Cerita Silat | Pendekar Bunga Cinta | by BBT | Pendekar Bunga Cinta | Cersil Sakti | Pendekar Bunga Cinta pdf
Dylan, I Love You! - Stephanie Zen Dear Dylan - Stephanie Zen Jerat - Esti Kinasih Aku menggugat Akhwat & Ikhwan - Fajar Agustanto Bidadari Untuk Ikhwan - Fajar Agustanto
KECUALI lelatu anak api yang ganas berbahaya itu, ternyata asap yang mengepul keluar dari huncwee juga tidak kurang berbahayanya; sebab ternyata mengeluarkan bau yang tidak sedap, yang bisa bikin orang jadi 'fly fly‘ seperti kena isap asap-ganja, yang bahkan terasa menyesakkan dada liehiap Liu Giok Ing. Kemudian liehiap Liu Giok Ing menyadari, bahwa ketiga laki laki yang memakai tutup muka itu tidak terpengaruh oleh bau asap huncwee, sebab hidung mereka terlindung atau tertutup dengan secarik kain. Sedangkan orang setengah baya yang memiliki huncwee itu, sudah tentu memiliki semacam obat untuk melawan bau asap hasil senjatanya yang istimewa itu. Dengan demikian maka teringat liehiap Liu Giok Ing dengan seseorang dari daratan barat Thibet, yang merajalela didaratan cina dan seseorang itu adalah See thian tok-ong Sila Ponchay, si biang racun dari barat! "Apakah kau yang bernama See-thian tok ong Sila Ponchay . , ?" tanya liehiap Liu Giok Ing yang ingin memperoleh sesuatu ketegasan. "ha ha ha ! ternyata kuntianak penyebar cinta ini mengetahui juga namaku . , ,!" Sila Ponchay tertawa dan berkata, yang secara tidak langsung telah membenarkan pertanyaan liehiap Liu Giok Ing; namun sengaja dia telah berkata secara mengejek, bahkan dengan memakai istilah 'kuntianak' yang sanggup membikin darah liehiap Liu Giok Ing menjadi bertambah 'mendidih' namun yang sekaligus menjadi terkejut. Justeru selagi liehiap Liu Giok Ing merasa terkejut karena tidak menduga bakal mendapat kesempatan bertemu dan bertempur melawan biang racun dari barat itu, maka Sila Ponchay telah menyerang lagi memakai senjatanya yang istimewa, dan pada waktu senjatanya itu yang kena ditangkis oleh pedang 'Ku tie kiam' maka ternyata pedang yang tajam dan ampuh itu sekali ini tidak berdaya memapas buntung huncwee yang istimewa itu sebaliknya justeru asap hitam jadi mengepul keluar, ditambah dengan percikan lelatu anak api yang semuanya mengarah ke Liu Giok Ing tanpa dapat dikendalikan. Benturan senjata yang tadi terjadi, telah pula mengakibatkan tenaga dalam Liu Giok—Ing jadi tergempur, disamping lagi—lagi serangan asap yang bau telah memasuki paru paru melewati hidungnya, meskipun Liu Giok-Ing dapat menghindar dari percikan lelatu anak api ! Adalah merupakan hal yang sangat mengherankan, bahwa Liu Giok Ing yang mahir tenaga dalam, dengan mudah telah tergempur meskipun oleh lawan yang memiliki tenaga besar. Adanya Liu Giok Ing yang tak kuasa melawan atau menahan gempuran itu, melulu oleh karena dia telah terkena asap racun yang keluar dari senjata lawannya, disamping tanpa dia menyadari, saat itu sebenarnya Liu Giok Ing sedang hamil; menyimpan benih dari si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang ! Disaat berikutnya, Liu Giok Ing diserang oleh musuh yang bersenjata golok. Dia tidak mau menangkis karena ragu—ragu dengan tenaganya yang mendadak sudah berkurang banyak, dari itu dengan gerak belibis putih terbang ke sawah dia lompat kesebelah kiri untuk menghindar, akan tetapi dia menjadi kaget, karena dia merasakan geraknya ikut menjadi sangat lambat, merasa hilang kegesitan dan kelincahan tubuhnya, sehingga lengan bajunya terkena tikaman golok dan robek. Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing menjadi sangat cemas. Dia menyadari bahwa dia sedang menghadapi lawan—lawan berat, disamping dia sudah terkena asap racun yang dapat melumpuhkan tubuhnya. Sia—sia dia berlaku nekad karena benar—benar tak kuasa lagi dia mengendalikan kemampuannya. Hanya di dalam hati dia berteriak, mengapa ajalnya secepat itu tiba, selagi dia hendak menyusul dan ingin bertemu dengan si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang, disamping dia belum mampu membalas dendam suaminya yang tewas karena fitnah ! Kemudian datang lagi serangan dari See—thian tok-ong Sila Poncay ! oleh karena merasa tidak mungkin berhasil menghindar buat berkelit dari serangan itu, maka dengan mengerahkan sisa tenaganya yang ada, liehiap Liu Giok Ing menangkis memakai pedang 'Ku-tie-kiam', sehingga terjadi lagi senjata mereka saling bentur, dengan akibat pedang Ku-tie-kiam terlempar lepas dari tangan liehiap Liu Giok Ing, sementara dari senjata See thian tok-ong Sila Ponchay kembali telah mengeluarkan percikan lelatu anak api serta asap hitam yang mengulak mengandung racun. Menyusul kemudian punggung liehiap Liu Giok Ing terkena serangan senjata gada besi dari seorang musuh lain, yang membikin liehiap Liu Giok Ing memuntahkan darah dari mulutnya, dan dia roboh lupa diri! oooo( -)oooo WAKTU kemudian Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing tersadar lagi, maka dia mendapatkan dirinya sedang duduk bersandar pada sebuah pohon; masih ditempat bekas pertempuran tadi, namun bekas lawannya sudah tak kelihatan, sebaliknya didekatnya dia melihat adanya seorang pendeta dari kuil Siao lim yang dia kenal bernama Lee-ceng taysu, dan seorang pendeta lagi yang kelihatannya masih muda usianya, namun yang dia tidak kenal dan yang bertubuh tinggi serta bermuka hitam. Namun demikian, Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing merasa yakin bahwa jiwanya sudah ditolong dengan kehadirannya Lee-ceng taysu berdua dari itu dalam keadaan yang masih lemah dia paksakan diri untuk bersenyum dan mengucap terima kasih. Kemudian Lee-ceng taysu memperkenalkan teman seperjalanannya yang katanya bernama Toan ho touwsu, seorang pendeta dari suku bangsa Biauw, berasal dari perbatasan propinsi Kui-ciu, Inlan (Tali). Sekilas Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing jadi terkejut, ketika dia mendengar nama Toan ho touwsu yang katanya bertempat kediaman di propinsi Kui ciu, Inlan (Tali); yang merupakan asal tempat kediaman Touw liong cuncia yang gurunya liehiap Liu Giok Ing, didalam hati liehiap Liu Giok Ing merasa yakin bahwa Touw—ho touwsu merupakan salah seorang pendata yang menyebar agama Llama yang pakaiannya memang berbeda dengan Lee ceng taysu yang dari kuil Siao-lim. Akan tetapi, nama Toan-ho touwsu tidak dikenal dan belum pernah didengar oleh liehiap Liu Giok Ing, sebaliknya Touw ho—touwsu yang bersahabat dengan Lee Ceng taysu, diluar tahu liehiap Liu Giok Ing ternyata pendeta itu memang kenal dengan Touw liong cuncia. sementara itu dikatakan oleh Lee ceng taysu, bahwa luka yang diderita oleh Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing sebagai akibat pertempurannya, adalah luka dibagian dalam bekas kena pukulan gada besi dan terkena asap beracun dari See thian tok-ong Sila ponchay. Dikatakan selanjutnya oleh Lee Ceng taysu, bahwa teman seperjalanannya telah memberikan obat kepada liehiap Liu Giok Ing akan tetapi obat itu bukanlah untuk menyembuhkan penyakit terkena bisa racun yang diderita liehiap Liu Giok Ing, melainkan sekedar untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah menjalarnya bisa racun yang masih mengeram dalam paru-paru liehiap Liu Giok Ing. Ada baiknya bila liehiap Liu Giok Ing terkena pukulan gada besi sehingga dia muntahkan darah, sehingga bagian dari bisa racun itu sudah keluar tanpa disengaja, tapi bisa racun yang masih mengeram didalam paru-paru, setiap waktu bisa mengakibatkan Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing menjadi lumpuh yang sukar ditolong, disamping juga akan mempengaruhi benih bayi didalam kandungannya ! Sedih hati liehiap Liu Giok Ing bercampur terkejut, waktu dia mendengar keterangan dari pendeta Lee-ceng taysu dari kuil Siao-lim yang terkenal sakti ilmunya. Sedih karena dia menderita luka parah selagi dia hendak menyusul Kwee Su Liang, dan sebelum dia mampu melakukan balas dendam terhadap tewasnya suaminya. Apa