Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Berkeliling Dunia Di Bawah Laut - 12

$
0
0

,Cerita Fiksi | Berkeliling Dunia Di Bawah Laut | by Jules Verne | Berkeliling Dunia Di Bawah Laut | Cersil Sakti | Berkeliling Dunia Di Bawah Laut pdf

Lelaki Kabut dan Boneka - Helvy Tiana Rosa Bukan di Negeri Dongeng - Helvy Tiana Rosa Hingga Batu Bicara - Helvy Tiana Rosa Sebab Aku Ingin - Helvy Tiana Rosa Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El-Shirazy

autilus', atau melarikan diri dari sini. Kapal ini merupakan karya industri modern, dan aku pasti akan menyesal jika tak mempelajarinya. Banyak orang yang mau mene rima keadaan yang dipaksakan pada kita, asal diperbolehkan berada di tengah segala keajaiban ini. Karena itu diamlah, dan lebih baik melihat dan memperhatikan hal-hal yang terjadi sekeliling kita."
    "Melihat!" seru juru tombak itu, "apa yang bisa kita lihat dalam penjara besi ini! Kita berjalan, kita berlayar, tanpa bisa melihat apa-apa!"
    Baru saja Ned Land melontarkan kejengkelan nya, tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Cahaya lem-
    92
    but yang menyinar di plafon padam dengan seketika, sehingga sakit mataku dibuatnya.
    Kami berdiri sambil membisu, karena tak tahu apa yang akan terjadi. Kami mendengar bunyi menggeser, seakan-akan terjadi di sisi samping kapal.
    "Nah, sekarang kita mati!" ujar Ned Land.
    Sekonyong-konyong cahaya masuk dari dua lubang lonjong di kedua sisi ruang duduk. Di luar nampak air laut berkilauan, diterangi cahaya listrik. Dua pelat kristal memisahkan kami dari laut. Mula-mula aku gemetar, membayangkan kemungkinan pecahnya kaca pemisah tipis. Tapi simpai-simpai kuat dari tembaga memberikan daya tahan yang boleh dikatakan tak terhingga.
    Lautan sekeliling 'Nautilus' kelihatan terang sampai sejauh satu mil. Kami memandang dengan kagum. Tak mungkin kupaparkan di sini keindahan yang nampak di luar! Siapalah yang mampu memaparkan pengaruh cahaya dalam air yang jernih?
    Di sekitar Kepulauan Antilles, dasar berpasir dari laut yang dalamnya seratus dua puluh lima meter bisa dilihat dengan jelas. Sinar matahari masih bisa menembus air, di tempat sedalam lebih dari dua ratus meter. Tapi di tengah-tengah air laut yang sedang diarungi 'Nautilus', cahaya listrik menebangi segala-galanya. Air tak keiihatan seperti air, melainkan menimbulkan kesan seakan-akan cahaya cair.
    Di setiap sisi lambung terdapat sebuah jendela. Ruang duduk yang remang-remang menyebabkan laut di luar kelihatan semakin terang benderang. Kami memandang, seakan-akan sedang berdiri di depan akuarium raksasa.
    "Anda tadi mengatakan ingin melihat, Sobat. Sekarang lihatlah!"
    93
    "Ajaib! Benar-benar ajaib!" kata juru tombak setengah berbisik. Kejengkelan sudah dilupakan olehnya, karena terpesona oleh pemandangan mengasyikkan. "Aku mau pergi lebih jauh lagi, untuk mengagumi pemandangan seperti ini!"
    Dua jam lamanya kami diiringi oleh armada ikan. Bermacam-macam jenis yang kami lihat berkeliaran, tak dapat kusebutkan satu per satu. Ned menyebutkan nama-nama ikan yang dilihat, disusul oleh penggolongannya yang dilakukan oleh Conseil. Aku sangat tertarik melihat kelincahan gerak, serta keindahan warna-warnanya. Rupanya segala makhluk samudera itu tertarik oleh cahaya terang.
