Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Misteri Empat Jam Yang Hilang - 13

$
0
0

Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf

Bidadari Menara Ketujuh - Yasmi Munawwar The Hunger Games - Suzanne Collins Vampire Academy I - Richelle Mead The Chronicles Of Narnia : The Silver Chair (Kursi perak) The Spiderwick Chronicles 4 - Pohon Besi

nya ketika ia menyerah dari masalah tersebut lalu meminum kopinya.
    Lowry makan perlahan, terutama karena benaknya terganggu oleh pikiran: kata-kata Tommy terus mengganggunya dan ia tidak bisa mengindahkan begitu saja kata-kata menakutkan yang dibisikkan oleh Tommy. Bukan kebiasaan Tommy untuk
   
    83
    menggoda orang yang sedang khawatir. Ia merasa jurang pemisah terbuka di antara mereka bahkan pada saat mereka berbicara. Aneh rasanya merasa asing dan tak nyaman dengan Tommy Williams. Mengapa? Ia bahkan telah mengaku pada Tommy bahwa ialah yang memecahkan jendela pada waktu Billy Watkins tidak sanggup menggoyahkan alibi. Ia dan Tommy bahkan pernah berikrar darah untuk menjadi teman selamanya.
    Lowry hampir saja menyelesaikan makanannya ketika tahu bahwa rasanya tidak enak. Perlahan-lahan rasa takut merasuki dirinya. Apa yang mungkin membuatnya takut? Tempat tersebut tiba tiba terasa menyesakkan dan ia segera mencari uang kecil untuk membayar makannya. Saat ia meletakkan uang 50 sen di atas meja pesanan, ia melihat kaca di antara poci-poci kopi. Itu wajahnya sendiri yang kosong dan lelah, dan ...
    Di balik kaca ia melihat sesuatu di belakangnya. Se uatu yang kabur dan mengerikan perlahan lahan mendekati punggungnya.
    Ia berbalik ke belakang.
    Tidak ada apa-apa.
    Ia memandangi kaca.
    Tidak ada satu pun.
    "Empat puluh sen," ujar Mike.
    "Maaf?"
    "Ada apa? Apakah Anda sakit? Tak ada yang salah dengan telur itu, bukan?"
    84
    "Tidak," ujar Lowry. "Tidak, tak ada yang salah
    dengan telur itu."
    "Anda lupa kembalian Anda!" seru Mike di
    belakangnya.
    Tetapi Lowry sudah ada di pinggir jalan, dengan bergegas, berusaha untuk tidak berlari, sambil terus-menerus memandang ke belakang, melawan banyak hal yang mengancam untuk melumpuhkan dirinya.
    "Halo, Jim!"
    Ia berusaha menghindar, tapi merasa lega ketika mengetahui suara itu milik Tommy. "Halo, Tommy."
    "Kau tampak gemetaran, teman," ujar Tommy. "Sebaiknya kau sembuhkan malaria ini atau serangga tua itu menggcrogotimu."
    "Aku tidak apa-apa," jawab Lowry sambil tersenyum. Tommy jelas sedang dalam perjalanan menuju gereja karena ia mengenakan jas serta mantel berwarna gelap. Tommy, ujar Jimmy dalam benaknya, sungguh seorang pria yang tampan. "Apakah kau rajin minum pilmu?" "Pil?"
    "Kina, atau apa saja yang harus kau makan."
    "Eh - tidak. Tapi aku baik-baik saja. Dengar, Tommy, belum pernah aku sesenang ini bertemu dengan seseorang."
    Tommy menyeringai, "Senang bertemu denganmu, Jim."
    85
    "Kita telah berteman sekian lama," ujar Lowry. "Sudah berapa lama, ya?"
    "Sekitar tiga puluh empat tahun. Tapi sudahlah jangan bicarakan hal itu. Apabila seseorang setua aku dan terus bergaya seperti Beau Brummell, ia tidak suka umurnya terungkap."
    "Kau hendak ke gereja?"
    "Tentu saja. Ke mana lagi aku akan pergi?"
    "Yah -" Lowry mengangkat bahunya dan untuk suatu alasan tertawa geli.
    "Sudah sekian lama kita sering bertemu di sudut jalan itu, kira-kira pada jam seperti ini," ujar Tommy. "Di mana Mary?"
    "Oh, semalam ia kurang tidur dan sekarang tinggal di rumah."
    "Seandainya aku bisa memiliki alasan seperti itu. Parson Bates sungguh-sungguh raja membosankan. Aku rasa belum pernah ia mendengar tentang Perjanjian Lama sampai aku menyebutkannya di salah satu acara minum teh istrinya yang membosankan itu."
    "Tommy ... Tommy, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
    "Sampaikan saja, kawan!"
    "Tommy, sewaktu aku meninggalkanmu kemarin sore, waktu itu pukul tiga kurang seperempat, 'kan?"
    "Kira-kira begitu."
    "Dan aku meninggalkanmu, kan?"
    "Tentu saja, kau pergi," jawab Tommy, sedikit heran.
    86
    "Dan aku cuma minum segelas?"
    "Betul. Ini benar-benar mengganggumu, ya? Jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku. Ada apa?"
    "Tommy, aku kehilangan empat jam."
    "Wah, aku kehilangan 39 tahun!"
    "Aku sungguh-sungguh, Tommy. Aku kehilangan empat jam dan ... topiku."
    Tommy tertawa.
    "Tidak lucu," sergah Lowry.
    "Jim, kalau kau memandangiku dengan matamu yang serius dan mengatakan padaku kau hampir kehilangan akalmu hanya karena sebuah topi -menurutku itu lucu. Itu saja. Jangan tersinggung."
    "Aku telah kehilangan empat jam. Aku tidak tahu apa yang terjadi selama itu."
    "Wah, mungkin hal itu cukup mengkhawatirkan. Tapi masih banyak jam lain dan masih banyak topi lain. Lupakan saja."
    "Aku tidak bisa, Tommy. Setelah aku kehilangan empat jam itu, banyak hal yang terjadi padaku. Hal yang menakutkan." Dengan sekejap ia mengisahkan kejadian-kejadian yang berlangsung malam sebelumnya.
    "Di bawah tangga," ujar Tommy, kini dengan wajah murung, "Ya, aku mengerti, mengerti lebih daripada itu."
    "Apa artinya semua hal ini?"
   
