Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Misteri Empat Jam Yang Hilang - 8

$
0
0

Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf

Lelaki Kabut dan Boneka - Helvy Tiana Rosa Bukan di Negeri Dongeng - Helvy Tiana Rosa Hingga Batu Bicara - Helvy Tiana Rosa Sebab Aku Ingin - Helvy Tiana Rosa Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El-Shirazy

an, jadi mengapa tidak dimeriahkan sedikit dengan menusukkan sesuatu ke dalam imajinasi orang? Benar Tommy yang baik, mengapa tidak?
    Bagian atas kepalanya terasa dingin dan ia memegangnya mendapati bahwa ia telah melupakan topinya, dan kemudian sadar bahwa ia telah menghilangkannya. Kebanyakan pakaian-pakaiannya untuk daerah tropis sehingga ia cuma punya satu topi lakan, dan di Atworthy orang tidak ber-
    47
    seliweran dengan topi sola, tidak di Atworthy! Kehilangan itu terasa mengganggu. Dan jas wol terbaiknya terlalu rusak untuk diperbaiki! Tapi karena topinya bermerk bagus pada lapisan dalam tercantum namanya sehingga jika ada mahasiswa yang menemukannya di tempat angin telah menerbangkannya pasti akan dikembalikan ke kantor dekan-Namun tetap terasa ada yang salah, ada arti yang lebih dalam dari hilangnya topi itu, sesuatu yang sebenarnya simbolis dari hilangnya waktu empat jam. Sebagian dirinya hilang, empat jam telah direnggut dengan kasarnya dari hidupnya dan bersamaan dengan itu sebuah topi lakan telah hilang. Dengan terkejut ia merasa kalau ia dapat menemukan topinya ia akan menemukan empat jam itu. Memang aneh sesuatu telah membuatnya bingung seperti ini, ia yang jarang sekali dibingungkan oleh sesuatu hal.
    Empat jam telah hilang.
    Topinya yang hilang.
    Ia punya perasaan aneh bahwa ia sebaiknya berjalan menuju rumah Tommy dan memeriksa apakah topinya ada di sana di dalam semak-semak. Sayang sekali kalau ia telah meninggalkan topi yang bagus di rumput, karena mungkin turun hujan.
    Ya, hampir pasti, sebaiknya ia menemukan topinya.
    Ia mulai menuruni tangga menuju jalan, memandang gumpalan putih melayang cepat antara
    48
    bumi dan bulan. Ia telah menuruni tangga ini ribuan kali; ketika ia sampai di "dasar" ia hampir mematahkan kakinya di anak tangga tambahan.
    Ia pandangi kakinya dan dengan tergesa-gesa mundur, dengan cepat sadar bahwa ia tak dapat mundur. Ia hampir saja jatuh ke belakang ke angkasa! Tidak ada tangga-tangga di atasnya, hanya tangga turunan di bawahnya. Dengan tatapan dungu ia memandang turunan itu, mencoba menangkap berapa panjang tangga-tangga itu. Sekali-sekali tangga itu menghilang sedikit sewaktu melewati kabut, tapi tidak ada tanda-tanda yang menunggu di dasarnya.
    Dengan khawatir ia memandang ke atas dan lega mendapati bahwa bulan masih di atas sana. Ia berdiri dengan kepala sejajar permukaan halaman dan merasa dapat meraih pinggiran tidak terbatas lalu menarik dirinya keluar. Ia coba meraih namun pinggiran itu terenggut dari tangannya sehingga ia hampir jatuh. Bulan, anak-anak tangga, dan tak ada penghubung antara dirinya dan beranda.
    Ia berpikir telah mendengar denting tawa di satu tempat sehingga ia pun membelalak ke segala arah. Namun tampaknya itu cuma seperangkat genta angin Jepang tergantung di beranda. Entah mengapa ia tahu bahwa ia tak berani mencapai dasar, bahwa ia tidak cukup gila untuk menghadapi hal menakutkan yang menunggunya di sana. Namun, ia hanya perlu turun dua anak tangga untuk dapat
    49
    meraih pinggiran dan mengangkat dirinya ke depan. Ia turun; pinggiran itu mundur. Tampaknya tak ada cara lain untuk melakukannya, katanya pada diri sendiri, sambil menatapi tangannya yang kosong. Ia akan mundur-
    Sekali lagi hampir saja ia terlempar ke belakang ke dalam kekosongan! Dua anak tangga yang sudah dituruninya lenyap di bawah tumit-tumitnya.
    Terdengar suara denting tawa lagi-bukan, hanya paduan nada manis yang berasal dari genta angin itu.
    Ia memandangi sudut tingkatan itu, melalui lapisan gelap halimun ke dalam sumur segelap tinta itu. Tunggu. Ada pintu di bawah situ, di sisi tingkatan, tidak sampai tiga puluh anak tangga di bawahnya. Pintu itu pasti akan membuka ke suatu tempat dan ke atas lagi, paling tidak ia harus ambil kesempatan itu. Ia turun, berhenti sebentar, lalu memandang lewat atas bahunya. Aneh sekali tangga-tangga itu langsung lenyap begitu ia melewatinya! Karena itulah, kecuali kekosongan, tidak ada apa-apa di antara dirinya dengan depan rumah, ia masih dapat melihat lampu bersinar di atas sana. Apa yang akan dipikirkan Mary ...