    Tiba-tiba ruang duduk terang kembali. P elat-pelat besi menutup, melenyapkan pemandangan m empesona. Tapi aku masih tetap berdiri seperti sedang mimpi, sampai mataku menatap alat-alat yang tergantu ng di dinding. Pedoman masih menunjukkan arah timur timur laut.
    Menurut manometer, te kanan air di luar sebesar lima atmosfir, sedang alat pen unjuk kecepatan menampakkan bahwa 'Nautilus' seda ng bergerak dengan kecepatan lima belas mil sejam. K ukira Kapten Nemo akan datang, tapi dia sama sekali ti dak muncul. Jarum jam menunjukkan pukul lima petang.
    Ned Land dan Conseil kembali ke bilik mereka, dan aku memasuki ruangan yang sudah disediakan untukku. Di dalam telah dipersiapkan hidangan makan malam, terdiri dari sup penyu, kemudian bermacam-macam ikan.
    Malam itu aku sibuk membaca, menulis dan berpikir. Namun akhirnya aku mengantuk, karena itu kubaringkan badan di atas bangku. Sementara itu 'Nautilus' melaju mengikuti arus Sungai Hitam.
    94
    XIV
    SURAT UNDANGAN
    KEESOKAN harinya tanggal 9 Nopember. Aku terbangun dari tidur selama dua belas jam. Conseil datang seperti biasa, untuk menanyakan apakah aku enak tidur dan apakah aku memerlukan sesuatu. Ned Land ditinggalnya dalam keadaan tidur nyenyak. Conseil bercerita dengan asyik. Kubiarkan saja dia berceloteh sendiri, tanpa kujawab. Aku sibuk memikirkan, kenapa Kapten tak menemani kami melihat tamasya indah kemarin. Kuharapkan akan bertemu dengan dia hari ini.
    Begitu selesai berpakaian, aku pergi ke ruang duduk. Ternyata tak ada seorang pun di dalamnya.
    Karena itu aku lantas asyik memperhatikan jenis-jenis hewan laut yang dipajang di balik kaca, serta mengamat-amati berbagai tumbuhan dasar samudera yang ditaruh dalam tempat-tempat khusus.
    Sepanjang hari aku menunggu, tapi Kapten Nemo tetap tak muncul. Sedang pelat-pelat besi di sisi lambung juga tak membuka. Rupanya ia tak i-ngin membosankan kami.
    Kapal berlayar dengan arah tetap. Kecepatannya dua belas mil sejam, dan bergerak di air sedalam empat puluh lima sampai lima puluh lima meter.
    Keesokan hari, tanggal 10 Nopember, ruangan duduk tetap kosong. Sekelilingku tetap sepi. Tak seorang pun dari awak kapal yang kulihat. Untung ada Ned Land dan Conseil yang menemani hampir sepanjang hari. Mereka juga heran melihat Kapten Nemo tidak datang tanpa memberi tahu. Mungkinkah dia sakit? Atau pikirannya berubah?
    95
    Tetapi, seperti kata Conseil, kami bebas bergerak. Lagipula makanan yang dihidangkan lebih dari mencukupi. Tuan rumah menepati janji. Jadi kami tak boleh mengeluh !
    Hari itu aku menuliskan pengalaman-pengalaman sejak kami mulai bertualang dengan 'Abraham Lincoln'. Kertas yang kupakai terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan laut.
    Pagi-pagi, tanggal 11 Nopember. Dari udara segar yang menyebar ke seluruh ruangan kapal 'Nautilus', aku mengetahui bahwa kami muncul lagi ke permukaan, untuk mengisi zat asam. Aku melangkah menuju tangga tengah, lalu naik ke geladak.
    Waktu itu pukul enam pagi. Langit mendung. Laut kelihatan kelabu, tapi tenang. Angin hampir-hampir tak bertiup. Aku kepingin bertemu Kapten Nemo. Akan naik ke atas jugakah dia? Aku tak melihat siapa-siapa, kecuali tukang kemudi yang terkurung dalam kotak kaca. Aku duduk di atas tonjolan rendah yang dibentuk oleh badan perahu, sambil menghirup hawa laut dalam-dalam.
