Cerita Silat | Kelelawar tanpa Sayap | by Huang Ying | Kelelawar tanpa Sayap | Cersil Sakti | Kelelawar tanpa Sayap pdf
Matahari Di Batas Cakrawala - Mira W Fear Street - Bayangan Maut Merpati Tak Pernah Ingkar Janji - Mira W Monk Sang Detektif Genius - Lee Goldberg Misteri Putri Peneluh - Abdullah Harahap
Bab 5. Ilusi sang iblis
Lui Hong merasa hatinya seakan terperosok ke dalam jurang, darah panas yang mengalir ditubuhnya seolah ikut mendingin, mulai membeku
Sambil tertawa si Kelelawar menggeser tangannya lebih ke bawah, kali ini dia meraba tengkuk gadis itu
“Gadis yang amat cantik!” tiba tiba serunya, “sayang memiliki tengkuk yang sedikit kasar
Kelelawar sialan! Dalam hati kecil Lui Hong mengumpat tiada habisnya, kalau bisa dia ingin membantai si Kelelawar hingga hancur berkeping
Sementara itu si Kelelawar masih melanjutkan gerayangannya, sepasang tangan yang kurus bagai cakar burung mulai bergerak ke bawah, mulai meraba semakin ke bawah...
Lui Hong melototkan sepasang matanya bulat bulat, sorot mata yang dipenuhi rasa takut bercampur seram, kini dia hanya berharap si Kelelawar secepatnya tinggalkan sisi tubuhnya
Tentu saja gadis itu sangat kecewa
Apa yang selama ini dikuatirkan akhirnya terjadi juga! Dengan lembut sepasang tangan si Kelelawar mulai melepaskan kancing bajunya, satu demi satu......
Lui Hong tak kuasa menahan diri lagi, akhirnya air mata jatuh bercucuran
Gerak tangan si Kelelawar sama sekali tidak cepat, namun sangat terlatih dan matang, tidak sampai berapa saat kemudian ia telah melucuti seluruh pakaian yang dikenakan gadis itu
Lui Hong sama sekali tidak melawan, seluruh kekuatan tubuhnya seakan telah buyar
Tubuhnya yang montok, padat berisi akhirnya tampil bugil dihadapan si Kelelawar, berbaring dibawah cahaya hijau dari lentera kristal diatas ruangan
Tubuh bugil yang putih mulus bagai susu kambing, ketika tertimpa lapisan cahaya hijau, menampilkan pantulan yang begitu memukau
Si Kelelawar dengan kelopak matanya yang tak berbiji, seolah berdiri terperana, menyusul kemudian ia bungkukkan badan, membopong tubuh Lui Hong yang bugil dan berjalan menuju ke altar ditengah ruangan
Langkah kakinya masih begitu mantap dan tenang, biarpun diatas lantai tergeletak begitu banyak pahatan, namun tak satu pun yang terpijak atau tersentuh kakinya, dia seakan sama sekali tak buta
Air mata Lui Hong mulai merembes keluar, membasahi lengan si Kelelawar
Bagaikan dipagut ular berbisa, sekujur badan si Kelelawar gemetar keras, tapi ia segera seperti memahami sesuatu, tanyanya: “Kau melelehkan air mata?" Lui Hong tidak menjawab, mau tak mau dia harus membungkam
Sambil gelengkan kepalanya ujar si Kelelawar lagi: “Aku sangat memahami perasaan hatimu
Mendadak ia menghentikan langkahnya, sambil miringkan kepala seakan berpikir, katanya kemudian: “Kau mirip sekali dengan seseorang" Lui Hong ingin bertanya mirip siapa, namun dia tak sanggup mengeluarkan suara, mulutnya seakan terkunci rapat
II “Benar-benar mirip dengan seseorang kembali si Kelelawar gelengkan kepalanya
“Tapi mirip siapa?” gumam si Kelelawar lagi dengan kening berkerut, “kenapa aku tak teringatnya lagi?
Lui Hong hanya melelehkan air mata, bagaikan air yang keluar dari sumbernya, titik air mata membasahi bajunya
Kembali si Kelelawar menghela napas panjang
“Padahal kejadian semacam ini tak pantas kau sedihkan, tak lama kau bakal sadar bahwa dirimu telah menyumbangkan sebuah hasil karya seni yang tiada duanya dikolong langit
Bicara sampai disitu, lagi lagi ia tertawa
Ketika sedang tertawa, orang tua itu tak ubahnya seperti orang idiot, dogol
Kemudian diapun melanjutkan langkahnya, selangkah tinggi selangkah pendek, langsung menuju ke meja berbentuk altar
Ketika mendekati meja altar, cahaya lentera pun terasa semakin terang benderang
Biarpun si Kelelawar buta, tak bisa melihat apa apa, Lui Hong tetap merasa malu yang bukan kepalang
Bila seorang wanita, dipaksa bertelanjang bulat dihadapan seorang lelaki asing, yakin dia pasti akan merasa amat sedih
Apalagi kalau wanita itu adalah seorang gadis perawan? Kelelawar telah membaringkan tubuh Lui Hong diatas meja altar yang terang benderang itu
Dia menggerakkan tangannya, merogoh keluar sebuah alat pahat dan sebuah palu kecil dari samping meja altar
Tampak dia meraba berulang kali kedua alat kerja itu kemudian diletakkan kembali, kini dia ganti meraba potongan kayu yang tergeletak disisinya
II “Bahan kayu yang bagus dia bergumam sambil tertawa
Setelah itu dia baru berpaling lagi, dengan sepasang tangannya yang kurus dia mulai meraba tubuh Lui Hong, menggerayangi seluruh bagian tubuhnya yang bugil, hal mana dia lakukan dengan hati hati, dengan penuh kasih sayang
