Cerita Misteri | Akademi Vampir | by Richelle Mead | Akademi Vampir | Cersil Sakti | Akademi Vampir pdf
Solandra - Mira W Pendekar Sejati II - Gan KL Hunger Game 2 - Tersulut (Catching Fire) Topeng Sang Putri - Astrella Tarian Liar Naga Sakti III - Marshall
Drozdov terasa penting. Instingku yang spontan menyuruhku melompat bangun dan menanyakan sesuatu saat itu juga, tetapi aku tahu sebaiknya tidak melakukannya. Ini kejadian sungguhan. Ini bukan saatnya bertingkah mengesalkan. Aku ingin sekuat ibuku dan Dimitri, jadi aku menunggu hingga diskusi mereka berakhir.
Saat kelompok itu mulai membubarkan diri, aku melompat bangun dari sofa dan bergegas menghampiri ibuku.
Rose, kata ibuku, terkejut. Sama seperti saat di kelas Stan, dia tidak menyadari keberadaanku di kamar ini. Apa yang kaulakukan di sini?
Itu pertanyaan bodoh, jadi aku tidak berusaha menjawabnya. Memangnya dia pikir sedang apa aku di sini? Ini salah satu peristiwa terbesar yang terjadi pada Moroi.
Aku menuding papan jepitnya. Siapa lagi yang terbunuh?
Rasa kesal membuat keningnya berkerut. Keluarga Drozdov.
Iya, tapi siapa lagi?
Rose, kita tak punya waktu
Mereka punya karyawan, kan? Dimitri tadi bilang bukan bangsawan. Siapa mereka?
Lagi-lagi aku bisa melihat kelelahan pada diri ibuku. Kematian ini sulit dihadapi olehnya. Aku tidak hafal semua namanya. Sambil membuka beberapa halaman, ibuku memutar papan jepitnya ke arahku. Ini.
Aku membaca daftarnya. Jantungku serasa copot.
Oke, kataku. Trims.
Aku dan Lissa meninggalkan kamar, membiarkan mereka bertugas. Aku ingin bisa membantu, tetapi para pengawal sudah berfungsi dengan mulus dan efisien tanpa bantuan siapa pun. Para pengawal tidak butuh novis yang merecoki urusan mereka.
Ada apa? tanya Lissa saat kami berjalan kembali ke bagian utama penginapan.
Karyawan keluarga Drozdov, jawabku. Ibu Mia bekerja untuk mereka &
Lissa terkesiap. Dan?
Aku mendesah. Dan namanya ada di dalam daftar.
Ya Tuhan. Lissa berhenti berjalan. Dia menatap hampa, mengerjap agar air matanya tidak turun. Ya Tuhan, ulangnya.
Aku bergerak ke hadapannya dan memegang bahunya. Tubuh Lissa gemetar.
Jangan takut, ucapku. Gelombang ketakutannya mengalir padaku, tetapi rasanya kaku. Dia terguncang. Semuanya akan baik-baik saja.
Kaudengar sendiri kata mereka, kata Lissa. Ada sekelompok Strigoi yang bersekutu untuk menyerang kita! Berapa banyak? Apa mereka sedang menuju ke tempat ini?
Tidak, jawabku tegas. Tentu saja, aku tak punya bukti akan hal itu. Kita aman di sini.
Mia yang malang &.
Aku tidak berkomentar apa-apa soal itu. Mia memang sangat menyebalkan, tetapi aku tak mungkin mengharapkan kejadian seperti ini pada siapa pun, pada musuh terbesarku sekalipun dan bisa dibilang Mia adalah musuh terbesarku. Aku cepat-cepat meralat pikiran itu. Mia bukan musuh terbesarku.
Aku tidak sanggup meninggalkan Lissa sepanjang sisa hari itu. Aku tahu tidak ada Strigoi yang mengintai di penginapan ini, tetapi insting melindungiku terlalu kuat untuk diabaikan. Para pengawal bertugas melindungi Moroi mereka. Seperti biasa, aku juga mengkhawatirkan kecemasan dan kekesalan yang dirasakan Lissa, jadi aku berusaha sebisaku memadamkan perasaan-perasaan itu dari dalam dirinya.
Pengawal yang lain juga memastikan keselamatan Moroi. Mereka tidak selalu mendampingi Moroi, tetapi mereka meningkatkan keamanan penginapan dan terus berhubungan dengan para pengawal yang berada di lokasi penyerangan. Informas i mengenai detail penyerangan yang mengerikan itu ter us berdatangan, begitu pula spekulasi mengenai kebera daan gerombolan Strigoi itu. Tentu saja, hanya sedikit i nformasi ini yang diberikan kepada para novis.
Sementara para pengawal melakukan pekerjaan mereka dengan sebaik mungkin, para Moroi juga melakukan sayangnya hal terbaik yang bisa mereka lakukan: mengobrol.