    Pelan-pelan kabut lenyap, terusir sinar matahari. Laut bersinar kena pancaran cahayanya. Awan berarak di langit, seperti dicelup dalam warna-warna menyala; kelihatannya hari itu akan banyak angin. Tapi apalah arti angin bagi kapal 'Nautilus', yang bahkan tak gentar menghadapi taufan !
    Aku asyik mengagumi keindahan matahari terbit, demikian cerahnya. Kudengar langkah orang mendekat. Kukira yang datang Kapten Nemo. Tapi ternyata ajudannya, yang sudah pernah kulihat pada pertemuan pertama. Ia berjalan di geladak, seakan-akan aku tak kelihatan olehnya. Ia mengamati setiap titik yang nampak di tepi langit dengan teropong yang kuat. Sesudah selesai, ia mendekati lubang tangga sambil mengucapkan suatu kalimat.
    96
    Masih kuingat benar apa yang dikatakan, karena setiap kali diulangi dalam keadaan sama. Ia berkata,
    "Nautron respoc lorni virch."
    Aku tak tahu, apa yang dimaksudkan dengannya.
    Sesudah mengucapkan kalimat itu, ajudan turun ke bawah.
    Aku menduga, kapal 'Nautilus' akan kembali ke bawah laut. Karena itu aku ikut turun, dan kembali ke kamarku.
    Lima hari berlalu, tanpa perubahan keadaan. Setiap pagi aku naik ke geladak. Setiap pagi kudengar kalimat sama, diucapkan oleh orang yang sama. Tapi Kapten Nemo tetap tak kunjung muncul.
    Aku sudah mengira takkan pernah berjumpa lagi dengannya. Tapi pada tanggal 16 Nopember, ketika aku masuk ke kamarku bersama Ned dan Conseil, di atas meja kulihat ada sepucuk surat, yang ternyata dialamatkan padaku. Surat kubuka dengan tak sabar, dan kubaca kalimat-kalimat yang tertulis dengan huruf-huruf jelas. Isinya sebagai berikut :
    "Kepada Profesor Aronnax, di kapal 'Nautilus'.
    16 Nopember 1867.
    "Kapten Nemo mengundang Profesor Aronnax untuk ikut berburu besok pagi. Kita akan berburu dalam rimba Pulau Crespo. Mudah-mudahan Profe-sor tak berhalangan hadir beserta rombongannya.
    "Kapten Nemo, komandan kapal 'Nautilus'."
    "Dia mengajak berburu!" seru Ned.
    "Di hutan rimba Pulau Crespo!" sambung Conseil.
    "Kalau begitu kita akan menginjak daratan," kata Ned Land lagi.
    "Kan tertulis jelas di sini," jawabku, sambil membaca surat sekali lagi.
    97
    "Kita harus menerima undangan itu," usul juru tombak. "Tapi begitu kaki menginjak tanah, kita tahu apa yang harus dilakukan. Aku sudah kepingin makan daging rusa."
    Aku tak berusaha memahami keanehan yang terdapat antara sikap Kapten Nemo yang tak menyukai daratan, dengan undangan untuk berburu dalam hutan. Aku hanya menjawab,
    "Kita lihat saja dulu, di mana Pulau Crespo."
    Kami menghampiri peta di meja. Pada posisi lintang utara 32,40' dan bujur barat 157,50, aku menemukan pulau kecil yang diinjak untuk pertama kalinya tahun 1801 oleh Nakhoda Crespo. Dalam peta-peta Spanyol kuno, pulau itu diberi nama Rocca de la plata, yang artinya "Cadas Perak". Pada saat itu kami sudah berlayar sejauh seribu delapan ratus mil dari titik awal. Arah haluan 'Nautilus' agak berubah sedikit. Kami bergerak menuju tenggara.
    Kutunjukkan letak pulau karang kecil yang letaknya di tengah Pasifik pada kedua pengiringku.
    "Rupanya apabila Kapten Nemo pergi ke daratan, ia selalu memilih pulau-pulau terpencil," ujarku.
