Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Misteri Empat Jam Yang Hilang - 7

$
0
0

Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf

Bidadari Menara Ketujuh - Yasmi Munawwar The Hunger Games - Suzanne Collins Vampire Academy I - Richelle Mead The Chronicles Of Narnia : The Silver Chair (Kursi perak) The Spiderwick Chronicles 4 - Pohon Besi

ikan menjadi erangan dan jeritan, lalu akhirnya menghilang menjadi helaan napas. Terbaring di sana, Jim Lowry merasa mendengarkan sesuatu, ia pun membalikkan tubuhnya dan mencoba menutup telinga kanannya, dan menenggelamkan telinga kirinya di bawah bantal.
    Angin merintih dan dalam setiap beberapa detik suaranya akan berubah menjadi tangisan, uDi mana?" Lalu embusan angin itu akan mengeluarkan
    39
    gumaman dan gerutu lalu muncul kembali seolah-olah mengendap-endap ke samping tempat tidurnya lalu menangis, "Mengapa?"
    Jim Lowry membalikkan tubuhnya dan kembali menutupi telinganya erat-erat dengan bantal.
    "Di mana?"
    Rengekan penuh keluhan. "Mengapa?"
    Jendela bergoyang-goyang dengan kerasnya seolah-olah seseorang sedang mencoba masuk. Bergidik Lowry bertelekan pada sikunya dan memandangi cahaya terang. Tetapi sinar bulan hanya ditutupi oleh awan yang berkejaran. Sekali lagi jendela terpukul dan lagi-lagi hanya sinar bulan.
    "Tololnya aku," ujar Lowry sambil menarik selimut ke atas tubuhnya.
    Helaan napas.
    "Mengapa?
    Rengekan penuh keluhan. "Di mana?"
    Tirai mulai menerpa kaca jendela dan Lowry melompat berdiri menutup jendela supaya tirai tidak dapat bergerak. Tetapi benang dan piringan terus-menerus menerpa kaca jendela sehingga Lowry terpaksa memasang peniti untuk mengamankannya.
    "Bodoh sekali aku," ujar Lowry.
    Ia pernah mendengar suara pukulan dari kegelapan. Ia telah menyelinap ke dalam gua yang gelap dan merasakan tarantula dan ular berkeliaran
    40
    di atas sepatu botnya. Pernah ia terbangun melihat seekor mocassin menjulur keluar dari atas selimutnya. Ia pun pernah terkena kutukan. Pernah pula ia menjauhkan pisau dari seorang penduduk asli mabuk yang sedang mengamuk -
    Suara helaan napas.
    "Mengapa?"
    Rengekan penuh keluhan. "Di mana?"
    Jari-jemari sadis rasa takut menghampiri dan menjamah hatinya dan menirukan detakan untuk mengalirkan darahnya menuju tenggorokan. Hanya erangan angin di bawah pintu dan gerutuan tirai serta derakan bingkai jendela dan sinar bulan berwarna biru tepat di atas bagian bawah tempat tidurnya -
    Pintu terbuka perlahan dan tirai melambai ke luar bersamaan dengan embusan angin dari jendela. Pintu tertutup dengan keras dan dinding bergetar. Lalu sebuah sosok berwarna putih perlahan mendekatinya dengan langkah tanpa suara dan sebentuk wajah berwarna putih memudar sinarnya di atas kilatan pisau. Semakin dekat dan mendekat.
    Lowry segera menyerang sosok tersebut dan menjatuhkan pisau tersebut.
    Ternyata sosok itu adalah Mary.
    41
    Mary berdiri seraya memandanginya dengan pandangan terluka, tangannya kosong tetapi tetap tergantung. "Jim!"
    Lowry gemetar ketakutan karena khawatir mungkin telah melukai Mary. Dengan lemas ia merebahkan dirinya di ujung tempat tidur, namun lega rasa hatinya. Pecahan kaca tergeletak di atas permadani tampak sewaktu Mary menyalakan lampu. Genangan susu hangat menguap di dinginnya udara. Mary menyembunyikan tangan di belakang badannya, dengan kecurigaan yang tiba-tiba muncul, Lowry menarik tangan istrinya. Ia telah mendorong gelas sedemikian kerasnya hingga melukai Mary.
    Ia mendekatkan tangan mungil tersebut ke cahaya dan dengan saksama menarik serpihan kaca dari luka tangannya lalu mencecahkan bibirnya di atas luka untuk melancarkan aliran darah. Ia lalu mengambil alat pertolongan pertama ekspedisinya di dalam laci dan mengeluarkan antiseptik serta perban. Mary tampak lebih mengkhawatirkan pria tersebut ketimbang tangannya.
    "Mary."
    "Ya?"
    Ia menarik istrinya duduk di pinggiran ranjang lalu menaruh selimut ke punggung Mary.
    "Mary, sesuatu yang mengerikan telah terjadi padaku. Aku tidak memberitahukanmu. Ada dua hal yang tak kukatakan padamu. Jebson membaca
    42
    artikel di Koran Mingguan itu dan akhir semester ini aku akan dipecat. Kita... kita harus meninggalkan Antworthy."
    "Hanya itukah Jim? Kau kan tahu aku tidak peduli dengan tempat ini. Aku akan pergi ke mana pun engkau pergi." Ia hampir tertawa. "Tampaknya kau harus membawaku, tak perduli selebat apa pun hutan itu, Jim."
