Cerita Silat | Kelelawar tanpa Sayap | by Huang Ying | Kelelawar tanpa Sayap | Cersil Sakti | Kelelawar tanpa Sayap pdf
The Spiderwick Chronicles 5 Amarah Mulgarath Berkeliling Dunia Di Bawah Laut - Jules Verne Sisi Merah Jambu - Mira W Kelelawar tanpa Sayap - Huang Ying Misteri Empat Jam Yang Hilang - L. Ron Hubbard
Lui Sin dan Han Seng merangsek maju duluan, senjata mereka langsung diayunkan ke tubuh kakek ceking itu, tapi Ong Bu-shia tak ambil peduli, kembali dia menerjang ke tengah kerumunan piausu itu, satu sodokan sikut lagi lagi membuat seorang piausu muntah darah, tubuhnya mencelat jauh ke samping
Merah berapi api sorot mata Han Seng melihat kebrutalan lawan, jeritnya: “Lihat pedang!
“Mau dilihat pun bukan sekarang saatnya!” sahut Ong Bu-shia sambil tertawa dan mengigos
“Tua bangka celaka, terhitung enghiong hohan macam apa dirimu itu!” seru Lui Sin gusar
Ong Bu-shia tertawa terbahak-bahak
“Hahaha, tua bangka celaka memang bukan enghiong hohan, oleh karena itulah aku akan melahap dulu orang orang itu
Diiringi gelak tertawa seram, kembali tangannya mencengkeram tenggorokan seorang piausu
Meskipun terancam bahaya maut, ternyata piausu itu sama sekali tidak menghindar, dia malah menyerang lebih kalap
Disaat yang paling kritis itulah, mendadak sekilas cahaya pedang melintas lewat dari samping arena
Ternyata serangan pedang dari Siau Jit
Buru buru Ong Bu-shia menarik kembali ancamannya, sambil tertawa aneh teriaknya: “Orang she-Siau, jangan lupa, mereka datang untuk membuat perhitungan denganmu
“Itu urusan yang berbeda” sahut Siau Jit
`Ooh... aku hampir lupa, kau memang seorang hiapkek, seorang pendekar sejati” ejek Ong Bu-shia
“Aku hanya tahu penyelesaian masalah harus urut, mana duluan mana belakangan, lebih baik kita selesaikan dulu perselisihan diantara kita berdua” kata Siau Jit
“Bagus sekali!
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang ini sudah bertarung hampir ratusan jurus lebih
Serangan serangan pedang Siau Jit tajam bagai sambaran petir, sementara pukulan Ong Bu-shia menimbulkan deruan angin puyuh yang luar biasa, membuat ujung baju orang yang berada disisi arena ikut berkibar
Lui Sin tarik napas dalam dalam, sambil mengayun golok emasnya dia menerobos maju, teriaknya: “Orang she-Siau, enyah kau dari situ!
“Siau Jit, dengar itu" ejek Ong Bu-shia sambil mengebaskan bajunya menangkis bacokan, “orang lain ogah menerima maksud baikmu!
