Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 178

$
0
0

Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Hantu Di Pegunungan Batu - Karl May Pasangan Sempurna Yang Di Takdirkan Bag II Mimpi Mimpi Terpendam - Mira W Fear Street - Kucing Perempuan Kedua - Mira W

Beberapa kali episode seperti itu terjadi, tetapi tidak menunjukkan bahwa Ceng Liong terdesak dan kedua lawannya menyerang dan dalam posisi unggul.
  Karena sebetulnya pada saat itu, Hoan Liu dan Thay Pek Lhama sudah mulai merasa bahwa mereka berada dalam pusaran pertarungan yang tidak diketahui ujungnya. Sesekali mereka merasa berada di atas angin dan seperti akan mampu menyelesaikan pertandingan, tetapi entah bagaimana, posisi Ceng Liong yang seperti tidak ada jalan keluar, tiba-tiba berubah menjadi posisi menyerang.
  Dan yang membuat keduanya menjadi lebih berang dan lebih berkonsentrasi lagi adalah karena beberapa kali tenaga serangan mereka digiring dan dibuang entah kemana oleh Ceng Liong. Hebatnya, lengan anak muda itu seperti terlindung hawa mujijat yang tidak mempan racun dan panas yang dihasilkan oleh tenaga mujijat Hoan Liu. Di sentil dengan Tam Ci Sin Thong, juga tidak mempan. Kedua lengannya justru sangat hidup dalam menangkis dan sesekali menyerang untuk membuyarkan hamburan tenaga serangan mereka yang snagat hebat membadai itu.
  Mendekati jurus ke-50, keduanya kembali meningkatkan serangan-serangan maut dan berbahaya. Mereka diberi waktu 50 jurus untuk menyerang, maka kini mereka mencoba untuk benar menyelesaikannya pada jurus ke-50. Jurus-jurus maut dan pamungkas dari ilmu yang mereka lepaskan mulai dipersiapkan dan perlahan mendesak Ceng Liong ke pinggir panggung. Mereka berencana untuk melontarkan Ceng Liong ke luar dari Panggung atau arena pertempuran dan jika berhasil, tentu saja mereka menang. Mereka sadar, akan sangat sulit melukai pemuda ini, cara paling baik adalah menggencetnya dengan kekuatan pukulan dan melontarkannya ke luar arena.
  Maka, Thay Pek Lhama pada saat di jurus ke 46-47 secara beruntun menyerang dengan Pek Lang Thau Thian (Ombak Putih Menjulang Ke Langit) disusul dengan cepat oleh jurus Thui Poh Pang Lan (Men- dorong Gelombang). Pada saat bersamaan Hoan Liu mendorong dengan jurus Kim Cin Teng Hai (Jarum Emas Menenangkan Laut). Memang benar, keduanya menggencet Ceng Liong dan memaksanya menuju sudut kiri arena pertempuran. Pada saat itu, angin pukulan keduanya berkesiuran hebat dan menerjang kemanapun Ceng Liong melangkah dan kemanapun dia pergi. Dan justru area yang memadai baginya untuk melangkah mundur adalah arena yang disisakan oleh Hoan Liu dan Thay Pek Lhama.
  Keduanya menjadi gembira, karena serangan terakhir akan bisa mereka lontarkan. Dengan gerak yang ringan dan cepat dan sesekali menghalau serangan lawan, Ceng Liong mengarah ke sudut yang diinginkan lawan, hingga dia menemukan tidak ada jalan keluar lagi.
  "Robohlah engkau anak muda yang sombong, tepat di jurus ke-50 ........" berteriak Thay Pek Lhama sambil mengerahkan pamungkas Pukulan Udara Kosong.
  Bersamaan Hoan Liu menyerang dengan jurus Tak Hai Peng Mo (Menginjak Laut Membasmi Iblis). Memang benar, tidak ada lagi jalan keluar dari posisi Ceng Liong yang kejepit oleh dua jurus serangan lawan yang penuh hawa itu. Tetapi, Ceng Liong yang sekarang jelas sudah jauh berbeda. Dalam posisi terjepit itu, dia terkenang dengan salah satu posisi yang dijelaskan 2 sesepuh Siauw Lim Sie dan tepat untuk memanfaatkan Ciat Lip Jiu guna menggempur lawan.
  Sontak dia bergerak dengan mengikuti jurus Tong Cu Hian Hud (Bocah Menyembah Buddha). Jurus ini temuan kedua sesepuh Siauw Lim Sie tetapi bukan bagian dari ilmu pusaka Siauw Lim Siew, tetapi yang didiskusikan mendalam di Siauw Lim Sie. Hanya, berbeda dengan penyembahan kepada Budha, Kiang Ceng Liong melakukan gerak menyembah ke atas dengan sebuah lengan lainnya menangkis Thay Pek Lhama dan kemudian menggiring gerak serangnya guna dibenturkan dengan angis kesiur serangan hebat dari Pukulan Udara Thay Pek Lhama. Tepat ketika Hoan Liu dan Thay Pek Lhama dibenturkan, Ceng Liong kemudian menyusup diantara keduanya dan kembali berdiri di tengah panggung. Sementara Hoan Liu dan Thay Pek Lhama mati-matian menahan tenaga mereka agar tidak bentrok dan justru melukai mereka berdua. Mati-matian mereka bergerak dan dengan susah payah, baru menghindari benturan fisik meski benturan tenaga tidak terhindarkan.