Air mata bercucuran tiada hentinya dari mata Lui Hong, namun dia memang hanya bisa menangis
Kalau bisa nona itu ingin mati, sayang dia hanya bisa berharap karena saat itu tak mampu berbuat apa apa
Sepasang tangan si Kelelawar masih bergerak tiada hentinya, terkadang dia meraba, terkadang dia mengelus, ke sepuluh jari tangannya telah menjelajahi hampir setiap bagian tubuh Lui Hong yang bugil, tak satu bagian tubuh pun yang terlewatkan
Ke sepuluh jari tangannya sangat hidup dan cekatan, lebih lincah daripada sepuluh ekor ular
Bagi Lui Hong, dia lebih rela tubuhnya digerayangi sepuluh ekor ular berbisa daripada digerayangi jari tangan orang tua itu
Hatinya sedih bercampur gusar, namun selain sedih dan marah, gadis inipun merasakan suatu perasaan aneh yang tak terlukiskan dengan perkataan
Sejak dilahirkan, belum pernah dia rasakan perasaan seperti ini, perasaan seperti dialiri arus listrik yang menyengat
Arus listrik itu mendatangkan perasaan nikmat yang tak terkatakan, perasaan aneh yang membuatnya tak kuasa menahan diri
Hampir saja Lui Hong tak dapat mengendalikan diri, dia ingin merintih, merintih karena nikmat
Pandangan matanya lambat laun semakin buram, entah karena air mata yang mengembang dalam kelopak mata, entah karena pengaruh arak beracun milik si Kelelawar sudah mulai bekerja
Menyusul kemudian pikiran dan kesadarannya mulai kabur, mulai samar samar
Setelah menggerayangi bagian bawah tubuh Lui Hong yang penuh berbulu, kini sepasang tangan si Kelelawar balik kembali ke atas dadanya, sepuluh jari tangan yang gesit dan cekatan mulai meraba payudara si nona, mengelus, meremas dan memelintir putingnya
Lui Hong tak sanggup mengendalikan diri lagi, dia mulai merintih, merintah karena nikmat, merintih karena mulai terangsang
Rintihan tanpa suara, pada hakekatnya gadis itu memang sudah tak mampu bersuara lagi
Pipinya berubah jadi merah dadu, entah memerah lantaran gusar, atau karena malu, atau mungkin dikarenakan sebab sebab lain
Karena apa? Gadis itu sendiri tak bisa membedakan, dia tak tahu bagaimana perasaan hatinya sekarang
Kini sepasang tangan si Kelelawar berhenti diatas dada Lui Hong, masih meraba, meremas payudara gadis itu, masih memelintir puting susunya yang mulai mengeras
Tiba tiba ia tertawa
“Payudara yang sangat indah, sayang kelewat keras, kelewat kencang!
Detik itu juga, tiba tiba muncul secerca pengharapan dalam hati Lui Hong, dia berharap tangan si Kelelawar melanjutkan gerayangannya, menggerayangi setiap bagian tubuhnya yang vital
Aneh, kenapa bisa timbul pengharapan semacam itu? Bukankah dia masih gadis perawan? Lui Hong segera menyadari akan keanehan tersebut, makin deras air mata jatuh berlinang
Si Kelelawar tidak melanjutkan gerayangannya, dengan lembut dia berkata: “Aku rasa hal ini pasti dikerenakan kau berlatih silat
Setelah gelengkan kepala sambil menghela napas, lanjutnya: “Menurutku, seorang wanita lebih baik jangan berlatih silat, sebab kalau tidak otot dan dagingnya jadi tidak lembut lagi, ototnya akan mengeras hingga tubuh pun ikut mengeras" Setelah tertawa lebar, kembali ujarnya: “Masih untung belum seberapa keras, berotot memang ada kelebihannya, paling tidak pertanda sehat, lincah dan cekatan" Setelah berhenti sejenak, dengan nada berat terusnya: “Tapi sejujurnya, bagi seorang gadis, lebih baik jangan berlatih ilmu sebangsa Cap-sah-taypoo, Thiat-po-sa, Kim-ciong-to dan lain sebagainya, sebab kalau tidak, tubuh bisa terlatih hingga kebal dan mati rasa, waah, waah.... hilang sudah semua keindahannya
Bicara sampai disitu, kembali sepasang tangannya mulai bergerak, bukan saja bergerak sangat lamban bahkan sangat cermat, seperti seorang pedagang permata yang sedang mengamati sebuah batu permata yang mahal harganya
Kemudian kembali dia menghela napas panjang, gumamnya: “Walaupun cantik dan indah, namun bila dibandingkan....... bila dibandingkan.......
Dia seperti sedang mengingat nama seseorang, namun apa mau dikata tak bisa mengingat kembali nama tersebut
Setelah mengulang kalimat itu berulang kali sembari garuk garuk kepalanya yang tak gatal, akhirnya ia berhasil juga menyebut nama seseorang: “Aaah, Pek Hu-yong (Teratai putihl
Kemudian sambil memukul kepala sendiri dengan tangannya seperti cakar burung, dia berteriak: “Betul, mirip Pek..... Pek Hu-yong!
Kemudian setelah tertawa bagai orang idiot, katanya lagi: “Bentuk payudara milik Pek Hu-yong tetap yang paling indah dan menawan
“Siapa pula Pek Hu-yong itu?" tiba tiba terdengar suara sendu seseorang berkumandang datang
Suara itu kedengaran sangat aneh, menggema di udara bagai melayang, seakan akan berasal dari atas langit, tapi seperti juga berasal dari dalam bumi, bahkan seakan bergema dari empat dinding ruangan
↧
Kelelawar tanpa Sayap - 19
↧