Cerita Silat | Kelelawar tanpa Sayap | by Huang Ying | Kelelawar tanpa Sayap | Cersil Sakti | Kelelawar tanpa Sayap pdf
The Spiderwick Chronicles 5 Amarah Mulgarath Berkeliling Dunia Di Bawah Laut - Jules Verne Sisi Merah Jambu - Mira W Kelelawar tanpa Sayap - Huang Ying Misteri Empat Jam Yang Hilang - L. Ron Hubbard
“Sayangnya pula, orang yang kelewat cerdas biasanya bukan merupakan satu kejadian yang baik
Siau Jit tertawa dingin
“Entah sudah berapa kali kudengar perkataan semacam itu?” dengusnya
“Oya?" “Bahkan hampir semuanya pasti mengatakan satu hal" uApa?n “Karena orang yang kelewat pintar, biasanya tidak berumur panjang!
“Hahaha!” Ong Bu-shia tertawa tergelak, katanya samb il manggut manggut, “hal seperti ini jelas bukan satu kejadian yang menyenangkan" “Sayangnya manusia bukan hanya andalkan kecerdasan, seringkali selain pintar, diapun harus berbudi luhur sehingga selalu dilindungi Thian, bahkan berumur panjang
“Sayang tidak banyak manusia seperti itu
“Tapi bukan berarti tak ada orang semacam itu
“Jadi maksudmu, kau adalah salah satu diantaranya?
“Betul atau tidak, aku sendiri tidak tahu, bahkan aku sendiri pun tak tahu apakah aku termasuk orang pintar atau tidak" “Kau bisa berkata begitu, hal ini menandakan kalau kau memang seseorang yang sangat cerdas, moga moga saja kau berumur lebih panjang daripada orang cerdas lainnya
“Kau serius berharap begitu?” Siau Jit balik bertanya
“Hahaha, tentu saja bohong!
Begitu selesai bicara, tiba tiba tubuhnya mulai bergerak, dia tidak melompat ataupun menerkam, tapi selangkah demi selangkah berjalan mendekat
Siau Jit tidak bergerak, dia hanya mengawasi Ong Bu-shia yang semakin mendekat dengan pandangan dingin
Ong Bu-shia sama sekali tidak berhenti, sampai mendekati meja tersebut, ia baru mulai berputar, bergerak menuju ke sisi kanan anak muda itu
Siau Jit masih berdiri diatas meja dengan pedang terhunus, tubuhnya ikut berputar mengikuti gerakan musuhnya
Ong Bu-shia mulai berputar, makin lama ia bergerak makin cepat, akhirnya dia mengelilingi meja itu dengan kecepatan luar biasa
Siau Jit, tubuh berikut pedangnya ikut berputar
Walaupun dia cepat, namun gerakannya tak sanggup menyusul gerakan tubuh Ong Bu-shia, dalam waktu singkat kakek jangkung itu telah merebut posisi sebelah kanan, bahkan sepasang tangannya langsung membacok, membabat pinggiran meja tersebut
“Praaakkkl” meja yang lebar lagi kuat itu segera terbelah jadi dua bagian
Berbareng dengan terbelahnya meja itu, Siau Jit ikut melambung ke tengah udara, coba dia baru melambung setelah meja itu terbelah, niscaya keseimbangan badannya akan sangat terpengaruh
Berada ditengah udara, ia bersalto berapa kali, kemudian “Wussss!” ia berbalik posisi, dengan kepala dibawah kaki diatas, pedangnya langsung menusuk kepala lawan
Dalam posisi begitu, seharusnya Ong Bu-shia ikut melambung untuk melakukan pengejaran, namun dia sama sekali tidak berbuat begitu
Mungkin hal ini dikarenakan ia telah menduga akan serangan kilat yang bakal dilancarkan Siau Jit, dia berdiri tegak sambil menyambut datangnya ancaman tersebut
Bukan saja dia tidak melambung, sebaliknya justru merendahkan badan sambil menyusup ke bawah meja
Babatan pedang Siau Jit segera menyambar dari atas kepalanya, hanya terpaut satu inci dari ujung rambutnya