“Seharusnya kitalah yang suruh mereka enyah dari situ!” balas Siau Jit sambil secara beruntun melancarkan tujuh belas tusukan
Seketika Ong Bu-shia terdesak mundur sejauh tiga langkah, cepat kakek itu membentak, sambil melepaskan tiga pukulan dengan tangan kiri dan tiga pukulan dengan tangan kanan, dia merebut kembali posisinya sejauh tiga langkah
Seorang piausu menggunakan kesempatan itu merangsek maju, tombaknya langsung ditusukkan ke tubuh si kakek
“Kurangajar, besar amat nyalimu!” bentak Ong Bu-shia, ujung baju kirinya dikebaskan, bagai sayatan golok dia babat gagang tombak, “Kraaak!" seketika tombak yang meluncur tiba itu terbabat hingga kutung jadi dua bagian
Sambil menjerit kaget piausu itu melompat mundur dari arena
Kembali Ong Bu-shia menggulung batang tombak yang patah itu dengan ujung bajunya, kemudian dikebaskan, batang tombak itu bagai anak panah segera meluncur ke punggung piausu itu
Siau Jit tahu bahaya, cepat dia maju sambil melepaskan satu babatan, “Triiing!” sambitan batang tombak itu segera kena ditangkis hingga rontok jatuh
Saat itulah Ong Bu-shia menarik tubuhnya sambil merendah
“Sreeeet!” bacokan golok emas dari Lui Sin menyapu lewat persis dari sisi lehernya
Bacokan ini sungguh berbahaya sekali, namun Ong Bu-shia seakan sudah menduga sebelumnya, dalam keadaan kritis, paras mukanya sama sekali tidak berubah, tiba tiba tangan kanannya dibalik kemudian balas mencekik tenggorokan Lui Sin
Dia menghindar secara cepat dan balas menyerang dengan gerakan yang amat garang
Sedemikian cepatnya serangan itu meluncur tiba, bagaimanapun Lui Sin mencoba menghindar, tampaknya sulit baginya untuk meloloskan diri
Disaat kritis itulah lagi lagi tusukan pedang Siau Jit m enyambar tiba, secepat kilat menusuk pergelangan tangan kanan Ong Bu-shia
Biarpun tusukan pedangnya tidak secepat pukulan lawan, namun tusukan itu sudah pasti akan menembusi urat nadi pergelangan tangan kanannya disaat dia selesai menyarangkan serangannya ke tenggorokan Lui Sin
Dan apabila tusukan tersebut bersarang telak, niscaya Ong Bu-shia akan kehilangan tangan kanan untuk selamanya
Tentu saja Ong Bu-shia tak sudi mempertaruhkan keutuhan tangannya hanya demi nyawa Lui Sin, pada hakekatnya dia tak pandang sebelah mata pun terhadap congpiautau perusahaan ekspedisi ini
Dia berharap, andaikata harus kehilangan tangan, kehilangan tersebut harus dibayar mahal
Oleh sebab itu dia segera kendorkan tangan sambil melepaskan sebuah sentilan dengan jari tengahnya, “Criiing!” sentilan itu bersarang di punggung pedang
Bersamaan dengan dilancarkannya sentilan itu, tangan kirinya membabat iga kanan lawan
Cepat Siau Jit mengegos ke samping menghindarkan diri
Lolos dari kematian, dengan perasaan terkejut bercampur ngeri Lui Sin segera berseru: “Terima kasih banyak atas bantuanmu!
“Tak usah banyak adat” sahut Siau Jit, kepada Ong Bu-shia serunya pula, “lebih baik kita lanjutkan pertarungan diatas genting rumah!
“Baik!" Ong Bu-shia rentangkan sepasang lengannya kemudian melambung ke tengah udara
Siau Jit segera menyusul dari belakang
Ke dua orang itu bagaikan dua ekor burung, dengan cepat melesat lewat dari wuwungan rumah dan meluncur keatas atap bangunan
Menyaksikan kelihayan kedua orang jago itu, Lui Sin serta Han Seng hanya bisa berdiri tertegun sambil menarik napas dingin
Apalagi kawanan piausu itu, mereka hanya bisa berdiri terbelalak dengan mulut melongo
“Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan mereka berdua?” tiba tiba Lui Sin bertanya
“Konon Siau Jit telah membunuh putra Ong Bu-shia" sahut Han Seng
“Hah, ada kejadian seperti ini?
“Berita tersebut sudah tersebar luas dalam dunia persilatan, seharusnya merupakan satu kenyataan
“Waah, besar amat nyali bocah muda itu!
“Dalam kenyataan dia memang sangat mengejutkan” sahut Han Seng sambil tertawa getir
Sesudah berhenti sejenak, terusnya: “Oleh sebab itu aku curiga peristiwa yang menimpa Hong-ji sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan orang ini, bisa jadi ada sedikit kesalah pahaman dibalik kesemuanya itu
Lui Sin termenung sambil berpikir sejenak, ujarnya kemudian: “Kalau ditinjau dari serangan pedangnya yang telah selamatkan jiwaku, memang seharusnya kuajak dia untuk berbicara sampai jelas sebelum menantangnya berduel
“Sejak awal siaute pun berpendapat begitu
“Entah dia masih bisakah balik dalam keadaan hidup” tiba tiba bisik Lui Sin
“Bu-shia beracun pembetot sukma penggaet nyawa bukanlah manusia sembarangan, dari caranya melancarkan serangan tadi, bisa terlihat betapa keji dan telengasnya dia, Cuma.... aku rasa nama besar si pedang pemutus usus Siau Jit sama sekali tidak berada dibawah kebesaran namanya!
“Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?
“Bicara dari kemampuan ilmu silat yang kita miliki, aku rasa bukan saja tak bakal membantu banyak, sebaliknya justru membuat Siau Jit tak bisa konsentrasi menghadapinya
“Jadi penonton pun tidak boleh?" “Lebih baik kita putuskan sesuai dengan keadaan nanti
“Aaai!” Lui Sin menghela napas panjang, “rasanya memang hanya bisa begitu
Dia genggam goloknya semakin kencang
Oo0oo Dengan gerakan cepat Ong Bu-shia melompat naik ke atap rumah dan berdiri tegak disitu dengan gerakan Kimrkie-tok-lip (ayam emas berdiri disatu kaki), biarpun angin kencang mengibarkan ujung bajunya, namun dia tetap berdiri kokoh bagaikan bukit Thay-san
Siau Jit yang menyaksikan hal itu kontan memuji: “Kagum, kagum!" “Tak pantas dikagumi" sahut Ong Bu-shia sambil menurunkan kembali kakinya
Sambil mengayunkan pedangnya, seru Siau Jit kemudian: “silahkanl
Bagai anak panah terlepas dari busur, Ong Bu-shia merangsek maju, sepasang kepalannya melepaskan serangkai pukulan bagai bintang kejora
Jurus serangan yang digunakan tak lain adalah jurus Liu-seng-gan-gwee (bintang kejora mengejar rembulan)
Sebetulnya gerakan jurus yang digunakan ini merupakan sebuah jurus yang amat sederhana, namun berada ditangannya, ternyata memancarkan daya kekuatan yang mematikan
Siau Jit tak berani memandang enteng, pedangnya dibabat kedepan menyongsong datangnya sepasang kepalan itu
Ditengah dengungan nyaring, cahaya pedangnya bagaikan petir yang berlapis lapis meluncur ke muka dengan hebatnya
Ong Bu-shia mengigos ke samping menghindari ujung pedang musuh, kemudian sambil merendahkan badan sekali lagi dia hantam dada Siau Jit
Tubuhnya bergerak cepat bagai kuda jempolan, serangan yang dilancarkan pun bagaikan sambaran petir
Siau Jit tak berani berayal, semakin cepat kepalan musuh bergerak, makin cepat pula pedangnya menyambar, kecepatannya merubah jurus sedikitpun tidak berada dibawah kemampuan kakek ceking itu
“Puas, puas sekali!” teriak Ong Bu-shia nyaring, kepalan demi kepalan dilancarkan semakin gencar
Kepalannya keras bagai martil besar, telapak tangannya tajam bagai mata golok, jarinya runcing bagai ujung pedang, nyaris seluruh bagian tang annya merupakan senjata tajam yang mematikan
Bahkan bukan hanya sejenis senjata saja, tapi berbagai jenis senjata pembunuh yang mematikan
Ditengah pertarungan yang berlangsung sengit, atap rumah tampak beterbangan di udara lalu mencelat hancur
Tak selang berapa saat kemudian, hampir semua atap yang berada diseputar arena telah tersapu lenyap
Tiba tiba terdengar suara gemuruh yang amat nyaring, rupanya tiang belandar tak kuat menahan tekanan yang timbul hingga patah jadi berapa bagian, tak ampun kedua orang itupun sama-sama terjerumus ke bawah bangunan
Asap, debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa, suasana jadi sangat kalut
Kawanan piausu yang menonton jalannya pertarungan dari jalan raya sama sama terkesima dibuatnya, bukan hanya mereka, bahkan Lui Sin maupun Han Seng ikut berdiri menjublak
“Bagaimana kita sekarang?" bisik Lui Sin kemudian sambil menarik napas dingin
↧
Kelelawar tanpa Sayap - 26
↧