  "Dukkkkkk ........." Dan dengan melangkah sampai 4-5 langkah baru keduanya mampu tegak berdiri di sudut panggung, sementara Ceng Liong sudah memandang mereka berdua dengan pandangan lucu. Bahkan sedikit mengejek.
  "Bagaimana dengan 50 jurus pertama ........"? Pertanyaan Ceng Liong sungguh membuat keduanya murka. Betapapun mereka belum kalah, mereka masih sanggup melakukan perlawanan. Kelihatannya harus dengan kerja keras baru dapat mengalahkan anak muda ini. Mereka lupa, jika Ceng Liong memberi mereka keleluasaan selama 50 jurus pertama. Mata gelap membuat mereka murka. Apalagi, karena nama baik mereka tercemar dengan mengeroyok seorang anak muda. Hanya kematian Ceng Liong yang akan membuat mereka puas. Maka kini, tujuan mereka adalah bukan hanya menang, tetapi MEMBUNUH.
  "Kita bunuh dia ......" geram Hoan Liu yang disambut dengan anggukkan kepala penuh kemarahan dari Thay Pek Lhama. Tetapi, sebagai jawabannya Ceng Liong berkata dengan suara penuh wibawa dan sangat tegas: "Kalian bersiaplah, aku tidak akan mengalah lagi setelah lewat 50 jurus ...." Tetapi sebagai jawabannya, Hoan Liu menggeram hebat: "Hrrrrrrrrrghhhhhhhh" nampaknya kemurkaannya sudah di ubun-ubun dan jika mungkin, dia akan bersedia memakan daging Ceng Liong.
  Tetapi, sekali ini, Ceng Liongpun menunjukkan siapa dirinya saat ini dan di panggung yang tepat: Sebuah pukulan pembukaan dilepaskannya dari Pek Lek Sin Jiu: "Blaaaaaaaar .................." Dan setelah menyerang dengan ledakkan yang dihindarkan oleh kedua lawannya, Ceng Liong mendesak maju dengan menggunakan Toa Hong Kiam Sut yang dimainkan dengan tangan dan sekaligus kombinasinya dengan Soan Hong Sin Ciang.
  Bukan cuma itu, pada saat tersebut, serangan maut dari Cheng Thian Sin Ci juga sesekai meletik dan membuat kedua lawannya terkejut. Bukan cuma lawannya yang terkejut, smeua tokoh Lembah Pualam Hijau juga terkejut melihat bagaimana Ceng Liong memainkan ilmu-ilmu Lembah dengan tambahan disana-sini yang membiatnya lebih tajam, lebih kuat dan lebih effisien. Bahkan Nenggala juga sampai manggut-manggut kagum melihat kemajuan Ceng Liong yang di laur sangkaan mereka semua.
  Benar saja, Hoan Liu dan Thay Pek Lhama kini tidak seleluasa sebelumnya dalam menyerang. Padahal, Thay Pek Lhama sudah mengerahkan sekaligus ilmunya Bi Ciong Kun (Ilmu Silat Pembingung) dan Ilmu Hian Men It Goan Kong Ki (Tenaga Dalam Dahsyat yang melumpuhkan Lawan). Sementara Hoan Liu datang dengan ilmu andalannya Mo Hwee Lok Hun Keng Hun (Api Iblis Mengejutkan Sukma) dan bahkan juga ilmu pamungkasnya Liat-hwee-Mo-kun (Iblis memisahkan api). Keduanya menyerang dengan kombinasi ilmu pukulan tenaga dalam dan ilmu sihir, tetapi yang mereka serang adalah Duta Agung Lembah Pualam Hijau. Seorang yang semakin lama semakin mendalami ilmunya, baik dalam samadhi maupun dalam tarung yang sesungguhnya.
  Ceng Liong yang sekarang sungguh berbeda jauh.
  Kekuatan sinkangnya entah bagaimana sudah demikian hebatnya. Dia tidak lagi mengeluarkan awan tipis, tetapi sejenis kekuatan berpijar yang mengelilingi tubuhnya dan bahkan mampu menolak angin serangan lawan. Sementara untuk kekuatan sihir, dia justru adalh biang sihir yang sangat kuat. Dia mampu mengeliuarkan bentakan dan menyerang dengan suara, dan bahkan dengan sinar matanya sekalipun. Jika sebelumnya dia banyak menyerang dengan memanfaatkan Ciat Lip Jiu, maka sekarang dia membentur serangan lawan dan membuat Hoan Liu dan Thay Pek Lhama kaget, tenaga mereka tidak nempil melawan Ceng Liong.