    Ned Land mengangkat bahu. Ia tak mengatakan apa-apa. Mereka berdua meninggalkan aku seorang diri.
    Sesudah makan malam yang dihidangkan oleh pelayan yang masih tetap membisu, aku masuk ke tempat tidur. Perasaanku agak gelisah.
    Keesokan harinya, tanggal 17 Nopember, begitu terbangun terasa olehku 'Nautilus' berhenti. Dengan cepat kukenakan pakaian, lalu pergi ke ruang duduk.
    Kapten Nemo sudah menunggu. Ia bangkit sambil membungkuk memberi hormat. Ia menanyakan, apakah aku bersedia untuk ikut. Ia sama sekali
    98
    tak menyinggung ketidakhadirannya selama delapan hari, karenanya aku juga tak menanyakan. Kukatakan, dengan senang hati kami menerima undangan berburu.
    Kami masuk ke kamar makan, di mana sudah disediakan sarapan.
    "Tuan Aronnax," ujar Kapten Nemo. "Silakan duduk. Kita bisa mengobrol sambil makan pagi. Meski aku menjanjikan untuk berjalan-jalan dalam hutan, tapi jangan dikira kita akan menemukan tempat-tempat persinggahan di situ. Karenanya, mari kita sarapan. Kita takkan makan lagi, sampai larut."
    Aku tak menunggu dua kali, dan dengan bernafsu menikmati hidangan. Seperti biasa, makanan terdiri dari berbagai jenis binatang laut. Minuman kami berupa air jernih, yang ditambah dengan beberapa tetes sari alkohol oleh Kapten Nemo. Mula-mula ia makan tanpa berkata apa-apa. Tapi akhirnya ia berbicara juga.
    "Tentunya ketika menerima undangan saya untuk berburu, Tuan menyangka aku sudah gila. Tuan tak boleh terlalu cepat menilai orang." "Tapi Kapten, saya -"
    "Kuminta Anda mendengarkan sebentar. Sudah itu akan dapat Anda lihat sendiri, apakah ada alas-an untuk mempersalahkan diriku sebagai orang yang tak konsekwen."
    "Baiklah, saya mendengarkan." "Anda sekarang juga sudah tahu, Profesor; manu-sia dapat hidup dalam air. Pokoknya cukup banyak dibawa perbekalan udara untuk bernafas. Di tempat-tempat kerja bawah air, para pekerja mengenakan pakaian tahan air dan penutup kepala dari logam. Udara didapatnya dari atas, melalui pompa-pompa dan pengatur aliran udara." "Anda memaksudkan alat penyelam," ujarku.
    99
    "Betul. Tapi orang tak bisa bebas bergerak dengannya, karena masih tetap terikat pada pompa yang menyalurkan udara lewat pipa karet. Jika kita tertambat secara begitu pada 'Nautilus', tak mungkin pergi jauh-jauh."
    "Bagaimana caranya membebaskan diri?"
    tanyaku.
    "Kita mempergunakan alat Rouguayrol yang diciptakan dua orang senegara dengan Tuan. Tapi aku telah menyempurnakannya. Wujudnya berupa tangki besi berdinding tebal, dalam mana ter-simpan udara bertekanan lima puluh atmosfir. Tangki itu dipasang di punggung, seperti ransel. Bagian sebelah atas merupakan kotak, dalam mana terdapat udara yang diatur tekanannya dengan se-buah pengembus. Keluarnya cuma bisa pada tekanan normal. Dua pipa karet menghubungkan kotak dengan semaca m tenda kecil, yang menutup mulut dan hidung. Pipa y ang satu mengalirkan udara se-gar, sedang yang lain m engeluarkan udara yang sudah terpakai. Lidah kita men yumbat salah satu pipa yang tak diperlukan. Karena di dasar laut ter-dapat tekanan air yang tinggi sekali, kita haru menutupi kepala dengan sebuah ketopong, seperti yang biasa dipakai para penyelam."
  &nbs p; "Hebat ! Tapi dalam waktu sebentar saja, udara akan sudah habis t


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>