Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Misteri Empat Jam Yang Hilang - 12

$
0
0

Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf

Lelaki Kabut dan Boneka - Helvy Tiana Rosa Bukan di Negeri Dongeng - Helvy Tiana Rosa Hingga Batu Bicara - Helvy Tiana Rosa Sebab Aku Ingin - Helvy Tiana Rosa Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El-Shirazy

kelelahan terkulai di atas air sementara tangannya, hampir tanpa sadar, tetap memegang batang kayu.
    4
    "Ayolah. Kau akan siuman kembali. Tidur semalam di penjara akan baik untukmu. Aku tak pernah mengerti mengapa seseorang harus minum - Wah, ini kan Profesor Lowry!"
    Kata-kata itu mendatanginya dan rabaan tangan yang menyentuhnya akhirnya membangkitkan kesadarannya. Ia membiarkan dirinya terselamatkan dari trotoar yang basah, badannya terasa pegal-pegal dan memar.
    Hujan deras menerpa di bawah cahaya lampu jalan, di tengah mendung keabuan yang men-cemerlangkan apa pun yang tersentuh. Terhirup aroma lembap malam itu, aroma tanah yang tumbuh dan lahir kembali.
    76
    Si tua Billy Watkins berdiri menyangganya di samping dengan selimutnya. Si tua Billy Watkins, opsir polisi ketika Lowry masih kecil, yang dulu menahan Lowry karena mengendarai sepeda di trotoar dan menerima aduan bahwa Lowry telah memecahkan jendela. Si tua Billy ini juga yang sekarang menyangga Jim Lowry yang kini adalah Profesor di Atworthy dengan rasa hormat, dan juga sedikit heran. Kumis putihnya lembap dan kini jadi sedikit bersih karena jus tembakau.
    "Sudah berapa lama aku terbaring di sana?" tanya Lowry dengan suara serak.
    "Hmm, sudah sejak lima atau enam menit yang lalu. Kira-kira pada waktu itulah aku datang ke sini sebelum menyisir hingga Jalan Kapel. Lalu aku teringat harus menggunakan telepon umum ini maka aku kembali dan menemukanmu terbaring di trotoar."
    "Jam berapa sekarang?"
    "Sebentar lagi pukul empat dan matahari akan terbit. Apakah istrimu sakit? Aku melihat lampu di rumahmu menyala."
    "Tidak, tidak Billy. Kelihatannya aku yang sedang sakit. Semula aku hendak berjalan-jalan - "
    "Mungkin kau sulit tidur. Kalau aku sih mudah saja. Segelas susu hangat dapat membuatku tidur. Apakah kau baik-baik saja?"
    "Ya, ya. Rasanya aku baik sekarang."
    "Mungkin kau tersandung dan jatuh. Ada
    77
    memar di wajahmu dan tampaknya kau kehilangan topimu."
    "Ya, ya, tampaknya aku kehilangan topi. Pasti tadi aku tersandung. Apa nama jalan ini?"
    "Lo, ini kan jalan rumahmu. Itu rumahmu di sana, tidak sampai tiga puluh kaki di belakangmu. Mari, aku bantu kau menaiki tangga. Kudengar kau terkena salah satu penyakit tropis itu. Menurut pembantu Nyonya Chalmers penyakit itu sebenarnya tidak membahayakan, ya. Apa yang membuatmu tertarik bepergian ke negara-negara yang penuh dengan orang kafir itu, Jimmy - maksudku Profesor Lowry?"
    "Mungkin karena menyenangkan..." "Aku rasa juga demikian. Seperti kakekku yang bertempur melawan orang Indian sepanjang malam dan membangun rel kereta api sepanjang hari. Nah, kita sudah sampai. Kau ingin aku pencetkan bel untukmu, atau kau punya ... " "Tidak, pintunya terbuka." "Nyonyamu suka mengunci pintu ketika kau bepergian dan kupikir mungkin dia masih melakukannya. Kau tampak sedikit pucat, Ji - profesor. Apa tidak sebaiknya aku panggilkan dokter Chalmers untukmu?"
    "Tidak, aku baik-baik saja." "Astaga, kau tidak kelihatan baik-baik saja. Tapi kau tahu apa yang terbaik bagimu. Selamat malam." "Selamat malam, Billy."
    78
    Dengan penuh perhatian ia memandangi Billy Watkins yang kesulitan menuruni anak tangga. Tapi langkahnya begitu kokoh dan si tua Billy pun sampai di jalan, membalikkan badan dan melambaikan tangannya lalu menyusuri jalan raya di tengah dera hujan.
    Lowry membuka pintu dan melangkah masuk. Tetesan air menggenang di sekitar kakinya saat ia membuka mantelnya.
    "Kaukah itu, Jim?"
    "Ya, Mary."
    Mary menyandarkan tubuhnya di pinggiran tangga atas lalu sambil mengangkat rok ia segera turun. "Aku sudah setengah gila. Hampir saja aku menelepon Tommy dan memintanya datang supaya kami dapat mencarimu. Aduh, kau basah sekali! Mukamu memar dan kenapa tanganmu?"
    Lowry memandangi tangannya dan melihat memar lain serta luka seolah-olah ia baru saja tercubit. Ia meringis, "Mungkin aku terjatuh."
    "Tapi di mana? Baumu seperti.... rumput laut." Ia menggigil, dan dengan penuh kekhawatiran Mary membukakan mantelnya dan tanpa mengindahkan permadani, mendorongnya menaiki tangga. Rumah tua itu sangat dingin dan udara lebih dingin lagi di kamarnya. Ia membukakan pakaian suami-