  Bahkan ketika benturan tenaga mereka bertiga secara langsung berbenturan, mereka tidak mampu mendorong Ceng Liong jauh ke belakang. Sebaliknya, mereka tergetar, Ceng Liong juga tergetar tetapi tidak sampai terdorong mundur. Maka kagetlah mereka, kagetlah para penonton dan mulai takutlah Hoan Liu dan Thay Pek Lhama. Lawan muda ini terlampau hebat, terlampau mujijat dan kelihatannya mustahil untuk mereka kalahkan meski sudha maju berdua.
  Tetapi, malu kalau mundur. Itulah repotnya jika bertarung dengan mempertaruhkan nama besar dan nama baik. Padahal, Hoan Liu dan Thay Pek Lhama sudah bertarung pada puncak ilmu kesaktian mereka berdua. Tetapi, mereka tetap tak mampu untuk mengalahkan Ceng Liong. Dan di lain pihak, Ceng Liong seperti menggunakan mereka berdua untuk melatih sejumlah formula jurus, ilmu dan teori yang selama ini dia susun hanya di dalam khayalan dan dalam kepalanya belaka. Hari ini, dia mempraktekkan dengan leluasa karena kedua lawannya hebat luar biasa. Dalam girangnya, Ceng Liong menemukan kenyataan jika ilmu-ilmu yang disempurnakannya dan yang diciptakannya memang memberi efek yang mengagumkan dan luar biasa.
  Setelah bertempur sampai 100 jurus, Ceng Liong sadar bahwa kemajuan ilmu-ilmunya sudah cukup.
  Latihannyapun sudh menemukan celah dan garis variasi baru yang akan bisa dipelajari dan disusunnya kedepan. Kali ini, hari ini, dia harus menyelesaikan tarung untuk menghukum lawan-lawannya yang terlampau kurang ajar. Maka berpikir demikian, Ceng Liongpun perlahan mengerahkan ‘Cing-peng-kang-khi’ atau ilmu ketenangan jiwa. Hal ini penting agar dia terhindar dari perasaan pandang enteng dan kegembiraan berlebihan.
  Baru setelah itu, dia mengamati pukulan-pukulan lawan yang menggunakan ilmu-ilmu pamungkas mereka yang sangat berbahaya. Tetapi, Cing Peng Kang Khi yang dilatih dan disempurnakan dengan Koai Todjin, membuatnya mampu menilai, juga mampu melakukan analisis ketika sednag bertarung. Dengan cepat Ceng Liong mempelajari alur gerak dan tipu lawan untuk menemukan inti sari dan kekuatan pukulan lawan. Dan tidak lama kemudian dia sudah tersenyum karena telah menemukan celah untuk menekan dan mengalahkan lawan. Sungguh luar biasa.
  Dengan cepat dia bergerak dan kemudian mengerahkan Ceng Thian Sin Ci (Telunjuk Sakti Penggetar Langit) dan juga Thian Liong Heng Khong (Naga Sakti Jalan di Udara). Kedua ilmu mujijat ini belum pernah dikerahkannya secara serius dalam sebuah pertarungan, tetapi dia paham bahwa efeknya akan sangat berat bagi lawan. Karena itu, dia mesti meredam beberapa persen kekuatannya agar tidak membunuh lawan. Dan saat itupun datang: Bersamaan dengan serbuan tenaga dalam dan sihir lawan, disertai pukulan api sihinir Hoan Liu, Ceng Liong menggiring tenaganya untuk menggempur pusat kekuatan Hoan Liu. Lentikan jari saktinya dengan tepat mengenai pusat pengerahan tenaga Hoan Liu yang terkejut ketika menyadari tenaganya merosot tajam sementara dia terus meluncur maju.
  Sementara itu, kekuatan sihir dan ilmu pukulan jahat Thay Pek Lhama juga menjelang datang. Ceng Liong agak murka dengan tokoh yang satu ini, menyusup dan mencuri di Lembah Pualam Hijau dan kini mengacau di Kaypang. Karena itu, dia memang ingin menghajar Thay Pek Lhama.
  Dia tidak memecah tenaga Thay Pek Lhama, tetapi menggiring tenaga serangan Hoan Liu yang merosot tadi dihantamkan kepada lawan dengan tehnik Thian Liong Heng Kong (Naga Sakti Jalan Diudara). Kekuatan itu berlipat karena berbaur dengan tenaga pukulannya, dan akibatnya jika Thay Pek Lhama berkeras maju memukul akan sangat fatal. Tetapi, meski sudah merasa Ceng Liong memapak kekuatannya, Thay Pek Lhama yang dipenuhi hawa amarah, dengan nekad terus mendorong dan menyambut pukulan berat itu.
  Jika dijelaskan agak lama, tetapi padahal kejadiannya hanya dalam hitungan 1-2 detik belaka. Akibat dari praktek kedua ilmu mujijat Ceng Liong itu, Hoan Liu terdorong hingga ke pinggir arena, untungnya tidak terluka berat. Tetapi untuk beberapa saat tenaganya membuyar. Tetapi Thay Pek Lhama yang nekad berakibat jauh lebih fatal, karena tenaga sakti gabungan Ceng Liong dan Hoan Liu dengan cepat membentur kekuatannya. Akibatnya: "Duaaaaaaarrrrrrrrrrrr .........."


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>