    "Ya, kau boleh pergi denganku, Mary. Bodohnya aku selama ini tidak pernah mengajakmu. Kau pasti sangat kesepian di sini."
    "Aku selalu kesepian tanpamu, Jim."
    Lowry mengecup istrinya dan mengira seperti inilah rasanya ketika seorang pendeta menyentuh kaki dewi pujaannya.
    "Dan hal yang lain, Jim?"
    "Entahlah, Mary. Aku tidak tahu keberadaanku dari pukul tiga kurang seperempat sampai dengan pukul tujuh kurang seperempat. Empat jam hilang dari hidupku. Aku tidak mabuk dan mengigau. Empat jam, Mary."
    "Mungkin kau jatuh dan terluka."
    "Tapi tak ada bekas luka."
    "Mungkin kau tidak tahu semuanya mengenai malaria."
    "Jikalau itu dapat mengosongkan pikiran seseorang, berarti penyakit itu sangat parah sehingga seorang pasien tidak akan mengalami yang kurasakan sekarang. Bukan, Mary. Ini ... ini berbeda.
    43
    Tommy dan aku berbicara mengenai iblis dan roh jahat dan ... menurutnya ... mungkin sebaiknya aku tidak menyerang mereka dalam artikel itu. Yah - dunia ini tempat yang menyenangkan, Mary, dan tidak dipenuhi oleh mahkluk jahat. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk berjalan ketakutan di dalam kegelapan."
    "Tentu saja ia tidak punya alasan, Jim. Besok kau akan tahu apa yang terjadi. Mungkin saja tidak ada masalah sama sekali."
    "Menurutmu begitu, Mary?"
    "Tentu saja. Sekarang berbaring dan tidurlah."
    "Tapi -"
    "Ya, Jim?"
    "Aku merasa... aku merasa sesuatu yang mengerikan menimpaku dan sesuatu yang lebih mengerikan lagi akan terjadi padaku. Aku belum mengetahuinya. Oh, seandainya aku mengetahuinya!"
    "Berbaring dan tidurlah, Jim."
    "Tidak, tidak. Aku tidak dapat tidur. Aku akan keluar berjalan-jalan. Mungkin bergerak sedikit akan menjernihkan pikiranku dan aku dapat mengingat-"
    "Tapi kau sakit!"
    "Aku tidak dapat berbaring lagi. Aku tidak bisa diam saja!"
    Ia menurunkan jendela dan mulai berpakaian. Mary memandanginya dengan pasrah ketika Lowry mengenakan jaket.
    44
    "Kau tidak akan pergi lama?"
    "Paling-paling hanya setengah jam. Rasanya aku harus berjalan daripada meledak. Tapi jangan biarkan dirimu terganggu. Tidurlah."
    "Ini hampir tengah malam."
    "Rasanya "Ia berhenti sejenak, lalu melanjut kan kata-katanya dengan nada yang berbeda. "Rasanya siang tadi sekitar pukul tiga kurang seperempat aku punya janji dengan seseorang. Mungkin aku pergi ke suatu tempat - Tidak. Aku tidak tahu ke mana aku pergi dan apa yang aku l akukan. Aku tidak tahu, Mary."
    "Ya, Jim?"
    "Kau baik baik saja?" "Tentu saja."
    Ia mengancingkan bagian at as jubahnya lalu menunduk dan mengecup istrinya. "Ak u akan kembali dalam setengah jam. Rasanya ... pokok nya aku harus berjalan, itu saja. Selamat malam."
    "Selamat malam, Jim."
    3
    Malam itu cerah. Ketika ia menghentikan langkahnya sejenak pada anak tangga teratas, harum kesegaran tanah dan tetumbuhan menyergapnya dan menghidupkan kembali kenangannya. Saat itu sama seperti malam yang membuat seorang anak kecil ingin berlarian terus di tanah lapang, merasakan bumi melayang dari bawah kakinya, terbawa oleh kegembiraan tak terperikan dan perasaan hidup saja. Pada malam seperti itulah ia dan Tommy pernah pergi ke sebuah gua yang kata orang berhantu satu mil jauhnya dan kota. Mereka ketakutan ketika melihat sesosok putih yang kemudian ternyata hanyalah seekor kuda tua yang kesepian. Kenangan itu menghidupkan kembali ingatan Lowry akan
    46
    Tommy; akan imajinasinya yang fantastik dan kefasihan lidahnya berbicara.
    Dan bagaimana senangnya Tommy menakut-nakuti teman-teman yang tidak terlalu cemerlang dan tidak imajinatif, yang sekarang terasa nekat. Penyihir, hantu, dongeng janda tua, setan dan hantu, dan ilmu sihir hitam. Bagaimana Tommy, yang tidak percaya pada apa pun, senang berpura-pura mempercayai hal-hal yang membuat orang ngeri. Dia suka menakuti murid-muridnya sampai terjengkang dari kursi mereka, dengan membungkukkan badannya sedikit di atas meja dan berucap dengan nada yang penuh misteri, "Agar sopan kita akan sebut hal ini psikologi, tapi kita tentunya tahu bahwa kita mempelajari tentang jin-jin hitam dan setan kejam yang pura-pura tidur di luar alam sadar kita. Betapa sukanya dia dengan kiasan itu! Tentu saja apa yang dia katakan betul, benar-benar betul, tapi Tommy harus mengatakannya dengan cara seperti itu. Itu adalah kata-kata yang menjemuk


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>