    87
    Tommy berjalan membisu. Ketika menyadari bahwa mereka semakin mendekati keramaian di depan gereja tua, ia pun berhenti. "Jim. Kau tidak akan percaya."
    "Aku siap untuk mempercayai apa pun juga."
    "Ingatkah apa yang aku ceritakan kepadamu kemarin? Tentang artikelmu?"
    "Menurutmu artikelku berkaitan dengan semua hal ini?"
    "Ya, aku yakin demikian. Jim, pendapatmu mengenai sesuatu yang sedikitnya sudah ratusan tahun mati sungguh jelas dan penuh penghinaan."
    "Menghina? Menghina siapa?"
    "Menghina ...Yah, memang sulit mengatakannya, Jim, agar kau tidak mencela pada waktu hal itu dibicarakan. Kalau aku jadi dirimu, aku tidak akan berusaha menemukan topi itu."
    "Tapi.... entah kenapa aku sadar bahwa jikalau aku tidak mencoba mencarinya, aku bisa gila!"
    "Tenanglah sekarang. Terkadang lebih baik untuk jadi gila daripada mati. Dengar, Jim, segala hal yang menurutmu kau jumpai - itu tentu saja simbol dari kekuatan supranatural. Oh, aku tahu kau akan menentangnya. Memang tidak ada seorang pun yang percaya kekuatan gaib sekarang ini. Tapi kau telah menjumpai beberapa dari mereka. Tentu saja bukan sebenarnya yang mungkin sekarang sedang mengincarmu -" "Maksudmu iblis dan roh jahat?"
    88
    "Itu terlalu spesifik." "Lalu apa maksudmu?"
    "Pertama, Jebson. Lalu empat jam dan topi yang hilang. Ngomong-ngomong, Jim, apakah kau menemukan tanda-tanda pada dirimu yang kau belum punyai sewaktu kau bersamaku."
    "Ya." Jim menarik lengan jubahnya.
    "Hmmmm. Aneh sekali. Itu adalah jejak kaki kelinci."
    "Lalu?"
    "Ah sudah, lupakan saja," ujar Tommy. "Dengar, Jim. Kemarin aku merasa sedih dan komentarku tentang artikelmu terlalu keras. Tentu saja itu bertentangan dengan watakku karena aku memang mempercayai kekuatan-kekuatan semacam itu. Hal-hal semacam itu menyenangkanku. Dan kini aku mencerna pendapat-pendapatmu. Jim, percayalah, andai aku bisa, aku akan membantumu. Tapi aku hanya akan mengganggu jika aku memasukkan bermacam ide ke benakmu. Yang kau alami sekarang adalah pukulan penyakit malaria yang tak diketahui dokter sebelumnya. Daya ingatmu hilang sejenak dan kau berkeliaran dan kehilangan topimu. Kini camkan baik-baik. Daya ingatmu hilang karena malaria dan kau kehilangan topi ketika berkeliaran. Aku sahabatmu dan aku akan berupaya sekuat agar tak ada seseorang pun yang melukaimu. Apakah kau mengerti?"
    "Terima kasih, Tommy."
    89
    "Segera temui Dr. Chalmers dan minta obat kina padanya. Aku akan siap sedia menjagaimu agar kau tidak berkeliaran kembali. Aku juga memiliki alasan lain untuk melakukannya. Apabila kau melihat sesuatu, maka aku juga akan melihatnya. Mungkin, dari pengetahuanku tentang hal-hal semacam itu, aku bisa mencegahmu dari bahaya."
    "Aku tidak tahu apa - "
    "Jangan katakan apa pun. Bagaimana pun juga aku bertanggung jawab atas hal ini karena segala perkataanku mengenai iblis dan roh jahat. Aku terlalu memikirkanmu. Aku pun sangat memikir kan Mary dan tidak rela jika sesuatu terjadi pada kalian. Dan - Jim."
    "Ya?"
    "Dengar, Jim. Menurutmu aku tidak memasukkan obat-obatan ke dalam minumanmu?"
    "Tidak! Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu!"
    "Aku hanya menduga. Kau tahu aku adalah sahabatmu, bukan, Jim?"
    "Tentu saja. Kalau tidak aku tidak akan mengambil risiko dengan menceritakan kepadamu hal ini."
    Tommy berjalan bersamanya menuju gereja. Lonceng berdentang. Bayangan gelap bergerak di dalam menara lonceng. Gema lonceng pun turun mengitari orang-orang yang berpakaian rapi dan berdiri di anak tangga dan menarik mereka dengan
    90
    lembut ke dalam gereja. Jim Lowry mendongakkan kepala memandangi bentuk bangunan yang begitu ramah. Dedaunan pohon yang merambat belum bermunculan. Jendela kaca


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>