    79
    nya dan membaringkannya di balik selimut lalu menyeka wajah dan rambutnya dengan handuk.
    Air asin terasa di bibirnya dan kata-kata bergema di benaknya, "Tentu saja bagian bawah ada di atas!"
    "Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi."
    "Kasihan kau, Mary. Aku telah membuatmu khawatir."
    "Bukan itu yang aku pikirkan. Kau akan mudah jatuh sakit karena ini semua. Kenapa kau tidak segera kembali waktu hujan baru turun?"
    "Mary."
    "Ya, Jim."
    "Aku cinta padamu." Ia mengecup suaminya.
    "Kau tahu aku tidak akan menyakitimu, Mary." "Tentu tidak, Jim."
    "Kurasa kau baik, setia, dan cantik Mary." "Sudah, pergilah tidur."
    Ia memejamkan matanya. Tangan Mary mengelus dahinya. Tak lama kemudian ia jatuh tertidur.
    Ia terbangun karena tersadar ada sesuatu yang salah terjadi, seolah-olah sesuatu atau seseorang ada di dekatnya dan bersiap-siap melakukan sesuatu padanya. Ia memandangi sekitar ruangan tapi tidak ada apa-apa di situ. Matahari bersinar dengan indahnya di atas permadani dan sebagian di dinding. Di
    80
    luar sana orang-orang lalu lalang dan bercakap-cakap. Satu atau dua blok dari sana, tangan yang tak sabar sibuk menekan klakson.
    Hari itu hari Minggu dan dia harus bersiap-siap pergi ke gereja. Ia menyibakkan selimut dan keluar dari tempat tidur. Bajunya tergantung di atas kursi, tetapi jas yang sebelumnya ia kenakan kotor oleh noda dan lumpur sehingga ia harus mencuci terlebih dahulu sebelum memakainya kembali.
    "Mary!"
    Pasti ia tertidur. Ia mengenakan jubah kamarnya dan bergerak ke pintu menuju kamar istrinya. Mary tertidur dengan salah satu tangannya melintang di atas selimut. Mulutnya separuh terbuka dan rambutnya bagaikan awan di sekitar wajahnya. Ia bergerak dan membuka matanya.
    "Oh!" ujarnya terbangun. "Aku tertidur. Kita terlambat ke gereja. Aku akan segera siapkan sarapan dan -"
    "Jangan," kata Lowry. "Kau tidak perlu ke gereja." "Tapi, Jim -"
    "Kau membutuhkan istirahat. Tidur dan bermalas-malasanlah. Aku yakin kau baru tiga atau empat jam berbaring."
    "Kalau begitu -"
    "Aku akan tetap menjalankan tugas keluarga. Aku akan belikan makanan di restoran. Kau ber-balik dan tidurlah -"
    "Tidur untuk kecantikanku.?"
    81
    "Kau tidak perlu tidur untuk cantik." Ia mengecup istrinya dan kemudian, sambil menutup pintu di belakangnya, berjalan ke kamarnya untuk mengambil jas berwarna gelap.
    Setelah ia mandi dan berpakaian, dengan berjingkat ia berjalan kembali ke kamar istrinya.
    "Jim," ujarnya terkantuk-kantuk, "ada sejumlah orang datang nanti siang. Aku harap kau beri tahu mereka aku kurang enak badan. Aku enggan merapikan rumah."
    "Sesukamu, sayang."
    "Beri tahu apa yang dipakai para ibu!" serunya pada Jim.
    Jim merasa sedikit bersemangat sewaktu berjalan menuruni tangga serambi muka. Tetapi pada anak tangga terakhir ia berhenti, takut untuk melangkahkan kakinya. Selama beberapa saat ia terdiam. Perasaannya yang mengatakan bahwa orang-orang yang berlalu lalang mengamatinya membuat Jim bergerak. Tetapi kali ini jalanan sungguh-sungguh keras. Sekali lagi dengan perasaan lega dan hampir bersemangat, ia menyusuri jalan, sambil menganggukkan kepala kepada orang-orang yang berpapasan dengannya.
    Restoran hampir saja kosong dan sang tukang masak sedang asyik merokok dan menikmati se-
    82
    cangkir kopi di ujung meja pesanan. Ia merenggut-kan mukanya ketika melihat seseorang masuk tetapi kemudian kembali cerah ketika mengetahui bahwa oang tersebut adalah Lowry.
    "Wah, Profesor! Sudah lama aku tidak melihat Anda sejak Anda kembali."
    Lowry menjabat tangan Mike yang lembut dan lembap. "Aku agak sibuk. Tolong buatkan daging panggang, telur dan kopi, Mike. Cepat, ya? Aku sudah terlambat ke gereja."
    "Lonceng pun belum berbunyi," ujar Mike dan mulai sibuk dengan penggorengan lalu memecahkan telur dengan satu tangan.
    "Bagaimana rasanya kembali ke tengah-tengah orang beradab?" tanya Mike, sambil meletakkan makanan di depan Lowry.
    "Tampaknya begitu," jawab Lowry tanpa menyimak.
    Mike, sedikit bingung, kembali dengan cangkir kopinya dan menyalakan rokok lagi lalu duduk dengan serius. Sejenak kopi dan rokok itu terlupakan olehnya. Mike menggelengkan kepala


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>