Dengan cepat orang tua itu merentangkan tangannya ke kiri kanan, ia sambar kaki meja lalu diiringi bentakan nyaring, belahan meja tersebut diangkat keatas dan dihantamkan ke tubuh Siau Jit
Untuk kedua kalinya Siau Jit mencelat ke samping, kini dia telah berbalik posisi dengan kepala diatas kaki dibawah, tubuh berikut pedangnya kembali melambung
Saat inilah Ong Bu-shia baru melompat bangun, tangannya sambil tetap memegang kaki meja yang terbelah merangsek maju ke depan, ternyata gerakan tubuhnya masih tetap cepat
Kini kedua belah lembaran meja yang terbelah itu digunakan sebagai tameng untuk melindungi tubuhnya, dengan kondisi seperti ini dia melanjutkan terjangan
Berulang kali Siau Jit mengubah gerakan tubuhnya, namun selalu gagal melepaskan diri dari jangkauan meja terbelah, akhirnya dia berpekik nyaring, tubuhnya mencelat ke atas, langsung menerjang permukaan genting ruangan
“Braaak . . . . .!” ditengah suara keras dan hamburan debu serta hancuran genting, tubuh Siau Jit menerobos keluar dari ruangan dengan menembusi langit langit
Pada saat itulah kedua lembar meja yang berada ditangan Ong Bu-shia telah menghantam langit langit, “Braaak, braaak . . . . . ..” suara gemuruh bergema makin nyaring, semakin banyak debu dan hancuran genting berhamburan diseluruh ruangan, meledak, meletup dan hancur berantakan
Tidak berhenti sampai disitu, Ong Bu-shia menerobos keatas mengejar musuhnya, begitu berada disamping Siau Jit, lembaran meja ditangannya kembali menyapu ke depan dengan jurus Heng-sau-jian-pit-be (menyapu rata seribu ekor kuda)
Kembali Siau Jit melompat ke tengah udara
Gagal dengan sapuannya, Ong Bu-shia menarik tangannya sambil merapat, kedua belah lembar meja itu segera saling berbenturan, “Braaak!” diiringi suara ledakan, lempengan kayu itu hancur berantakan dan menyebar ke empat penjuru
Bukan begitu saja, paling tidak ada separuh bagian diantaranya langsung meluncur ke tubuh Siau Jit
Berada ditengah udara Siau Jit memutar pedangnya rapat rapat, ia ciptakan selapis bola cahaya yang tajam untuk melindungi tubuh, begitu hancuran kayu menghampirinya, kepingan kayu itu langsung remuk jadi bubuk dan berhamburan ke lantai
Menggunakan kesempatan itu Ong Bu-shia ikut melambung ke udara, sepasang tangannya menerobos masuk ke hadapan lawan, dengan tangan kiri melepaskan tujuh serangan, tangan kanan enam pukulan, dalam saat yang bersamaan dia lancarkan tiga belas buah ancaman berantai
Angin pukulan menderu deru, begitu kuatnya sapuan tersebut memaksa bola cahaya pedang yang diciptakan Siau Jit buyar seketika
Bukan hanya begitu, pukulan ke tiga belas dari Ong Bu-shia ternyata berhasil menghantam pedangnya hingga miring ke bawah, memanfaatkan kesempatan itu satu sodokan maut dihantamkan ke dada lawan
Siau Jit memang bukan jagoan kemarin sore, berada di udara cepat ia berganti posisi, disaat yang paling kritis dia mengigos dari hantaman Ong Bu-shia lalu mencelat keluar halaman
Sambil membentak nyaring tubuhnya meluncur ke bawah bagai seekor burung terbang
Tempat dimana dia melayang turun tak lain adalah jalan raya, ditempat itu pula para tamu rumah makan yang membubarkan diri berkumpul, tapi begitu melihat atap dan kayu berhamburan di udara, apalagi melihat pertarungan ke dua jagoan itu sudah bergeser ke sana, tergopoh orang orang itu kembali membubarkan diri