Dengan begitu banyak bangsawan dan orang penting Moroi lainnya di penginapan, pada malam harinya diadakan sebuah pertemuan untuk membahas apa yang baru saja terjadi dan apa yang bisa dilakukan di masa mendatang. Tidak ada keputusan resmi pada pertemuan ini, kaum Moroi memiliki seorang ratu dan dewan pemerintah yang biasa memutuskan hal-hal seperti ini. Namun, semua orang tahu bahwa opini yang dikumpulkan pada pertemuan ini akan disampaikan hingga ke rantai komando paling atas. Keselamatan kami di masa depan bisa dikatakan bergantung pada hasil pertemuan ini.
Pertemuan diadakan di aula besar dalam penginapan, sebuah ruangan yang dilengkapi podium dan banyak kursi. Meskipun atmosfer bisnis sangat terasa, kau pasti akan langsung menyadari bahwa ruangan ini didesain untuk hal-hal selain pertemuan yang membahas pembantaian dan pertahanan. Karpetnya terasa bagaikan beledu dengan desain bunga yang rumit berwarna hitam dan perak. Kursi-kursinya terbuat dari kayu hitam berpelitur dan bersandaran tinggi, jelas dimaksudkan untuk acara jamuan mewah. Lukisan para bangsawan Moroi yang sudah lama mati tergantung di dinding. Sejenak aku menatap salah seorang ratu yang tidak kuketahui namanya. Wanita itu memakai gaun bergaya kuno terlalu banyak renda untuk seleraku dan berambut pucat seperti rambut Lissa.
Seorang pria yang tidak kukenal bertugas menjadi moderator dan berdiri di podium. Sebagian besar bangsawan yang ada di penginapan ini berkumpul di depan ruangan. Semua orang, termasuk para murid, duduk di kursi mana pun yang tersedia. Christian dan Mason sudah bergabung dengan kami, dan saat kami semua hendak duduk di belakang, tiba-tiba Lissa menggelengkan kepala.
Aku akan duduk di depan.
Kami bertiga memandangi Lissa. Aku terlalu terpana untuk menyelami pikirannya.
Lihat. Dia menuding. Semua bangsawan duduk di depan, dikelompokkan per keluarga.
Memang benar. Anggota klan yang sama duduk berkelompok: keluarga Badica, Ivashkov, Zeklos, dan lain-lain. Tasha juga duduk di depan, tetapi dia sendirian. Christian satu-satunya Ozera lain yang ada di sini.
Aku harus duduk di sana, kata Lissa.
Tak ada yang menyuruhmu duduk di sana, kataku kepadanya.
Aku harus mewakili keluarga Dragomir.
Christian mendengus. Itu semua hanya omong kosong bangsawan.
Wajah Lissa menunjukkan keteguhan. Aku harus duduk di sana.
Aku membuka pikiran untuk menyelami perasaan Lissa, dan menyukai apa yang kudapati di sana. Seharian ini Lissa banyak diam dan merasa ketakutan, terutama saat kami tahu apa yang menimpa ibu Mia. Ketakutan itu masih ada, tetapi dikalahkan oleh kepercayaan diri dan keteguhan yang mantap. Lissa sadar dirinya merupakan salah seorang Moroi yang berkuasa, dan meski pikiran mengenai keberadaan sekelompok Strigoi yang sedang berkeliaran membuatnya takut, dia ingin ikut ambil bagian.
Lakukan saja, kataku lembut. Selain itu, aku juga menyukai gagasan menentang Christian.
Lissa menatap mataku dan tersenyum. Dia tahu apa yang baru saja kurasakan pada dirinya. Sesaat kemudian dia menoleh pada Christian. Sebaiknya kau bergabung dengan bibimu.
Christian membuka mulut untuk protes. Kalau tidak ingat betapa mengerikan situasi ini, melihat Lissa memberi perintah pada Christian akan sangat lucu. Christian keras kepala dan berpendirian kukuh, orang-orang yang berusaha memaksanya tak akan berhasil. Saat menatap wajah Christian, aku melihat dia juga menyadari perasaan Lissa yang tadi kurasakan. Dia juga senang melihat Lissa kuat. Christian tersenyum.
Oke. Christian meraih tangan Lissa, lalu keduanya berjalan ke depan ruangan.
Aku dan Mason duduk. Tepat sebelum acara dimulai, Dimitri duduk di sebelahku, rambutnya diikat di tengkuk dan mantel kulitnya terhampar di sekitar tubuhnya saat dia duduk. Aku meliriknya dengan kaget namun tidak mengatakan apa-apa. Ada beberapa pengawal lain dalam pertemuan ini, sisanya terlalu sibuk melakukan pengamanan. Bisa dibayangkan. Dan di sanalah aku, terperangkap di antara dua lelaki dalam hidupku.
Pertemuan segera dimulai. Semua orang bersemangat menyampaikan pendapat mereka mengenai cara menyelamatkan Moroi, tetapi sesungguhnya ada dua teori yang mendapatkan perhatian paling banyak.
Jawabannya ada di sekeliling kita, seorang bangsawan berkata saat dia diberi kesempatan untuk bicara. Pria itu berdiri di samping kursinya dan menatap sekeliling ruangan. Di sini. Di tempat-tempat seperti penginapan ini. Dan St. Vladimir. Kita mengirim anak-anak kita ke tempat aman, tempat yang membuat mereka berkumpul dan bisa dilindungi dengan mudah. Dan lihat berapa banyak yang ada di sini, anak-anak dan orang dewasa. Kenapa kita tidak hidup berdampingan seperti ini setiap saat?