yang harus dilakukannya kalau dia sampai menjadi lumpuh? Apalagi setelah diketahuinya bahwa dia sedang hamil, seperti yang telah dikatakan oleh Lee-ceng taysu. sementara itu Toan ho touwsu kemudian menambah kan keterangan yang sudah diberikan oleh Lee Ceng taysu bahwa dikota Lam yang, Toan ho touwsu mempunyai seorang sahabat yang bernama Liauw Tek Jin, seorang thabib bangsa cina yang pernah lama menetap di Kui ciu (Inlan), sehingga banyak dia belajar berbagai pengetahuan tentang bisa racun, baik yang berasal dari kotoran, binatang ataupun dari tumbuh— tumbuhan. Dianjurkan supaya liehiap Liu Giok Ing menemui si thabib Liauw Tek Jin, karena Toan-ho touwsu merasa yakin thabib itu dapat menolong liehiap Liu Giok Ing. Dengan hati terharu Cheng-hwa liehiap Liu Giok Ing sekali lagi mengucap terima kasih kepada dua pendeta yang telah menolong dia; kemudian oleh karena pendeta itu masih mempunyai urusan lain yang katanya sangat penting, maka liehiap Liu Giok Ing hanya disewakan sebuah kereta kuda, untuk dia segera berangkat ke kota Lam—yang. sementara itu, dipihak musuh yang mengepung Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing, agaknya mereka merasa sangat penasaran, oleh karena disaat mereka hampir berhasil membinasakan si pendekar bunga cinta, mendadak datang dua orang pendeta sakti yang memaksa mereka melarikan diri. Mereka tidak dikejar, dari itu mereka tidak lari jauh. Mereka kehilangan jejak Liu Giok Ing, akan tetapi dari pengurus tempat Liu Giok Ing menginap, mereka mengetahui bahwa Liu Giok Ing telah datang mengambil pakaiannya, dan melakukan perjalanan memakai sebuah kereta kuda. Dengan seringkali menanya kepada orang—orang yang mereka temui disepanjang perjalanan, mereka terus melakukan pengejaran sampai kemudian mereka ikut memasuki kota Lam yang, namun tak mudah mereka menemukan Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing. sementara itu, menurut catatan lama yang kertasnya sudah pada kuning hijau merah warnanya, dan yang menyangkut urusan tentang perkembangan partay—partay ilmu silat didaratan negeri cina — katanya golongan partay dari Siao—lim-sie dan partay Bu tong berasal dari satu aliran yang kemudian saling bertentangan. Asal mula pertentangan itu katanya disebabkan urusan kitab pelajaran ilmu silat hasil karya Tat—mo couwsu, seorang pendeta sakti yang hidupnya lebih banyak dibaktikan kepada sang Budha yang maha pengasih. Kemudian antara partai Ngo bie dan Kun lun juga pernah terjadi pertentangan dalam urusan pedang sakti, namun pertentangan antara dua golongan ini agaknya sudah dapat diredakan, terbukti adanya jalinan hubungan baik antara Tek seng sian jin dari golongan Kun lun, dengan Cay hong suthay dari golongan Ngo bie. sudah lama Cay hong suthay mengasingkan diri, menghindar segala urusan orang-orang rimba persilatan yang selalu memusingkan kepala. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dan hubungan luas dimasa mudanya, maka meskipun dia telah hidup menyendiri, tapi masih banyak rekan—rekan seperjuangannya tempo dulu yang masih suka menyambangi, sehingga segala perkembangan dikalangan rimba persilatan banyak dia ketahui. Demikian pada hari itu, secara mendadak Cay hong suthay kedatangan tiga orang teman yang berupa Kun lun sam kiamhiap yang terdiri dari Lee Beng Yan, Lim Ceng Yio dan Song Thian Hui. Ketiga pendekar pedang dari Kun lun ini masih gemar keliaran dikalangan rimba persilatan, meskipun mereka sudah merupakan kakek-kakek, sehingga nama mereka seringkali disebut—sebut oleh -ki dalang— yang sering 'nung—nung kweng' dikelenteng toa se bio. Perjalanan Kun lun sam kiamhiap bertiga adalah dalam rangka urusan sarung tangan sakti Ciam hua giok siu, yang dahulu kala sering merajalela dengan ganasnya, dan senjata itu sekarang katanya digunakan oleh Koay—to ong Pek Tiong Thian, si biang hantu aneh yang kejam, yang bahkan telah berhasil membinasakan 3 persaudaraan Kim yang menjadi
↧
Pendekar Bunga Cinta - 38
↧