Baru saja kaki Siau Jit menginjak tanah, Ong Bu-shia telah menyusul tiba, sepasang tangannya dengan jurus Ngo-lui-hong-teng (lima guntur menghantam puncak) menghantam ubun ubun anak muda itu
Kali ini Siau Jit tidak berusaha menghindar, pedangnya diayun keatas menciptakan satu lingkaran cahaya untuk menyongsong datangnya ke dua belah tangan kakek itu
Tidak menunggu sepasang tangannya berhasil menyentuh tubuh lawan, cepat Ong Bu-shia mengigos ke samping
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, tentu saja dia dapat merasakan kelihayan dari serangan anak muda itu
Lingkaran cahaya pedang Siau Jit segera ditarik kembali, dengan pedang bersatu badan, ia balas menyerang Ong Bu-shia dengan kecepatan bagai anak panah terlepas dari busur
Berada ditengah udara, secara beruntun Ong Bu-shia berganti dengan tujuh macam gerakan tubuh sebelum berhasil meloloskan diri dari ancaman itu, begitu kakinya menjejak tanah, tangan kiri dan kanannya secara beruntun melepaskan empat buah pukulan berantai untuk mengunci datangnya ancaman
Kembali Siau Jit menggerakkan tubuhnya, meloloskan diri dari kurungan lawan
“Hmm, ternyata kungfu mu hebat juga!” ejek Ong Bu-shia sambil tertawa dingin
Setelah berhenti sejenak, terusnya: “Disini sudah tak ada hambatan lagi, kita bisa bertarung habis habisan!" Belum sempat Siau Jit menjawab, suara derap kaki kuda yang ramai telah bergema dari ujung jalan raya, diikuti munculnya puluhan ekor kuda jempolan
Lui Sin berada dibarisan paling depan, dari kejauhan ia sudah berteriak keras: “Siau Jit!
Dia sama sekali tidak kenal dengan Siau Jit, tapi piausu disampingnya yang mengenali Siau Jit telah menunjuk ke arah pemuda itu sejak dari kejauhan
Sambil berpaling kata Ong Bu-shia: “Teman teman yang datang membantumu telah tiba!" “Belum tentu mereka sahabatku” sahut Siau Jit dengan kening berkerut
“Berarti mereka datang mencari gara gara" “Tidak jelas" “Terserah siapa pun yang datang, mereka harus menunggu sampai aku roboh diujung pedangmu!
Habis berkata kembali Ong Bu-shia melancarkan serangan mengurung tubuh anak muda itu
Angin pukulan yang menderu, membuat ujung baju Siau Jit berkibar kencang
Pada saat itulah si penunggang kuda telah mendekat, masih berada diatas kudanya Lui Sin telah menghardik: “Tahan!
Begitu bentakan berkumandang, dua orang piausu telah melompat turun dari kudanya, sambil meloloskan senjata, mereka segera memisah Siau Jit serta Ong Bu-shia yang sedang bertarung dari kiri dan kanan
“Harap semuanya berhenti!" teriak mereka pula
Siau Jit tertegun, belum lagi menarik kembali pedangnya, Ong Bu-shia telah menarik pukulannya sambil menegur: “Siapa suruh kau menghalangi kami!
“Congpiautau kami . . . . . . . ..
seru seorang piausu
Belum selesai dia berkata, Ong Bu-shia telah menukas gusar: “Hmm, hanya andalkan kalian berdua, berani benar menghalangi pertarungan kami?
Tubuhnya merangsek ke depan, langsung menerjang piausu yang berada disebelah kiri
Menyaksikan hal itu buru buru Siau Jit membentak: “Cepat minggir!” tubuh berikut pedangnya langsung menerkam Ong Bu-shia
Sayang piausu itu tidak menuruti perintahnya, bukan mundur dia malah mengangkat goloknya bermaksud pukul mundur serangan Ong Bu-shia
Baru saja senjatanya diangkat, pukulan tangan kanan Ong Bu-shia telah bersarang telak diatas dadanya
↧
Kelelawar tanpa Sayap - 24
↧