Banyak yang sudah melakukannya, jawab seseorang.
Pria itu menepis pendapat tersebut. Beberapa keluarga tersebar di sana-sini. Atau sebuah kota dengan populasi Moroi yang cukup besar. Tapi semua Moroi itu masih tersebar. Sebagian besar Moroi tidak menggabungkan sumber daya yang mereka miliki pengawal dan sihir mereka. Kalau kita bisa meniru semua ini & Dia merentangkan tangan lebar-lebar. &kita tidak perlu lagi khawatir soal Strigoi.
Dan Moroi tidak akan bisa berinteraksi dengan penduduk bumi lainnya, gumamku. Sampai akhirnya manusia menemukan kota-kota vampir rahasia yang terletak di tengah alam liar. Barulah kita akan melakukan banyak interaksi.
Teori melindungi Moroi yang dikemukakan selanjutnya tidak terlalu banyak melibatkan masalah logistik, tetapi memiliki dampak pribadi yang lebih besar terutama untukku.
Sebenarnya masalahnya sederhana saja, kita tidak punya cukup banyak pengawal. Yang mengajukan rencana ini adalah seorang wanita dari klan Szelsky. Jadi, jawabannya juga sederhana: tambah pengawal. Keluarga Drozdov memiliki lima orang pengawal, dan ternyata itu tidak cukup. Lebih dari selusin Moroi hanya dilindungi oleh enam orang pengawal! Itu tak bisa diterima. Tidak heran hal seperti ini terus terjadi.
Menurutmu, dari mana kita bisa mendapatkan lebih banyak pengawal? tanya pria yang mengusulkan agar kaum Moroi bersatu. Jumlah mereka terbatas.
Wanita itu menuding tempat aku dan beberapa novis lain duduk. Kita punya banyak. Aku sudah melihat bagaimana mereka dilatih. Mereka mematikan. Kenapa kita harus menunggu sampai mereka berumur delapan belas tahun? Kalau kita mempercepat program latihan dan lebih berfokus pada latihan bertarung daripada teori, kita bisa mendapatkan pengawal baru saat mereka berumur enam belas tahun.
Dimitri mengeluarkan geraman yang menunjukkan bahwa dia tidak menyukai apa yang didengarnya. Dia membungkukkan tubuh, meletakkan siku di atas lutut, dan menumpu dagu dengan kedua tangan. Matanya menyipit.
Bukan hanya itu, kita punya banyak pengawal yang tersia-sia. Mana para wanita dhampir? Ras kita berkaitan. Moroi sudah melakukan tugas dengan membantu kaum dhampir agar bisa terus bertahan. Kenapa para wanita itu tidak melakukan hal yang sama? Kenapa mereka tak ada di sini?
Terdengar tawa panjang dan provokatif sebagai jawabannya. Semua mata berpaling ke arah Tasha Ozera. Sementara sebagian besar bangsawan berdandan rapi, Tasha tetap terlihat sederhana dan santai. Dia memakai celana jinsnya yang biasa, tank top putih yang sedikit memperlihatkan perutnya, dan kardigan rajut berenda warna biru sepanjang lutut.
Seraya melirik ke arah sang moderator, Tasha bertanya, Boleh aku bicara?
Pria itu mengangguk. Si wanita Szelsky duduk, dan Tasha berdiri. Tidak seperti pembicara yang lain, Tasha langsung menghampiri podium sehingga semua orang bisa melihatnya. Rambut hitamnya yang mengilat dikucir, sepenuhnya memperlihatkan bekas lukanya, dan aku curiga dia melakukannya dengan sengaja. Wajahnya terlihat berani dan menantang. Cantik.
Wanita-wanita itu tak ada di sini, Monica, karena mereka sibuk membesarkan anak-anak mereka kau tahu kan, anak-anak yang ingin segera kaukirim ke garis depan begitu mereka bisa berjalan. Dan kumohon jangan menghina kita semua dengan bertingkah seakan kaum Moroi sudah melakukan sesuatu yang besar bagi kaum dhampir, hanya karena kita membantu mereka mendapatkan keturunan. Mungkin kebiasaan di dalam keluargamu memang berbeda, tetapi untuk kami semua, seks itu menyenangkan. Kaum Moroi yang melakukannya bersama dhampir tidak bisa dikatakan melakukan pengorbanan besar.
Sekarang Dimitri sudah duduk tegak, wajahnya tidak lagi terlihat marah. Mungkin dia senang karena kekasihnya yang baru menyebut-nyebut soal seks. Rasa kesal langsung mengaliri tubuhku, dan kuharap seandainya wajahku terlihat seperti ingin mem bunuh, orang-orang akan beranggapan aku kesal pada Strigoi, bukan pada perempuan yang sedang membicar akan kami.
Di balik Dimitri, tiba-tiba aku melihat Mia yang duduk sendirian, jauh di ujung barisan. Sebelumnya aku ti