    "Jim! Jim, kau lupa topimu!"
    50
    Ia memutar dan memandang ke atas. Mary di beranda, memandang ke bawah ke arah lubang yang sebelumnya adalah jalanan.
    "Jim!" Mary sudah melihat lubang itu.
    "Aku di bawah sini, Mary. Jangan turun. Aku segera ke atas. Semua baik-baik saja.
    Sinar bulan terlalu suram baginya untuk melihat ekspresi Mary. Kasihan, ia mungkin ketakutan setengah mati.
    "Jim, Ya Tuhan, Jim!"
    Apakah suaranya terdengar Mary? "Aku baik-baik saja, Mary! Aku akan kembali segera setelah aku mencapai pintu ini!" Kasihan Mary.
    Mary mulai menuruni anak-anak tangga, dan Lowry mencorongkan tangannya meneriakkan peringatan pada Mary. Yang dapat ia lakukan hanyalah melangkah ke luar ke angkasa!
    "Stoop, Mary! Stop!"
    Gemuruh guntur terdengar dan bumi menggulung di atas kepalanya, melenyapkan sinar bulan, melemparkan seluruh tingkatan itu ke dalam kegelapan yang sempurna.
    Lowry berdiri sana, g emetar, memegang erat-erat dinding yang kesat dan k asar.
    Dari jauh, jauh di atas kepala nya ia mendengar jeritan, yang mengecil sampai tak te rdengar, "Jim, Ya Tuhan, Jim.'" Lalu suara itu kembali ter dengar seperti bisikan belaka. Dan akhirnya, terdengar sekali lagi, tanpa suara seperti sebuah kenangan.
    51
    Ia baik-baik saja, Lowry berkata pada diri sendiri dengan geram. Ia baik-baik saja. Lubang itu telah menutup sebelum Mary menuruninya, dan sekarang lekukan di atas sana menebal membuat suara Mary tidak mungkin terdengar lagi. Tapi Lowry merasa, entah mengapa, bahwa ini semua salah. Bahwa Mary tidak berada di atas sana. Lowry mulai menggigil dan merasa mual. Kepalanya berputar sedemikian rupa sehingga ia yakin akan terjatuh dan terperosok ke dalam teka-teki yang meraihnya dari dasar yang tak berani ia dekati.
    Ternyata ada pintu berdiri di depannya. Tak sanggup ia berdiri merengek macam anak kecil dan berharap dapat keluar dari tempat ini. Ia sudah melihat pintu tersebut dan akan mendapatinya. Kakinya membungkuk dan dengan hati-hati merasakan tiap anak tangga dengan kakinya dan mendapati perbedaan ukurannya. Sejumlah anak tangga berukuran satu yar, sedangkan lainnya hanya satu inci. Dinding pun berubah dan tangannya merasakan berminyak dan dingin seperti layaknya air yang terus menetes dari atas dan membuat batu menjadi mulus dan penuh dengan lumut. Di kejauhan air perlahan menetes satu per satu, terdengar keras di tengah ketenangan tempat itu.
    Ia pernah mengalami yang lebih buruk, batinnya. Tapi sungguh konyol rasanya tinggal di rumah tersebut selama bertahun-tahun tanpa sekali pun mencurigai tangga seperti itu di bagian bawah muka rumahnya.
    52
    Lagi pula apa yang sedang ia kerjakan di sini? Ia telah mengatakan pada dirinya bahwa ia harus menemukan sesuatu -
    Empat jam dalam hidupnya.
    Topi jatuh.
    Di mana gerangan pintu tersebut? Dia sudah melangkahkan kakinya sebanyak tiga puluh kali dan tangannya yang mencari-cari belum juga ber-hasil menemukannya. Mungkin ia dapat membalikkan diri sekarang. Tetapi, tiap kali ia mencobanya, ia selalu kehilangan anak-anak tangga yang sudah ia langkahi. Apabila ia telah melewati pintu tersebut ia tidak dapat kembali lagi. Kepanikan melandanya sejenak. Mungkin letak pintu itu di bagian lain tangga tersebut. Mungkin ia juga telah melewatinya. Mungkin ia harus ke bawah - terus ke bawah ke mana?
    Sesuatu yang lengket dan hangat menetes dari pipinya dan ia mengenalinya sebagai embun. Tetapi betapa anehnya embun tersebut! Hangat dan ber serat, bahkan hidup, seolah-olah bernyawa! Ia menguraikan sejumlah untaian dengan kedua tangannya, lalu, seolah-olah ia telah menangkap seekor ular, benda itu berkelit dan menghilang.
    Ia mengusapkan telapak tangannya ke jasnya, mencoba menjauhkan dirinya dari perasaan meng-
    53
    gigilnya. Ia melangkah ke bawah, dan kini embun tersebut menempel padanya seperti jaring laba-laba, merekat pada pipinya dan mendekap seputar bahunya.
    Dari kejauhan samar-samar ia mendengar panggilan, "Jim! Jim Lowry!"
    Ia berusaha menghampiri suara itu, tetapi embun menahannya dengan jari-jari merekat yang tak tampak.
    "Jim Lowry!"
    Betapa hampanya suara itu! Dengan kekuatannya ia mencoba menyibak embun tersebut, berharap itu akan berkeping-keping. Tetapi s


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>