakukan ‘pie bu‘. Pertandingan 'pie—bu' itu dilakukan tanpa menggunakan senjata tajam, sehingga Siamsay jie—liong Coa Keng berdua Coa Beng mengerahkan ilmu 'siam—say ciang—hoat' yang khas dari golongan Siam-say sebelah utara; masing-masing bergerak dari sebelah kiri dan sebelah kanan liehiap Liu Giok Ing. Akan tetapi dengan pergunakan kegesitan dan kelincahan gerak tubuhnya, dengan mudah liehiap Liu Giok Ing dapat menghindar dan membebaskan diri dari serangan dua—saudara itu. Coa Keng yang kakak Coa Beng merasa gusar. Dengan gerak 'poan—liong jiauw—po' atau naga bertindak, dia bergerak cepat menyusul kearah samping kanan Liu Giok Ing, lalu dengan gerak 'oiw-liong jiauw-cu‘ atau naga hitam melibat tiang, sepasang lengannya bergerak bagaikan ingin merangkul pinggang yang langsing dari Liu Giok Ing, sebab dia bermaksud menghancurkan tulang pinggang Liu Giok Ing. Akan tetapi, sekali lagi Liu Giok Ing bergerak dengan perlihatkan kelincahan gerak tubuhnya menghilangkan Coa Keng yang sedang menyerang, sebaliknya dengan jurus ‘sin chiu pa—houw atau tangan sakti menggempur macan, ditangkis serangan tangan Coa Beng yang ikut melakukan penyerangan, sehingga membikin Coa Beng berteriak kesakitan, sampai tiga langkah dia terdorong mundur kebelakang.